[Lima Puluh Tujuh]
Limierence
Sebuah kondisi saat kita sedang tergila-gila dengan seseorang.
🙈🙉
"Lo apa-apaan sih, Stev?"
Qio tidak habis pikir dengan sikap Steva. Steva tadi telah menuduhnya ikut bekerja sama dalam rencana licik Rena dan Rafa.
"Ngaku aja, deh! Gue sama sekali gak butuh yang namanya musuh di dalam selimut! Lo kan temen kecilnya Rafa sama Rena kan?! Pasti ada maksudlah!"
Qio mengepalkan tangannya. Dia sudah berusaha sabar daritadi. "Mulut lo dijaga!"
"Dijaga? Ngapain dijaga sama orang-orang busuk kayak kalian, hah?!" sinis Steva.
"Udah, Stev! Mendingan kita sekarang nyari Chica bareng-bareng," lerai Gara dengan sabarnya.
Di saat sampai di gerbang sekolah, Chica memang masih bersama dengan mereka. Gara bahkan sempat mendapat pesan dari orang yang tidak diketahui, mereka diminta untuk masuk ke dalam sekolah.
Disaat mereka masuk ke dalam sekolah, Chica tiba-tiba sudah tidak ada bersama dengan mereka. Mereka sudah menulusuri sekolah selama setengah jam.
Drrt... Drrt...
Handphone Gara berdering, menandakan ada sebuah pesan yang masuk. Gara segera membuka pesan tersebut.
Chica : Gar, gue ada di arah jam 8 dari posisi kalian berada.
"Kenapa, Bang? Mantan nge-chat ngajak balik-SAKIT!" Steva mengembangkan senyumnya. Dia berhasil menginjak kaki Juan kembali.
"Chica nge-chat gue, katanya dia ada di arah jam 8 dari posisi kita sekarang."
Steva mengambil handphone Gara dan membaca pesannya. Dia mengkerutkan dahinya. Kok aneh ya? batin Steva.
"Bang, setau gue ya, Chica manggil lo tuh selalu pakai kata bang, kenapa ini ga ada ya? Lagian, darimana Chica tau posisi kita sekarang? CCTV?" tanya Steva heran.
"Gue boleh lihat surat yang Chica dapet ga? Soalnya gue ngerasa aneh," ujar Qio.
Gara memberikan surat yang Chica dapatkan ke Qio. Qio mulai membaca surat tersebut dari awal hingga akhir.
"Apa cuma firasat gue kalau yang nulis surat ini bukan Rafa tapi Rena? Soalnya, ngapain Rafa nulis panjang-panjang gini, dia ngomong aja irit. Gue juga udah kenal Rafa dari kecil."
Juan merebut surat tersebut dari Qio. "Ah, pusing gue! Segala pakai Bahasa Inggris! Bahasa Inggris pas-pasan gara-gara lihat!"
Gara menggelengkan kepalanya. "Udahlah, coba kita pergi dulu arah yang dimaksud."
🙈🙉
"Bangsat!"
Rena tersenyum sinis melihat Rafa yang berhasil menemukan keberadaannya dengan saudara tirinya.
"Shut up!" Tatapan mata Rena begitu tajam kepada Rafa. Walau demikian, Rafa tidak takut sama sekali kepada Rena.
Rafa mengalihkan pandangan ke seorang perempuan yang tergeletak di lantai. Dia mengepalkan tangannya.
"Lepasin." Nada dingin yang keluar dari mulut Rafa, hanya mengundang tawa bagi Rena. Dia sama sekali tidak takut.
Rena berjalan mendekati Rafa. Rafa yang melihat itu, tetap memasang wajah datar.
Rafa menyesal telah datang terlambat untuk menyelamatkan Chica, orang yang dia sayang. Chica sudah disiksa oleh Rena.
FLASHBACK ON.
"Rafa! Senyum dong, sekali aja!" Chica kembali mengeluarkan jurus andalannya, memasang wajah yang memohon.
Rafa memutar bola matanya. Dia tidak suka tersenyum di hadapan kamera seperti yang diminta oleh Chica. "Ga."
"Sekali aja, napa?! Perasaan lo baru aja tadi baik beliin gue es cream matcha, sekarang lo udah jahat lagi!"
