3 • Amplop Biru yang Menawan

31.1K 1.9K 373
                                    

[Tiga]

Chica datang lebih pagi lagi, dari biasanya. Kali ini bukan untuk menyerahkan surat cinta, tetapi karena Gara yang ingin menyalin pr temannya. Otomatis, Chica yang pergi bersama Gara, ikut pergi ke sekolah lebih cepat.

Chica melirik jam tangan yang melingkar manis di tangannya. Baru jam 6 lagi!, batinnya. Chica menghela nafas lelah. Itu artinya, bel akan berbunyi setengah jam lagi.

Chica teringat, dia membawa novel karya Tere Liye dari rumahnya. Chica mulai membuka halaman demi halaman yang ada.

Daun yang jatuh tidak pernah membenci angin.

Dia membiarkan dirinya jatuh begitu saja.

Tak melawan.

Mengikhlaskan semuanya.

(Tere Liye - Daun yang jatuh tidak pernah membenci angin)


Teng tong! Teng tong!

Loncengan bel yang berbunyi, menyentak Chica yang sedang fokus membaca novel kesayangannya. Chica menghela nafasnya kembali. Chica melihat sekelilingnya. Terdapat dua bangku kosong, yang dicurigai pemiliknya belum datang. Tumben Setan sama Jafar telatnya bareng, batinnya.

Chica membuka laci mejanya untuk mengeluarkan buku pelajaran jam pertama saat ini, ekonomi. Sebuah amplop biru menawan jatuh ke lantai. Amplop berwarna biru yang merupakan warna kesukaannya. Simple, namun menarik perhatiannya.

Chica membuka isi amplop itu. Sekumpulan huruf-huruf yang tidak dapat dibaca, terisi di lembaran kertas yang terdapat di dalam amplop yang ditemui Chica itu.

Wvzi Xsrxz,

Wrhzzg lizmt ozrm nvmbfpzrnf pzivmz pvxzmgrpzmnf, zpf nzozs nvmbfpzrnf pzivmz hruzgnf hvmwrir.

-Q.

Chica mengkerutkan dahinya heran. Dia tidak mengerti sama sekali apa yang ditulis di amplop biru itu.

Apa ini sebuah teka-teki? Apa jangan-jangan ini terror dari orang yang ga suka sama gue? Tapi tulisan apaan ini, jir? Ga bisa dibaca sama sekali! batinnya menggebu-gebu.

"Selamat pagi, anak-anak!" ucapan selamat pagi dari Miss Herald, menyentak Chica. Chica memilih menyimpan amplop itu di dalam lacinya dan pertanyaan-pertanyaan yang timbul di pikirannya rapat-rapat untuk istirahat nanti.

"Siapapun lo itu, nanti pasti bakal gue temuin. Dimanapun, kapanpun lo berada."

🙈🙉

"Gue capek banget, jir! Lo bayangin deh, gue telat tuh gegara tuh satu monyet! Kalau tadi dia ga ngajak debat, pasti gue ga bakal disuruh ngepel lantai wc." Steva mengelap bulir-bulir keringatnya yang menetes.

"Udahlah, siapa suruh lo ladenin! Lo kalau diemin dia, ga bakal telat kali. Lu nerima ajakan debat, ya otomatis salah lo juga. Jangan nyalahin orang yang ngajak mulu, tapi juga intropeksi diri sendiri ngapain nerima." Chica mulai kembali dengan ceramah panjangnya.

"Dengerin tuh, Chica! Main nyalah-nyalahin orang aja! Lagian gue ga ngajak debat duluan, ya! Lo nya aja yang kegeeran sama gue. Biasalah lo kan belum move on dari gue kan? Makanya caper-caper gitu."

Steva yang tidak terima dengan perkataan Jafar pun membalasnya. "Heh! Udah jelas-jelas, mulut lo tuh nyolot! Ngajak debat! Belum move on? Sorry ya, gue dulu suka sama lo tuh cuma khilaf!"

"Khilaf, iya khilaf. Tapi, sampe berbulan-bulan ya, khilafnya?" Jafar menaik turunkan alisnya ke Steva.

"Ew lagian, ya!"Steva mengibaskan rambutnya dan berhasil membuat mata Jafar tertusuk rambutnya Steva.

