Setiap orang pasti ingin menjadi orang pertama dalam hal apapun. Begitupun aku yang ingin selalu menjadi orang pertama dalam hal apapun di hidupmu.
***
Tepat hari besok Abi menginjak umur 18 tahun. Namun Shelyn ingin mengucapkan selamat tahun pada Abi tepat nanti saat pukul 0.00. Maka dari itu malam ini Shelyn berkunjung tengah malam secara diam-diam.
Sandra yang memang tahu jika Shelyn akan berkunjung pada pukul 11.30 malam membukan pintu sambil tersenyum.
"Dia udah tidurkan bun?" bisik Shelyn sambil celingukan.
Sandra tersenyum, "kayaknya udah. Kamu tinggal masuk aja. Ini kunci cadangan kamar Abi!"
"Makasih bunda maaf Shelyn ngerepotin."
"Gak papa kok!"
Setelah mengambil kunci dari tangan Sandra Shelyn berjalan mengendap-ngendap menuju lantai atas dengan cake kecil di tangannya.
Shelyn sengaja menyiapkan cake kecil karena malam ini hanya dia yang ingin memberikan suprise untuk Abi. Sedangkan Zean dan Sella serta kedua orang tua Abi tidak ikut karena ia melarangnya. Malam ini Shelyn hanya ingin merayakan ulang tahun Abi berdua saja.
Shelyn melirik jam di tangannya sudah menunjukan pukul 11.57 malam. Tiga menit lagi hari akan berganti dan artinya tiga menit lagi Abi ulang tahun. Shelyn tersenyum lalu dengan perlahan membuka pintu kamar Abi.
Hanya dengan lampu tidur yang menyala. Shelyn masih dapat melihat Abi yang tengah tertidur dengan lelap di atas kasur walaupun ia tidak dapat melihat wajah Abi dengan jelas.
Shelyn tersenyum sambil berjalan mengendap-ngendap ke samping ranjang. Sepuluh detik lagi hari akan segera berganti. Dengan cepat Shelyn menyalakan lilin dengan pematik yang ia bawa di dalam saku sweater yang ia kenakan. Setelah itu Shelyn menghitung mundur.
Tiga...
Dua...
Satu...
"HAPPY BIRTHDAY ABI!!!" teriak Shelyn tepat di telinga Abi saat jam sudah menunjukan pukul 0.00.
Abi yang tengah tertidur lelap seketika terperanjat kaget saat suara Shelyn menggema di telinganya. Cowok itu mengucek matanya sambil mengubah posisinya menjadi terduduk.
"Happy birthday!!" ucap Shelyn sambil duduk di hadapan Abi.
Abi tersenyum, ia tak menyangka jika Shelyn akan menyiapkan suprise seperti ini. Bahkan Abi lupa jika hari ini ia berulang tahun.
"Make a wish! Trus tiup lilinnya!" suruh Shelyn.
Abi mengangguk lalu menutup matanya. Setelah beberapa detik menutup mata Abi kembali membuka matanya lalu meniup lilin di atas cake kecil itu dalam sekali tiupan.
Shelyn tersenyum merekah lalu menyimpan kue itu di atas kasur. "Tutup mata kamu!" suruh Shelyn.
Abi menyerngit, "kenapa?"
"Cepet tutup aja!"
Walaupun Abi tak tahu tujuannya ia menutup mata ia tetap melakukannya. Shelyn tersenyum Ialu mengambil sesuatu dari saku sweater.
"Sekarang buka mata kamu!"
Abi dengan perlahan membuka matanya, "tadaa!!" seru Shelyn berbarengan dengan ia yang menjatuhkan bandul kalung yang ia pegang.
Abi mengamati bandul berbentuk seperti tanduk rusa itu dengan diam.
"Ini kado buat kamu? Suka gak?" tanya Shelyn.
Abi mengalihkan tatapannya dari bandul itu dan menatap Shelyn. "Suka. Tapi kenapa bandulnya kayak tanduk rusa?"
"Ntar aku pakein dulu ya?"
