7 • Si Mata-mata Salah Rumah

19.3K 1.4K 150
                                    

[Tujuh]

Chica bangun lebih awal daripada minggu pagi sebelumnya. Ya, Chica memang sengaja bangun lebih awal untuk melanjutkan misi mencari siapa dalang dibalik amplop biru, air mineral di dalam tasnya, dan gumpalan kertas yang mengenai kepala tercintanya.

Chica telah meminta alamat rumah Quero beserta ciri-ciri rumahnya kepada Steva. Jalan mangga busuk blok B6 nomor 9, batinnya.

Konon katanya, Steva dulu pernah menyukai Quero, sehingga Steva tau banyak hal tentang Quero.

"Mau kemana lu, Dek?" Gara memergoki Chica yang turun dari tangga dengan mengendap-endap.

"Mau ngambil buku yang dipinjem sama Quero di rumahnya, Bang! Bukunya si anu. Eh? Maksud Chica, si Steva, Bang!" Gara menatap Chica penuh menyelidiki. "Bener?"

"Jadi abang ga percaya sama Chica lagi? Fine! Nanti kalau misalnya Chica ulang tahun, Chica enggak mau dirayain sama abang! Abang ga usah minta tolong Chica buat nyari cecan lagi! Chica ga bakal mau!"

Chica melipat tangan di dadanya. Memang, ulang tahun Chica dan Gara berada ditanggal dan bulan yang sama. Jadi biasanya, mereka merayakannya bersama.

"Eh, iya deh, abang percaya kok. Jangan ngambek ya, adik abang yang cantik, unyu-unyu yang ini?"

Chica yang sebenarnya hanya pura-pura ngambek, berusaha menahan tawanya. "Permintaan maaf ditolak!"

Chica langsung mengibaskan rambutnya lalu pergi meninggalkan rumahnya untuk menjalankan aksinya. Aksi yang sempat tertahan.

Semoga ga lama lagi gue bakal temuin siapa dalang dibalik ini! batinnya.

🙈🙉

Chica mencari-cari rumahnya Quero. Dia menatap sekelilingnya, mulai dari depan, belakang, kanan dan kirinya.

Mana ya? Katanya, jalan mangga busuk blok B6 nomor 9, tapi mana coba? Itu bukan ya? batin Chica.

Chica mencari-cari lagi. Akhirnya, dia menemukan rumah berwarna hijau dengan pagar hitam dan tumbuh-tumbuhan disekeliling rumahnya. Persis yang dibilang oleh Steva.

Chica melihat ada seorang anak kecil yang keluar dari rumah itu. Anak kecil itu menatap Chica dengan binggung. Chica akhirnya mempunyai ide untuk bertanya kepadanya.

"Dek, ini rumahnya Quero bukan?" Chica bertanya dengan pelan sambil jongkok untuk menyesuaikan tingginya dengan tinggi anak kecil itu.

Anak kecil itu menggeleng pelan. Dia tetap memasang wajah yang kebinggungan ke arah Chica. Chica yang melihat respon anak kecil itu, mengatur nafanya untuk bersabar.

"Ini rumahnya Quero kan? Quero Henderson kan?" Anak kecil itu tetap menggeleng sama seperti tadi.

Chica yang mulai kesal, masih tetap bertanya kepada anak kecil itu dengan mengotot. "Ini rumahnya Quero tau! Masa lo keluar dari rumahnya malah bilang bukan?"

Anak kecil itu kembali menggeleng. "Bukan, kak." Chica mengatur nafasnya lagi.

Okey, Chica. Tarik nafasnya, tahan 24 jam, eh jangan deh! Nanti kalau misalnya gue nahan 24 jam, ntar mati lagi. Belum lagi nanti pada kangen sama kecantikan, kebadaian, kepinteran, kecerdasan gue, batinnya.

Tiba-tiba ada seorang pemuda yang keluar dari rumah yang dingototkan oleh Chica bahwa itu rumahnya Quero. "Lo?"

