[Dua Puluh Delapan]
"Psikopat itu cenderung menyukai musik rap daripada jazz ataupun musik klasik."
-Rena.🙈🙉
Chica menguap. Dia membuka matanya dengan perlahan. Matahari sepertinya masih belum terbit. Chica mengucek matanya. Dia melirik jam di dindingnya.
02:17
Chica membenarkan posisi bantalnya. Dia berusaha untuk tidur kembali dengan memejamkan matanya, seperti kata orang-orang.
Chica masih terjaga. Sepertinya, tenaga Chica sudah penuh sehingga dia tidak bisa tidur kembali. Dia mencoba menghitung domba. Tapi, usahanya sia-sia. Dia masih tidak bisa terlelap ke dalam mimpinya.
"Gue mau ngapain ya?" Chica menjadi binggung sendiri. Dia tidak tahu mau melakukan apa. Dia takut untuk keluar Villa karena pasti keadaan di luar masih gelap.
Chica membenarkan posisi bantal menjadi berdiri. Chica menggunakan posisi itu agar dia bisa bersenderan.
"Eh, iya! Dua surat kemarin mana ya? Kemarin kan belum sempet gue buka. Kira-kira isinya apa ya?" Chica meraba-raba kasurnya. Seingatnya, dia menaruh di sekitar kasurnya.
"Oh iya, kan gue masukin ke dalam sarung bantal!" Chica memasukkan tangannya ke dalam sarung bantal. Dia meraba-raba untuk mencarinya. Dia menemukan dua surat itu.
Keadaan kamar Chica memang tidak terlalu gelap, karena masih ditemani satu lampu kamar berwarna kuning yang menyala.
"Buka atau enggak ya? Kalau gue buka, terus isinya terror, gue sendiri lagi yang takut. Apalagi masih jam segini. Kalau gue ga buka, gue jadi kepo sendiri. Aduh, gimana ya?"
Chica masing memegang dua surat itu. Dia mencoba menebak isi kedua surat kembar itu kemarin.
Drtt.. Drtt..
Sebuah notifikasi masuk ke handphone Chica. Chica memang biasa memasang tanda getaran, bukan bunyi pada malam hari.
Drtt.. Drtt..
"Siapa yang kirim pesan malem-malem gini?" Chica segera membuka notifikasi di layar handphone-nya.
Chica menyeritkan dahinya. Dia melihat ada seseorang yang tidak di kenalnya mengirimkan pesan suara kepadanya.
"Dari siapa ya? Dia tau line gue dari siapa? Perasaan yang tau line gue cuma orang-orang yang kenal ataupun deket sama gue deh."
Chica membuka pesan suara yang di kirimkan kepadanya.
Look, if you had one shot, one opportunity
To seize everything you ever wanted
One moment
Would you capture it or just let it slip?Yo
His palms are sweaty, knees weak, arms are heavy
There's vomit on his sweater already, mom's spaghetti
He's nervous, but on the surface he looks calm and ready
To drop bombs, but he keeps on forgettin'
What he wrote down, the whole crowd goes so loud
He opens his mouth, but the words won't come out
He's chokin', how, everybody's jokin' now
The clocks run out, times up, over, blaow!
Snap back to reality, oh there goes gravity
Oh, there goes rabbit, he choked
He's so mad, but he won't give up that easy? No
He won't have it, he knows his whole back city's ropes
It don't matter,
He's dope, he's know that, but he's brokeChica terdiam sedari tadi. Mendengar lagu yang terputar dari pesan suaranya. Lagu itu terputus. Chica mengetahui lagu itu.
"Kenapa orangnya ngirimin lagu ini ke gue? Apa hubungannya? Perasaan cuma lagi biasa deh. Ga mungkin ada aneh-aneh kan? Lagian ini siapa sih?"
Chica menelpon akun line yang tadi mengirimkan pesan suara itu. Chica menunggu pemiliknya menjawab. Namun sayang, telepon itu tidak dijawab. Chica mencoba lagi.
