"Aku mencintaimu, karena itulah aku akan terus memperjuangkanmu, sekalipun kamu tak menginginkan itu."
Adhwi Alfahwi
***
Setelah turun dari motor Abi. Shelyn mencopot helm yang ia gunakan dan memberikannya pada Abi. Parkiran sekolah masih sangat sepi karena waktu masih menunjukan pukul 6.15. Tak banyak kendaraan yang sudah terparkir.
Shelyn tersentak kaget ketika tiba-tiba seseorang mencekal pergelangan tangannya.
"Aku mau ngomong,"
Untuk beberapa saat Shelyn terkejut melihat cowok yang mempunyai perban di dahinya itu. Namun, detik berikutnya ia menatap cowok yang mencekal tangannya itu dengan dingin.
Shelyn menyentakan tangannya, "gak ada lagi yang harus di omongin. Semuanya udah jelas." decaknya.
"Please dengerin aku dulu." mohon Adhwi.
Abi yang sedari diam akhirnya maju selangkah di depan Shelyn.
"Cukup! Lo gak usah ganggu dia lagi. Belum cukup lo sakitin dia?" bentak Abi.
"Lo gak usah ikut campur. Ini masalah gue sama Shelyn," sentak Adhwi.
Abi tersenyum sinis, "mungkin selama ini gue ngebiarin lo buat deket Shelyn tapi sekarang gak lagi. Setelah lo cuma buat dia bahan taruhan."
Shelyn menyerngitkan dahi. Kenapa Abi bisa tau? Seingatnya dia belum menceritakannya pada Abi? Terus Abi tahu dari siapa?
"Itu gak seperti apa yang lo pikirkan," bentak Adhwi.
"Trus apa brengsek?" Abi menarik kerah seragam Adhwi. "APA?" bentaknya tepat di depan wajah Adhwi.
"Oke, awalnya gue emang cuma jadiin Shelyn bahan taruhan---"
Bugh...
Satu pukulan keras mendarat manis di wajah Adhwi. Ia tersungkur ke tanah dengan sudut bibir yang robek dan mengeluarkan darah. Shelyn membulatkan mata melihat kejadian itu.
"Lo emang brengsek Adh!" amarah Abi tak lagi bisa di kendalikan ia menggajar habis Adhwi yang sudah tersungkur di tanah.
Shelyn berusaha menahan Abi namun Abi tak sedikitpun mengindahkan perkataannya. Shelyn bingung setengah mati, ia menatap sekelilingnya dan lihat para siswa yang kebetulan melihat kejadian itu hanya diam tanpa berniat melerai sedikitpun.
"Bi! Please udah Bi, udah!" mohon Shelyn sambil berusaha menarik tangan Abi.
"APA-APAAN KALIAN?"
***
Suasananya berubah seratus delapan puluh derajat. Yang biasanya penuh dengan gelak tawa kini menjadi hening. Hanya ada rintihan ketika kapas beralkohol itu mengenai luka di pelipis. Shelyn maupun Adhwi hanya saling diam dengan pemikiran masing-masing.
Jika bisa menolak, Shelyn ingin sekali menolak perintah Pak Dono, guru BK yang tadi memergoki perkelahian Abi dan Adhwi untuk mengobati Adhwi yang penuh luka di uks. Namun, ia tak bisa membantah apalagi saat Pak Dono menatapnya tajam. Hingga akhirnya disinilah mereka berdua berakhir, dalam suasana canggung yang tak biasanya.
Kedua mata Adhwi tak lepas dari wajah Shelyn yang terlihat serius mengobati lukanya. Adhwi meringis saat Shelyn tak sengaja menekan lukanya. Namun, Shelyn terlihat acuh tak acuh tanpa merasa bersalah sedikitpun. Adhwi mencekal tangan Shelyn yang mengobatinya, membuat Shelyn menatap kedua bola mata Adhwi dengan bingung.

KAMU SEDANG MEMBACA
SHELYNA [End]
Teen FictionKita pernah saling mencintai begitu dalam. Sampai aku lupa bagaimana untuk berhenti. Kita pernah saling mendekap dalam pelukan. Sampai aku tak ingin untuk melepaskan. Aku dan kamu begitu menikmati rasa itu. Namun, kita melupakan satu hal. Dia yang b...