[Empat Puluh Dua]
"I think about him. But, he thinks about her. Thank you."
-Chica.🙈🙉
Chica uring-uringan karena Rafa tidak membalas pesannya. Padahal, dia sudah menunggu selama satu jam. Chica menoleh ke arah jam. 21: 01
Chica : Lagi sibuk ya?
Chica memunggu balasan dari Rafa. Dia berharap Rafa membalas pesannya secepat kilat seperti dirinya sendiri.
Chica : Raf, bales dong ...
Chica : Rafael Walance Juard!
Chica : Gue spam, nih!
"Ih! Kenapa sih, giliran cewe yang dapet chat, dibalesnya cepet. Giliran cowo yang dapet chat, dibalesnya lama. Mana dibalesnya bisa seminggu kemudianlah, sebulan kemudianlah, basi lama-lama!"
Chica menutup obrolannya dengan Rafa. Dia melihat-lihat timeline di line. "Anjir! Ini pas banget buat Rafa! Gue like, ah! Siapa tau Rafa lihat, terus peka!"
Cewe itu manusia, bukan jemuran yang seenak jidat lo gantungin gitu aja. Bilang sayang, tapi ga nembak. Sakit, jir!
-Dari manusia yang lagi digantungin.
Chica menekan menu like di postingan OA line tersebut. Chica tersenyum lebar ketika sederet kalimat muncul di layar ponselnya.
Shared on your friends' Timelines. You can stop sharing the post anytime.
Chica kembali ke menu obrolan. Dia membuka obrolannya bersama Rafa. Chica melihat Rafa belum juga membaca pesannya. Dia memeluk gulingnya karena lelah menunggu.
Rafa membaca pesannya. Chica sontak berdiri di atas kasurnya. Dia melirik ke arah jam di dindingnya.
"Anjir! Gue chat dia dari jam 19:59, dibacanya jam 21:17, dibalesnya jam berapa coba? Awas aja kalau dia baca, balesnya sejam kemudian!" Chica melototkan matanya.
Chica memejamkan matanya sejenak. Matanya sudah lelah melotot sedari tadi.
Rafa masih belum membalas pesannya. Padahal, Rafa sudah membacanya."Kenapa gue jadi gini, sih? Ah, emang bener ya kata orang! Cinta itu buta dan tuli, bisa ngebuat orang ngelakuin apapun demi cinta," ujar Chica sambil menatap layar handphone-nya kembali.
Chica memutuskan untuk menghubungi Rafa. Dia akan memberi asupan ceramah yang akan selalu Rafa ingat seumur hidup.
Tut.. Tut...
"Ini teleponnya menyambung, kok Rafa enggak angkat-angkat, sih? Rafa dimana? Dengan siapa? Semalam berbuat apa? Eh, anjir! Gue bisa lumutan lama-lam--"
"Halo?"
Sambungan telepon telah tersambung. Chica ingin langsung memberikan ceramahnya panjang lebar. Namun, dia mengurungkan niatnya. Chica mendengar suara perempuan.
"Halo? Chica kenapa telepon Rafa?"
Bentar, kayak kenal deh suaranya. Tapi, suara siapa, ya? batin Chica. "Eh, ini siapa, ya? Kok lo tau nama gue?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Hey, Chica! [Completed]
Teen FictionDipersatukan dalam permainan dengan pemain yang sudah jelas memiliki sifat saling bertolak belakang. Si dingin yang hampir tak bisa dibedakan dengan dinginnya es di Kutub Utara dan si cerewet yang selalu berpidato. Bukan permainan kecil-kecilan bia...