Rafa yang keluar dari rumahnya, mengangkat sebelah alisnya. "Bukannya ini rumahnya Quero?"

Rafa tidak menjawab pertanyaan Chica secara langsung. Rafa menunjuk ke satu rumah di dekat sebrang rumahnya, yang berwarna hijau dengan pagar hitam dan tumbuh-tumbuhan disekelilingnya mirip dengan ciri-ciri rumahnya.

Chica yang melihat itu langsung kikuk. Dia binggung harus bagaimana. Rasa kesal, gengsi, malu bercampur menjadi satu.

"Maaf ya, permisi." Chica langsung lari meninggalkan kediaman rumah Rafa. "Bang, dia sakit?"

Rafa hanya mengangkat bahunya lalu masuk ke dalam rumahnya.

🙈🙉

"Ini rumahnya Quero bukannya? Gue lupa, yang ditunjuk Rafa yang mana ya? Ntar gue salah rumah lagi, tambah malu banget!"

Chica berbicara sendiri. Dia meruntuki dirinya yang sudah mengotot jika itu rumahnya Quero yang mungkin itu adiknya Rafa.

"Ada bel, tuh! Pencet ga ya? Pencet? enggak, deh! Tapi ntar gimana taunya? Pencet aja, kali ya? Enggak, deh! Ntar salah rumah, makin malu, jir! pencet? enggak? pencet? enggak?"

Karena kebinggungan untuk memutuskan memencet belnya atau tidak, Chica menggunakan jarinya untuk memilih memencet atau tidak.

Karena pilihannya enggak, Chica memutuskan untuk kembali ke rumahnya. Tapi, baru selangkah, pemilik rumahnya sudah memanggil Chica, membuat Chica tersentak.

"Nyari siapa, ya?"

Ternyata yang keluar adalah Quero sendiri. Chica menghela nafas lega. "Hm, lo Quero Henderson bukan?"

Quero memperhatikan Chica dari atas sampai bawah. "Iya, kenapa? Lo Chica kan? Primadona di sekolah SMA Yolanda, anak kelas 11 IPA 2?"

"Gimana lo tau itu? Lo yang selama ini ngasih gue amplop biru berserta kata-kata yang ga bisa gue baca, terus ngasih air mineral di tas gue, sama gumpalan kertas yang kena kepala gue? Untung kepala gue ga kenapa-kenapa, kalau kenapa-kenapa gimana?" Chica mulai menyerocos dengan panjang.

"Apaan sih? Gue ga pernah ngirimin begituan. Gue tau hal tentang lo, karna lo sering digosipin, digibahin sama anak-anak cewe kelas gue. Sementara sama temen-temen gue, pada tergila-gila sama lo!"

Chica memasang muka menyelidiki. Dia melihat matanya Quero dengan seksama. Berusaha mencari-cari kebohongan Quero. Tapi sayang, Chica tidak menemukannya.

"Emang gue suka digosipin, digibahin gimana?"

Chica sekarang berganti prinsip untuk ke rumah Quero. Daripada sia-sia, lebih baik dia mengorek info tentang hatersnya. Sudah salah rumah, mukanya mau taroh dimana coba? Mending digunakan kesempatan kali ini kan?

"Banyak, ada yang bilang lo sok ngartis, sok caper sama Rafa, sok ngeliatin si Qio, lebay, alay, dan setelah gue ngeliat lo dengan kepala mata gue sendiri.."

Quero sengaja menggantung ucapannya untuk membuat Chica penasaran, "Apa? Apa? Pasti salah kan? Mereka itu sok tau! Padahal merekakan kenal gue cuma dari nama! Emang mereka tau cerita kehidupan gue apa? Idih!"

"Ternyata bener."

Sedetik kemudian, setelah Chica mendengarkan perkataan Quero, seketika Chica ingin mencabik-cabik muka gantengnya Quero.

Untung gue sabar. Berarti, sisa dua tersangka. batinnya.

🙈🙉

-Hey, Chica!-

Hey, Chica! [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang