[Tiga Puluh Lima]
"Gue dimana? Kepala gue pusing." Jafar membuka matanya pelan-pelan. Dhia baru menyadari, tangan dan kakinya diikat di kursi.
Dia melihat sekelilingnya. Banyak barang-barang yang berantakan. Ruangannya tidak terawat dan gelap. Hanya ada satu lampu, tepatnya di bawah kepala Jafar. Dia tidak mengenali tempat ini.
Jafar berusaha melepaskan ikatan tersebut. Namun, ikatan tali tersebut tidak terlepas. Dia mencoba meningat-ingat kejadian sebelumnya.
"Sebelumnya kan gue pergi dari rumah sakit. Gue ga tau kemana, akhirnya gue berhentiin mobil di tengah jalan. Gue nelpon supirnya buat depetin alamat. Gue sempet adu bacot sama dia. Terus apa ya? Pecundang itu matiin teleponnya. Ter--"
"Terus lo dipukul sama bos gue pakai potongan kayu sampai pingsan." ucapan Jafar dilanjutkan oleh seorang laki-laki berbadan besar.
"Siapa lo? Apa yang lo mau dari gue? Cemen banget dah beraninya main ginian! Kalau berani, satu lawan satu, bego!"
Laki-laki berbadan besar itu menendang kursi Jafar sampai terjatuh. Otomatis, Jafar juga ikut terjatuh. Jafar tidak bisa melawan karena ikatan talinya.
"Jangan banyak bacot! Lo udah diiket gini, masih aja sok-sok ngebacot! Lemah tuh lemah aja! Udah lemah, belagu lagi!"
Jafar tidak terima dibilang seperti itu. Dia berusaha melepaskan ikatannya agar bisa melawan laki-laki tersebut.
"Lepasin tali gue dulu baru kita satu lawan satu, bego! Gue tau lo takut kalah lawan gue. Makanya, lo buat gue pingsan dulu! Ckck, main kotor!"
Jafar sengaja memancing laki-laki tersebut agar melepaskan ikatannya. Laki-laki itu terlihat tidak terbawa emosi sama sekali.
"Hahaha! Lo pikir gue gampang ditipu sama cara picik lo itu? Jangan harap! Ngelepasin ikatan lo terus berantem sama lo? Bukannya itu buat lo semakin lemah? Ga ada gunanya buat gue!"
Tangan Jafar terkepal. Sial! Itu orang belagunya kebangetan! batin Jafar.
Drtt.. Drtt..
Laki-laki itu langsung menjawab panggilan itu tanpa aba-aba. "Hallo, bos?"
"Gimana sama si Jafar? Dia udah bangun?"
"Udah, bos. Dia lagi berusaha ngelepas ikatan talinya, tapi ga bisa."
"Sekarang terserah sama lo. Mau lo bacokin, tusuk, silet, tendang, pukul, terserah! Asalkan lo buat si Jafar kesakitan sampai dia ga ada tenaga buat ngelawan lo! Nanti gue bakal ke sana. Di saat gue sampai di sana, gue mau dia udah terkulai lemas. Gue mau lihat wajah kesakitan dan menderita dia!"
"Siap, bos!"
Sambungan telepon telah berakhir. Laki-laki itu tertawa. Dia memikirkan permainan yang akan dia lakukan kepada Jafar. Dia mendekatkan diri ke arah Jafar.
Jafar yang melihat laki-laki itu mendekat, merasakan firasat yang buruk. Sialnya ikatan talinya belum juga terlepas.
Laki-laki itu menendang kursi yang diikat bersama Jafar kembali. "Lihat sampai kapan lo bisa bertahan!"
🙈🙉
Steva tidak bisa diam sedari tadi. Firasatnya tidak enak. Tapi dia tidak tahu firasatnya untuk siapa.
Dia sudah berusaha menenangkan dirinya. Steva telah melakukan banyak hal. Namun, hasilnya sia-sia. Perasaannya masih tidak enak. Dia sudah mondar-mandir sejak setengah jam yang lalu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hey, Chica! [Completed]
Teen FictionDipersatukan dalam permainan dengan pemain yang sudah jelas memiliki sifat saling bertolak belakang. Si dingin yang hampir tak bisa dibedakan dengan dinginnya es di Kutub Utara dan si cerewet yang selalu berpidato. Bukan permainan kecil-kecilan bia...