Chica mengembungkan pipinya. Dia juga menyilangkan tangannya di depan dadanya sebagai tanda dia sedang ngambek.
Rafa menghela nafasnya. Jika sudah seperti ini, dia tidak bisa melakukan apa-apa lagi selain menuruti keinginan Chica.
Cekrek!
"Wah, ternyata lo lebih ganteng kalau senyum ya! Lain kali, lo ga apa-apa datar aja terus, gue ikhlas!" ujar Chica sambil melihat hasil foto dirinya dengan Rafa.
Rafa mengkerutkan dahinya heran setelah mendengar ucapan yang keluar dari mulut Chica. Chica langsung tersenyum manis.
"Lo pasti binggung kenapa gue muji lo tapi akhirnya gue suruh pasang mimik wajah datar aja 'kan?"
Rafa mengangkat bahunya. Walaupun dia sempat binggung, dia juga lebih baik memilih tidak peduli saja. Tidak ada untungnya juga.
"Karena kalau lo senyum itu lo makin ganteng. Bisa aja cewek-cewek centil makin suka lagi sama lo! Gue kasian sama cewek-cewek centilnya, nanti mereka penuh cakaran gue lagi! Belum lagi, gue bisa-bisa masuk BK mulu gara-gara kuku gue penjang, kan bahaya!"
Rafa menggelengkan kepalanya. Dia tidak menyangka kalimat-kalimat itu akan muncul dari mulut Chica sendiri.
"Lo sendiri yang bilang lo punya gue terus, gue punya lo. Jadi, kalau misalnya gue kenapa-kenapa, lo ga usah tolongin gue. Cukup gue yang kenapa-kenapa, jangan apa yang jadi milik gue ikut kenapa-kenapa juga," ucap Chica sambil tersenyum manis.
FLASHBACK OFF.
"Kenapa, Raf? Apa yang lo pikirin? Masa-masa dulu lo sama adek tiri gue? Haha!"
Rafa tidak suka mendengar nada bicara mengejek yang keluar dari mulut Rena ini. Sementara Rena yang merasa jawabannya tepat sasaran, langsung tersenyum sinis.
"Lagi-lagi lo lakuin kesalahan yang sama kayak dulu. Lo tahu apa? Limerence," ucap Rena dengan sinisnya.
Deg.
"Gue akuin lo itu cerdik. Lo bisa buat orang percaya kalau lo emang ga ada perasaan apapun sama adik tiri gue. Tapi sayang, lo cuma bisa mengelabuhi orang-orang, bukan gue yang udah tau luar-dalam lo."
Rafa sontak menendang kaleng yang berada di dekatnya. Dia sadar, dia telah menarik Chica ke dalam kehidupannya.
Dia hanya akan membuat Chica masuk ke dalam masalah besar dan akhirnya akan berujung kesengsaraan.
Rena berjongkok untuk melihat wajah Chica yang saat ini sedang pingsan. Ya, ini semua adalah rencana Rena. Dia juga yang sudah menculik Chica dari yang lain.
"Lakuin apa yang harus lo lakuin. Pergi ninggalin dia dan akhirnya dia masih bisa selamat, atau ... lo tetap di sini sama dia dan hidup dia akan berakhir di sini?"
🙈🙉
-Hey, Chica!-
Hore! Emak update kembali yey!
Coba kalian ceritain, gimana perasaan kalian setelah membaca part ini? Sakit tapi tak berdarah karena digantungin? Kesel? Pengen marah tapi sendiri?
Maaf ya kalau ada typo, kesalahan kata, tanda baca, belum dapet feel, dll :)
Intinya, jangan lupa vote dan komennya gais! Jangan bosen nunggu updatenya! Karena part selanjutnya kemungkinan akan menjadi part dimana Hey, Chica! akan 'tamat'. Update? komennya dijebolin gimana? H3H3
Sekian,
Salam hangat dari emak Rena 💋
KAMU SEDANG MEMBACA
Hey, Chica! [Completed]
Teen FictionDipersatukan dalam permainan dengan pemain yang sudah jelas memiliki sifat saling bertolak belakang. Si dingin yang hampir tak bisa dibedakan dengan dinginnya es di Kutub Utara dan si cerewet yang selalu berpidato. Bukan permainan kecil-kecilan bia...