[Dua Puluh Empat]
Chica menikmati liburan yang diberikan oleh kepala sekolah SMA Yolanda. Ya, mereka diberikan libur selama seminggu karena guru-guru akan mengadakan rapat.
Ya, anggap saja ini hiburan untuk melupakan peristiwa kemarin. Chica sudah berusaha melupakan peristiwa kemarin seolah kejadian itu tidak ada.
Kemarin, disaat dia terbangun, dia sudah berada di ruang UKS. Dia bersyukur Rafa datang dengan cepat dan membawanya ke UKS sebelum siswa dan siswi SMA Yolanda yang lain datang. Bahaya jika sudah ramai. Peristiwa ini pasti akan menyebar.
Hanya orang-orang yang disekitar yang mengetahui kejadian tersebut, ditambah dengan Rena. Ya, Rena juga datang ke sekolah lebih awal. Oleh karena itulah, dia tahu peristiwa itu.
Disaat Chica sudah sadar dan kondisinya sudah membaik, baru dia menceritakan bagaimana awal peristiwa tersebut. Steva yang mendengarnya menjadi takut dan cemas dengan keadaan Chica yang akan datang, sama seperti dengan Gara, Jafar, Qio dan tentunya Rafa.
Selama di ruang UKS, mereka tidak banyak bicara karena ada Rena. Terlebih lagi Qio yang harus mengawasi Rena terus-menerus.
Semua tikus-tikus yang ada, Renalah yang membersihkannya. Dia meminta Rafa agar fokus kepada Chica saja.
Gara hanya memasang mimik datar saat sesekali bertemu dengan Rena. Entahlah, dia biasanya bersikap ramah ke siapapun. Tapi tidak untuk Rena.
Gara sudah menyelidiki beberapa hal tentang Rena. Dia sadar, Rena bukanlah lawan yang patut dianggap remeh. Ya, setelah dia mengetahui kejadian dibalik itu semua juga.
Line!
Sebuah notifikasi yang datang, menyadarkan lamunan perempuan berambut panjang itu. Perempuan itu segera membuka notif itu untuk mengecek siapa yang mengirimkan chat kepadanya.
Rena : Cha?
Chica : Kenawhy Ren? Kangen sama gue? Baru sehari kok, wkwk. Tapi gue tau kok kalau pesona gue tuh terlalu kuat makanya orang suka kangen gitu sama gue.
Rena : Terserah lo deh, Cha! Gue niatan ngechat lo, buat ngajak lo, Bang Gara, Steva, Qio sama Jafar nginep di Villa bokap gue, tapi ga jadi deh kalau lo nya gini.
Senyum Chica mengembang. Ke Villa? Nginep? Kapan lagi coba?! Gue mau! Gue harus bujuk Rena! batin Chica.
Chica : Jangan gitu dong, lo kan baik, cakep, pengertian :v
Rena : Giliran ada maunya aja, muji-muji, dasar!Chica mengangkat senyuman di bibirnya. Sepertinya, Rena akan menjadi sahabatnya juga lama-lama, sama seperti Steva. Rena sungguh baik, itu menurut Chica.
Gara yang berada di samping Chica, mencuri-curi pandangan ke layar handphone Chica. Dia penasaran dengan siapa Chica sedang chat-an.
Kali aja gitu yang chatan sama Chica itu Rafa. Terus Rafa gombal-gombalin Chica sampai senyum-senyum gitu. Tapi ga mungkin sih, orangnya aja dingin gitu! batin Gara.
Rena : Gue jemput lo sama yang lain jam 11 oke?
Chica langsung memekik riang dengan hebohnya. "Bang, siap-siap yuk! GPL ya, Bang! Ga pake lama!"
Gara langsung mengkerutkan dahinya. "Rafa ngajak jalan?"
Chica langsung cemberut ketika nama Rafa tersebut dalam ucapan Gara. Kalau diingat-ingat tentang Rafa, itu hanyalah membuat Chica semakin kesal dan emosi.
"Yaelah, Bang! Jangankan ngajak jalan, omongan Chica aja dijawab singkat, padat dan jelas mulu! Anu, si Rena ngajakin nginep di Villa ayah dia hari ini! Jam 11 bakal dijemput sama dia, kapan lagi coba? Ayo, Bang! Ajak sama bilangin yang lain juga, ya!"