"Ngeselin banget sih orangnya! Kenapa pakai acara ga diangkat teleponnya? Ga ngerti deh gue sama maksudnya!"
Chica menutup handphone-nya. Dia beralih pandangan ke dua surat putih itu. Chica membuka surat putih yang pertama dengan hati-hati.
I untukmu. [1]
Chica menyeritkan dahinya. Dia tidak mengerti maksud surat yang pertama. Chica membuka surat yang kedua.
L untukmu juga. [2]
Sama seperti surat yang pertama, dia juga tidak mengerti surat yang kedua ini. Benar-benar tidak mengerti sama sekali. Dia bagaikan anak TK yang diberi pelajaran aljabar.
"Sebenernya semua ini apa sih? Ini gue yang ga ngerti, gagal paham atau yang ngirimnya yang kepinteran ya? Lama-lama jadi serem gini lagi! Gue paksain tidur aja deh!"
Chica membenarkan posisi bantalnya untuk kembali tidur. Dia mengambil bedcover-nya untuk menutup wajahnya. Dia tidak mungkin memilih keluar kamar menemui Gara. Keadaan di luar pasti gelap.
Chica akhirnya terlelap ke dalam mimpinya. Handphone-nya kembali bergetar, tanda pesan masuk. Tetapi, Chica tidak terbangun.
Drtt.. Drtt..
Layar handphone Chica menyala. Menunjukkan satu notifikasi yang baru saja datang.
Have a bad dream, baby.
Pesan yang baru saja muncul dari layar handphone Chica menghilang. Sepertinya, pemiliknya sudah meng-unsend pesan tersebut.
🙈🙉
Chica terbangun dari tidurnya. Sinar matahari datang menebus tirai kamar Chica. Astaga, silau banget! Eh? Gue bisa tidur? Puji Tuhan! Sekarang jam berapa ya? batin Chica.
11:45
"HAH? ASTAGA! MASIH PAGI TERNYATA! Tidur lagi deh!"
Chica menarik bedcover-nya kembali. Dia ingin melanjutkan aktivitasnya untuk tidur kembali.
"Dek! Bangun! Jangan kebo! Jadi cewe yang bener dikit, Dek!"
Chica membuka bedcover-nya. Dia mengucek-ucek matanya. Dia bangun bukan karena teriakan abangnya, melainkan kepikiran dengan hal-hal yang dia dapatkan semalam.
Apa gue harus cerita ke Rafa tentang ini? Tapi nanti si Rena nyaut lagi! Apa gue cerita ke Bang Gara dulu? batin Chica. Chica mengikat rambutnya acak-acakan. Dia pusing dengan semua hal ini.
Drtt.. Drtt..
Notifikasi yang muncul, membuat Chica menoleh dan membuka notif itu. Chica binggung dengan pengirim pesan itu.
Guten Morgen. Gimana tidurnya?
"Gimana dia bisa tau kalau gue habis bangun tidur? Kenapa juga dia bisa tau gue semalem kebangun? Ga mungkin kebetulan. Ini semua terlalu pas dan persis."
🙈🙉
-Hey, Chica!-
Hallo guys!
Yeyeye daku kembali~
Makasih buat semangat-semangat kalian semua! Makasih juga ka Bayu udah kasih motivasi dan bangkitin mood buat nulis~
Masih setia menunggu Hey, Chica! update kan? Jangan bosen-bosen nunggu Hey, Chica! update ya! Jangan lupa vomentnya juga!
Quotes from ka Bayu :
"Jangan berhenti menulis ya. Karena kesuksesan milik mereka yang tidak pernah menyerah." - BayuPermana31
KAMU SEDANG MEMBACA
Hey, Chica! [Completed]
Teen FictionDipersatukan dalam permainan dengan pemain yang sudah jelas memiliki sifat saling bertolak belakang. Si dingin yang hampir tak bisa dibedakan dengan dinginnya es di Kutub Utara dan si cerewet yang selalu berpidato. Bukan permainan kecil-kecilan bia...