"Udah! Kalian ini ya, ribut mulu kerjaannya! Pusing tau ga? Pala barbie pusyang tujuh keliling! Nanti kalau gue kenapa-kenapa, cuma karena ngedengerin ributan kalian yang tak terbatas ini, gimana? Kalian mau bayarin? Mending ditabungkan duitnya, buat bayar kuliah sendiri."

Chica yang sedari tadi sibuk mengoceh tak sadar, jika Jafar dan Steva sudah kabur meninggalkannya. Mereka terlalu capek untuk mendengar ceramah durasi panjang Chica ini. Chica yang selesai berbicara, baru menyadarinya.

"SETAN! JAFAR! SINI LO BERDUA!"

🙈🙉

"Eh, Lazada tempat belanja online! Amplop apaan tuh?" Steva melihat amplop yang tadi disimpan Chica di lacinya.

"Ga tau isinya apaan. Ga bisa dibaca sama sekali. Mungkin orang yang nulisnya ga lulus TK atau enggak nyogok TK, SD sampai SMP bahkan SMA angkatan ini."

Steva menjitak jidat Chica, "Yakali nyogok, jir! SMA Yolanda mana bisa disogok? Coba dah sini gue liat!"

Chica memberikan amplop biru yang ia temui itu kepada Steva. "Anjir! Mata gue langsung pusing liatnya! Jangan-jangan ini hipnotis buat pusing yang ngebaca lagi!"

"Tau deh. Tapi, gue pengen nemuin orang yang nulis nih surat! Kan di bawahnya ada petunjuk, hurufnya q. Apa namanya awalnya dari huruf q ya? Tapi emang di sini ada yang depannya dari q?"

Steva dan Chica sama-sama sibuk memikirkan siapa yang namanya berawalan dari huruf q.

"Eh! Kutil kuda!" Steva berteriak memangil Jafar. "Paan?"

Steva langsung tertawa terbahak-bahak. "CIE NGAKU KUTIL KUDA! HAHAHA!"

Jafar langsung melempar taplak meja guru yang belum sempat dicuci ke wajah Steva. "ANJIR! SINI LO, KAMPRET!"

Chica yang melihat aksi kejar-kejaran Jafar dan Steva langsung menggelengkan kepalanya. Tampaknya, tiada sehari jika mereka tidak berkelahi, beradu argumen, kejar-kejaran dan saling mengerjai satu sama lain.

Chica tetapi fokus memikirkan siapa manusia yang bersekolah di SMA Yolanda, yang berawalan dari q.

Chica benar-benar kehilangan ide. Dia sesekali mengetuk-ngetuk meja, menggoyangkan kakinya sampai melamun. Sementara dengan Jafar dan Steva, mereka masih berkelahi.

"SINI LO, FAR! GA IMPAS BANGET, TAU GA? MASA LO KENA PENGHAPUS PAPAN TULIS SEKALI, TERUS GUE DUA KALI?!"

"Derita lo, kali!"

Chica akhirnya mempunyai ide, yang terlintas di pikirannya. Chica mengetikkan sesuatu di papan keyboard benda pipihnya itu.

Chica : Bang, tau anak SMA sini yang nama depannya dari q ga? Cewe boleh, cowo juga boleh, banget malah. Kalau yang cowo, usahain cogan ya, bang! Bantuin adek abang yang cakep, baik hati, ramah serta tidak sombong ini ya, Bang!

Chica menunggu balasan dari abangnya tersayang itu. Sesekali dia bersenandung, untuk menghilangkan rasa bosan menunggu balasan abangnya itu.

Line!
Line!

Gara : Adek abang udah gede nih ceritanya? Udah mau nyari cogan-cogan aja. Kalau cowo setau abang itu, Qio Machasero 11 IPA 5, Quero Henderson 10 IPS 3. Kalau cewe, cuma Qila Guena 12 IPS 7 yang abang tau.

Senyum Chica mengembang seperti adonan kue yang telah jadi, setelah membaca pesan yang dikirimkan abang kesayangannya itu. Kini, dia tinggal menjalankan aksinya. Aksi, untuk mengetahui siapa pengirim amplop dan apa isinya itu.

🙈🙉

-Hey, Chica!-

Hey, Chica! [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang