[Empat Puluh Delapan]
Chica benar-benar tidak percaya dengan sederet kalimat yang Rafa keluarkan. Chica mematung. Dia merasa ini semua seperti mimpi.
Kenapa Rafa bilang dia ga sayang sama gue? Padahal, dia udah tunjukin perlakuan manis dia, perhatian dia yang ga dia kasih ke orang lain, dan lainnya, batin Chica.
"Terlalu bego," ucap Rafa dengan pedas ke Chica. Chica yang berada di hadapan Rafa, berusaha menegarkan diri dengan menganggap ini candaan.
"Raf, lo bohong kan? Lo cuma mau main-main doang kan? Ini cuma kejutan buat menghibur gue kan? Haha! Udah, Raf!"
Rafa memutar bola matanya dengan malas. Rafa menggeleng tanda dia bukan bermain-main. Chica menarik baju Rafa.
"Raf! Lu bohong! Buruan bilang ini bohong! Rafa yang gue kenal ga mungkin sejahat itu sama cewek!" ujar Chica.
Rafa melepaskan tangan Chica dari bajunya secara kasar. Chica terdiam menerima perlakuan itu dari Rafa.
"Kenapa lo berubah sih, Raf? Mana yang katanya gue milik lo?! Mana yang katanya sayang?! Sayang tapi kelakuannya gini?"
Rafa tersenyum sinis mendengar ucapan Chica. "Ga pantes!"
Chica benar-benar tidak paham perlakuan Rafa. "Ga pantes apa, sih? Gue bener-bener ga paham sama sikap lo. Kemarin baik, sekarang apaan tau!"
"Keluarga lo," ucap Rafa yang terdengar semakin sinis di telinga Chica.
Deg.
Apa jangan-jangan yang dibilang Rena itu bener? Rafa ... Rafa cuma mau mainin hati gue biar setimpal dengan rasa sakit hati yang dialamin Rena? batin Chica.
"Busuk!" desis Rafa kembali.
Deg.
Gu ... gue busuk? Ke ... kenapa lo bilang busuk ke gue? Kayaknya, lo bener-bener bukan Rafa yang gue kenal, batin Chica.
"Apa maksud lo, Raf? Lo buat apa sih ngelakuin gini? Kalau emang lo ga sayang sama cewek itu, lo ga usah kasih perhatian lebih! Lo sama aja PHP!" Chica mencoba menahan air mata yang ingin keluar.
"Berisik!" Rafa meninggalkan Chica yang masih berada di halaman belakang sekolah. Chica merasa lemas.
"Sebenci apa lo sama gue sampai-sampai lo ngelakuin ini ke gue, Raf? Hati gue sakit. Hancur. Awalnya gue kira, lo ga kayak cowok-cowok lain. Lo jahat, Raf!"
Masih tidak ada yang menyadari luka-luka Chica. Chica memang sengaja memakai celana panjang namun tidak ketat dan baju lengan panjang untuk di rumah. Sementara di sekolah, dia menggunakan rok panjang dan baju lengan panjang.
Rena memang mengantar Chica sampai di rumah semalam. Rena memang tidak mengobati luka-luka Chica sama sekali. Namun, Rena menyuruh Chica mengganti baju sekolahnya menjadi baju lengan panjang dan celana panjang miliknya.
Chica mengobati lukanya sendiri di kamarnya. Dia sengaja mengunci pintunya agar abangnya ataupun mamanya masuk lalu melihat luka-lukanya. Chica tidak mau Rena diapa-apain oleh mereka.
Hati cewek itu kayak kaca. Kalau misalnya udah retak, ga bakal bisa balik ke semula lagi, batin Chica.
🙈🙉
"Lazada!"
Chica yang merasa terpanggil, menoleh ke sumber suara. Chica saat ini merasa benar-benar tidak mood.
"Gue barusan dapet kabar dari Miss Herald. Katanya, lo ga perlu diajarin sama Rafa lagi karena Rafa udah mutusin perjanjiannya," ucap Steva menjelaskan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hey, Chica! [Completed]
Teen FictionDipersatukan dalam permainan dengan pemain yang sudah jelas memiliki sifat saling bertolak belakang. Si dingin yang hampir tak bisa dibedakan dengan dinginnya es di Kutub Utara dan si cerewet yang selalu berpidato. Bukan permainan kecil-kecilan bia...