"Aku mengalah, karena aku tau dia lebih membutuhkanmu. Biarlah aku disini sendiri sampai aku bisa melupakanmu."
Shelyna Darra
***
Canggung! Suasana antara Shelyn dan Killa benar-benar canggung. Tadi setelah memastika Adhwi benar-benar terlelap Shelyn pergi menemui Killa seperti apa yang tadi dikatakannya. Namun, setelah dia duduk di samping Killa, tak ada satu pun dari mereka yang mau memulai pembicaraan. Semua pertanyaan yang Shelyn punya tertahan dalam mulutnya.
Hembusan nafas panjang membuat Shelyn menengok. Ia menatap Killa yang kini tersenyum ke arahnya. "Kak Shelyn 'kan?" tanya Killa memastika jika ia tak salah mengenali orang dan mengakhiri kecanggungan di antara mereka.
Shelyn mengangguk tanpa membalas senyum Killa.
"Kakak tau siapa aku sebenernya?"
Shelyn menggeleng, "gue cuma tau lo itu adalah salah satu cewek yang pernah ada di masalalu Adhwi."
Killa tersenyum lagi. Ia beralih menatap kedepan dan menyandarkan tubuhnya di sandaran kursi taman rumah Adhwi. Kedua matanya menatap kosong kedepan seolah-olah sedang menerawang kembali masalalunya dulu.
Hingga akhirnya semua cerita tentang dia dan Adhwi keluar dari mulutnya. Dari bagaimana mereka bertemu sampai alasan mengapa Killa pergi meninggalkan Adhwi. Semuanya mengalir begitu saja seolah air yang mengalir di sungai. Killa bahkan sampai meneteskan air mata saat mengingat kembali kebodohannya yang meninggalkan Adhwi. Shelyn yang mendengarkan semua cerita pilu Killa sampai ikut meneteskan air mata.
Shelyn tahu sesakit apa perasaan Killa saat itu. Dimana ia harus menyembunyikan penyakitnya dan memutuskan orang yang dicintainya setelah membuat kenangan manis. Namun, yang membuat Shelyn bingung sekarang adalah hubungannya bersama Adhwi. Disisi lain Shelyn ingin memberikan satu kesempatan lagi untuk Adhwi seperti apa yang dikatakan Sefan. Tapi disisi lain ia tak tega melihat Killa yang selama ini berjuan untuk sembuh demi Adhwi tersakiti karena hubungannya dengan Adhwi.
Jadi, apa yang harus Shelyn lakukan sekarang? Memilih mengorbankan perasaannya demi orang lain ? Atau tetap memberi Adhwi kesempatan untuk bisa bersamanya kembali?
***
Shelyn menutup buku tulisnya dalam sekali sentakan. Ia mendorong kursinya dengan kesal, lalu berdiri menghampiri Abi dan Zean yang masih membereskan peralatan tulisnya.
"Bi laper.." rengeknya.
"Ya makanlah, ngapain juga ngomong sama gue," jawab Abi tak acuh yang kini sedang menapat layar ponselnya.
"Dia gak ngerti kode Lyn!" Sella yang kini berdiri di samping Shelyn menyahuti.
"Emang!" kesal Shelyn.
Abi memasuki ponselnya ke dalam saku. Lalu menatap Shelyn dengan malas, "satu mangkuk baso sama lemon tea." ucapnya lalu berjalan melewati kedua cewek yang kini saling memandang.
Sella menjetikan jari, bersamaan dengan Shelyn yang tersenyum merekah. "Cuss...makanan geratis menanti!" girang Shelyn, lalu mereka berdua terburu-buru mengejar Abi.
Zean yang melihat tingkah kedua cewek itu menggeleng kecil. Lalu berjalan mengikuti ketiga sahabatnya itu.
Sesampainya mereka di kantin. Shelyn dengan semangatnya memesankan makanan yang sama untuk ketiga sahabatnya yang kini tengah duduk di salah satu meja kantin. Setelah itu ia duduk di samping Abi.
"Beneran lo yang bayarin ya Bi!" ucap Shelyn memastikan lagi jika Abi benar-benar akan membayar pesana mereka nanti. Gak lucukan jika ujung-ujungnya Shelyn yang harus membayar pesanannya nanti!
"Hmm.." Abi bergumam dengan malas. Namun, dasarnya Shelyn yang sedikit tak tahu malu, ia sama sekali tak terganggu dengan sahutan Abi yang seperti itu. Ia malah semakin tersenyum merekah karena sebentar lagi ia akan mendapatkan semangkuk bakso geratis.
Akhirnya apa yang ditunggu-tunggu datang juga. Pesanan yang tadi di pesan Shelyn telah tersedia di hadapannya.
"Selamat makan." Sella menusuk baksonya dengan semangat.
"Kalau geratisan semangatnya pada minta ampun, giliran dimintai traktiran apa coba jawabannya? Seribu alasan." cibir Zean.
"Elah biarin napa suka-suka kitalah," sahut Shelyn.
"Semerdeka mereka ajalah Ze," ujar Abi malas meladeni kedua cewek yang sama-sama doyang berdebat itu.
Ketika mereka tengah asik makan bakso tiba-tiba seseorang menghampiri Shelyn. Membuat Shelyn mau tak mau berhenti dari kegiatannya demi melihat siapa orang itu. Shelyn menatap orang yang kini berdiri di sebelahnya itu dengan datar.
"Gue mau ngomong!" ucap cowok itu sedikit serak.
Shelyn menghela napas, ia berdiri dan menarik cowok itu untuk pergi dari kantin. Ia tak memikirkan kembali tentang makanan geratisnya itu, yang ia pikirkan sekarang adalah cara menuntaskan semua masalahnya dengan cowok yang kini ia tarik ke lorong dekat Lab yang lumayan sepi.
Shelyn membalikan tubuhnya. Ia mendongkak untuk bisa melihat wajah Adhwi yang masih sedikit pucat. Shelyn tak bisa memungkiri jika ia sedikit khawatir dengan keadaan Adhwi. Namun, keputusannya semalam membuat ia berusaha menahan agar ia terlihat biasa saja.
"Kalau lo mau ngomongin tentang it---"
"Kemarin kamu dateng ke rumah aku?" potong Adhwi.
Shelyn membuang muka, "gak!" bohongnya.
Adhwi tersenyum kecil. Tangannya mengacak puncak kepala Shelyn dengan gemas. "Makasih karena udah datang."
Kedua tangan Shelyn terkepal kuat. Ia tak bisa membiarkan semua ini terjadi. Sudah cukup sampai disini, ia harus mengakhirinya sekarang.
Shelyn menatap Adhwi kembali dengan datar. "Gue kemarin emang datang ke rumah lo, dan itu karena Sefan yang mohon-mohon sama gue. Kalau gak gue gak mungkin mau kesana."
"Apapun alasan kamu, aku gak peduli."
Shelyn memutar bola mata malas, "gue balik."
"Tunggu!" cegah Adhwi menahan lengan Shelyn. "Aku mau tanya sama kamu?"
Shelyn diam, menunggu kelanjutan ucapan Adhwi.
"Kamu masih sayang sama aku?"
Tak ada jawaban dari Shelyn.
"Kamu masih cinta sama aku?"
Shelyn tak bergeming sedikitpun.
Adhwi menghela napas berat, "gak ada lagi kesempatan buat aku bisa sama kamu lagi?"
Untuk beberapa detik Adhwi menunggu jawaban dari Shelyn. Namun, Shelyn tak kunjung menjawab. Adhwi hanya bisa menghela napas lalu melepaskan cekalannya dari tangan Shelyn.
"Aku tau jawabannya." ucap Adhwi. "Makasih untuk semuanya." lirihnya.
Adhwi berjalan meninggalkan Shelyn dengan hati yang kosongan. Sekelebat memori indah bersama Shelyn berputar di benaknya. Adhwi menunduk, semua ini adalah kesahannya. Andai saja ia tak mengikuti taruhan itu. Andai saja ia berkata jujur pada Shelyn. Dan banyak lagi perandaiaan yang Adhwi sesali.
Adhwi tersentak kaget saat tiba-tiba seseorang memeluknya dari belakang.
"Aku masih sayang sama kamu, aku juga cinta sama kamu, tapi maaf! Aku gak bisa sama kamu lagi karena ada hati lain yang menginginkan kamu kembali."
Adhwi melepaskan tangan yang memeluknya dari belakang. Ia berbalik untuk bisa melihat orang yang memeluknya itu. Kedua tangan Adhwi, ia simpan di pundak Shelyn agar ia bisa melihat kedua mata Shelyn dengan lebih leluasa.
"Tapi aku ingin kamu."
Shelyn mengeleng kecil, "maaf!"
"Aku ingin kamu."
"Maaf! Aku gak bisa."
"Lyn..."
Shelyn memeluk Adhwi dengan erat, "selamat tinggal, Adhwi!" bisiknya.
-----------------------------
KAMU SEDANG MEMBACA
SHELYNA [End]
Teen FictionKita pernah saling mencintai begitu dalam. Sampai aku lupa bagaimana untuk berhenti. Kita pernah saling mendekap dalam pelukan. Sampai aku tak ingin untuk melepaskan. Aku dan kamu begitu menikmati rasa itu. Namun, kita melupakan satu hal. Dia yang b...