[Lima Puluh Empat]
Lagu di mulmed diputar yak!
~~~
Chica tidak fokus memperhatikan pelajaran saat ini. Dia masih teringat dengan kejadian tadi.
Chica sudah berusaha melupakan kejadian itu. Akan tetapi, kejadian itu malah terus berputar di ingatan kepala Chica.
FLASHBACK ON.
"Eh, bener ya! Dia kalau gitu pasti lucu! Gue jadi kangen sama dia," cetus Steva sambil tertawa bersama Chica.
"Bener banget! Ga ada dia, lo jadi jones gini! Udah mana sensi--"
Brak!
Buku-buku yang dipegang oleh Chica jatuh di lantai. Chica menatap orang yang menabraknya. Dia ingin protes. Namun, ketika melihat itu Rafa dan Rena, Chica mengurungkan niatnya.
Steva juga ikut berjongkok untuk membantu Chica membereskan buku-bukunya.
Rafa memutar bola matanya dengan malas. Dia membantu Chica membereskan buku-bukunya ataupun sekedar meliriknya.
"Lanjut," ucap Rafa meminta Rena untuk melanjutkan jalannya.
"Bentar, Raf! Ca, kalau lagi jalan jangan banyak ngomong, ya! Nanti ketabrak kayak gini kan susah. Mending kalau yang nabrak mau nolongin kayak di wattpad-wattpad, kalau enggak?" sindir Rena.
Rena menyender di lengan Rafa dengan manja. Tak lupa, dia juga menunjukkan senyumnya, senyum kemenangan.
"Udahlah, Ca! Kita lanjutin aja jalan kita, daripada di sini terus-terusan, panas! Ya kali berlian mau disamain sama batu?!"
Chica menggelengkan kepalanya. Dia malas untuk berdebat. Lagipula, tidak ada gunanya berdebat dengan kakaknya itu.
FLASHBACK OFF.
"Chica!" panggil Bu Ida kepada Chica, entah sudah berapa kali. Namun, tak ada tanda-tanda Chica akan menjawab.
"Chica Qen Laruzas!" panggil Bu Ida kembali dengan nada yang meninggi.
Chica yang mendengar namanya salah saat disebut, tersentak dari lamunannya.
Bukannya menyengir dan meminta maaf, dia malah menunjukkan wajah ingin protes karena namanya telah diubah."Bu, nama saya jangan diubah-ubah, dong! Mama sama ayah saya udah capek-capek buatnya, loh! Nama panjang saya itu Chica Queen Lazarus bukan Chica Qen La ... La apa, Bu? Intinya itu, deh!" seru Chica.
Wajah Bu Ida terlihat memerah. Teman-teman Chica yang berada di kelas, sudah merasakan aura yang mematikan. Namun, tidak dengan Chica. Dia masih tidak peka.
"CHICA! KELUAR DARI KELAS!" geram Bu Ida karena kelakuan Chica.
Chica menyeritkan dahinya. "Sekarang?"
Bu Ida mengelus dadanya untuk semakin sabar menghadapi Chica. "Besok."
"Oh, besok!"
Chica menganggukan kepalanya tanda paham. Dia masih duduk manis di kursinya. Sementara teman-temannya, greget ingin menjedotkan kepala Chica ke tembok, siapa tau tadi otaknya miring.
"SEKARANG!"
Chica langsung gelagapan. Dia berdiri dari duduknya lalu ngacir keluar kelas.
Liat aja nanti, Bu! Saya akan buat ibu viral kayak Nur ... Nur apa tuh? Yang istri sah Iqbal, batin Chica berkomat-kamit.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hey, Chica! [Completed]
Teen FictionDipersatukan dalam permainan dengan pemain yang sudah jelas memiliki sifat saling bertolak belakang. Si dingin yang hampir tak bisa dibedakan dengan dinginnya es di Kutub Utara dan si cerewet yang selalu berpidato. Bukan permainan kecil-kecilan bia...