Abi mengangguk lalu membiarkan Shelyn memakaikan kalung itu di lehernya. Shelyn menjauh dari tubuh Abi sambil tersenyum. Ia menyentuh bantul kalung itu lalu menatap mata Abi yang juga tengah menatapnya.
"Sebenernya kemarin aku bingung mau beliin kado apa buat kamu. Tapi waktu aku masuk ke dalam toko barang antik si kakek penjual ngasih ini buat aku. Katanya kalung berbentuk bandul tanduk rusa ini punya arti yang bagus."
"Arti?" tanya Abi.
Shelyn mengangguk. "Sebenarnya kalung ini juga ada dua." ucap Shelyn sambil mengeluarkan bandul berbentuk kepala rusa yang ia kenakan.
"Kedua kalung ini punya arti bahwa setiap mahluk hidup punya pasangannya. Seperti kalung ini yang di buat berpasangan. Kalung berbandul kepala rusa yang artinya rusa betina yang membutuhkan seekor rusa jantan dan kalung berbandul tanduk rusa berarti rusa jantan yang siap untuk melindungi sang betina." jelas Shelyn sambil mengingat kembali ucapan kakek tua penjual barang antik itu.
Abi menangguk mengerti, "aku bakalan lindungin kamu sama kayak arti kalung ini."
Shelyn tersenyum merekah membuat Abi gemas untuk mengacak puncak kepala Shelyn. "Tapi sebenarnya ada kado yang aku inginin dari kamu, tapi bukan kalung."
Shelyn menatap Abi dengan bingung, "apa?"
Abi tersenyum tipis lalu memindahkan cake yang menjadi penghalang antara dirinya dan Shelyn ke atas nakas.
"Tapi apa kamu mau ngasih itu sama aku?" tanya Abi dengan menekan kata itu.
Shelyn menyerngit bingung, ia tak mengerti dengan ucapan Abi yang terdengar sangat ambigu itu.
"A-apa?"
Abi menatap kedua mata Shelyn yang terlihat bingung dengan dalam. Satu tangannya terulur memegang sebelah pipi Shelyn. "Apa aku boleh cium bibir kamu?" tanya Abi tanpa keraguan.
Shelyn membulatkan mata terkejut. Ia menengguk salivanya dengan susah payah. Shelyn tak menyangka Abi akan meminta hal seperti itu kepadanya. Kedua pipi Shelyn memanas seketika ia yakin jika lampu kamar ini menyala Abi akan melihat rona merah di pipinya.
"Gak boleh ya?" tanya Abi sambil melepaskan tangannya dari pipi Shelyn.
"Bo--boleh kok!" ucap Shelyn terbata.
Abi menatap Shelyn dengan tak yakin, "beneran?"
Shelyn mengangguk yakin.
Abi tersenyum tipis, "tutup mata kamu!"
Dengan cepat Shelyn menutup matanya. Namun setelah beberapa detik menunggu bukan bibir kenyal yang mendarat di bibir Shelyn melainkan coklet yang meleleh dari cake yang ia bawa tadi.
Shelyn membuka matanya saat mendengat tawa Abi. Ia mendecak kesal karena ia baru sadar jika Abi mengisenginya.
"Abi!!" pekiknya.
"Apa? Segitu ngarepnya ya di cium sama aku?" tanya Abi sambil terkekeh.
Shelyn mendengus, "dasar perusak moment!"
_________________________________
Anjayyy............. ngarep ada adengan apa lu? Ngaku? Hhhaa..
Ekstra part 1 gitu aja.. jangan lupa tunggu empat Ekstra part lain. Karena aku berencana mau bikin lima ekstra prat. So, tunggu kelanjutannya ya:v
See you
Atinrohayati pacar onlinenya Lee Jungsuk😘
KAMU SEDANG MEMBACA
SHELYNA [End]
Novela JuvenilKita pernah saling mencintai begitu dalam. Sampai aku lupa bagaimana untuk berhenti. Kita pernah saling mendekap dalam pelukan. Sampai aku tak ingin untuk melepaskan. Aku dan kamu begitu menikmati rasa itu. Namun, kita melupakan satu hal. Dia yang b...