Gara langsung mematung. Rena? Dia ngajakin nginep di Villa ayahnya? Gue harus hubungin mereka! batinnya.
🙈🙉
Tok! Tok! Tok!
"Sebentar, ya! Harus sabar, anak sabar disayang sama doi, dapet palaha juga kok! Kalau dapet pahala, bisa masuk surga! Kalau masuk surga, ga bakal masuk nerkah! Na--"
Gara memotong ucapan Chica karena mulai panas mendengar ucapan dia. "Udah, Dek. Buka tinggal buka."
Chica menyengir. Dia memang meminta yang lain ke rumahnya agar dapat berangkat bersama-sama dengannya.
"Udah siap? Yang lain mana?" Steva terlihat antusias untuk mengikutinya.
"Lo kali yang datengnya kecepetan. Udah gue bilang sabar, yang lain juga pasti belum dateng. Gue nyampe belum ngasih makan Aden tau!"
Aden, nama anjing peliharaan Jafar sejak kecil.
"Kalau iklan ramayana, sungguh kejam itu preman. Tapi kalau lo, sungguh kejam itu orang!" Steva tidak lupa menunjuk Jafar juga.
"Kalau sampe Aden mati, lo yang gue jadiin pengganti Aden! Mampus!" Jafar mengatakan itu dengan sadis.
"Bacot, lo!" Jafar tidak terima dengan ucapan Steva. "Heh! Masih bagus gue jemput terus gue anter ke sini!"
Chica dan Gara mulai pusing dengan perdebatan Steva dan Jafar. Gara mempunyai ide yang terlintas di otaknya. Dia mengambil tangan Jafar.
"Saya nikahkan Stevania Tan dengan Jafar Rainart dengan seperangkat alat mandi di bayar hutang 1 M, sah?"
"SAH! HORE!" Chica langsung bertepuk tangan dengan heboh. Sementara Jafar dan Steva malah melongo.
Pernikahan masa dini? Sama dia? Mau deh! Eh salah! No! No! And no! batin Steva.
"NAJIS!" Steva dan Jafar mengatakan itu dengan bersamaan. "Cie jodoh!"
"Jodoh itu pasti bertemu! Walau sejauh apapun jarak yang memisahkan kedua manusia yang masih ada nyawa itu!"
Qio yang baru saja datang, kepalanya langsung ditepok oleh Gara. "Halah! Sok lu! Lo aja bisanya gantungin anak orang doang! Seriusin? Boro-boro!"
Chica langsung mengkhayal mendengar perkataan Qio. "Bener kok katanya Qio. Kayak Chica sama anu! Pasti bertemu! Nanti bertemunya di Paris aja deh, biar romatis! Terus foto bareng di sana, berduaan, menik--"
"Rafa! Tunggu, babe!"
Teriakan itu membuat pandangan Chica, Steva, Jafar dan Gara berpaling ke mereka. Rafa dan Rena.
Mata Chica dan mata Rafa saling bertatapan. Rena yang menyadari itu, langsung membuat Rafa berpaling ke arahnya.
"Handphone Rena dong! Yang tadi Rena titipin ke Rafa!"
Rafa langsung memberikan handphone Rena dengan malas. Padahal Rena membawa tasnya sendiri, kenapa tidak digunakan saja?
"Udah semuanya kan di sini? Yuk berangkat! Gue udah ga sabar deh! Liat ya nanti, kejutan-kejutan yang bakal gue kasih!" Rena menekan kata-kata kejutan di kalimatnya.
Hal itu membuat Chica dan Steva semakin antusias. Tapi tidak bagi Jafar, Qio, Gara apalagi Rafa.
Sebenarnya permainan apa yang udah lo siapin? batin Qio sambil mengepalkan tangannya.
🙈🙉
-Hey, Chica!-
KAMU SEDANG MEMBACA
Hey, Chica! [Completed]
Teen FictionDipersatukan dalam permainan dengan pemain yang sudah jelas memiliki sifat saling bertolak belakang. Si dingin yang hampir tak bisa dibedakan dengan dinginnya es di Kutub Utara dan si cerewet yang selalu berpidato. Bukan permainan kecil-kecilan bia...