[Empat Puluh Sembilan]
Chica masih memikirkan percakapannya dengan Pak Hendra tadi. Chica benar-benar tidak fokus belajar.
Sejelek itu kah gue di mata lo, Raf? Lo bukan cuma mundur dari ngajar gue, tapi juga mundur dari ketua eskul basket. Kenapa lo lakuin ini? Kalau emang lo mau menjauh dari gue, biar gue aja yang menjauh. Jangan gini, batin Chica.
Steva yang malas memperhatikan pelajaran, menoleh ke arah Chica. Dia awalnya ingin melakukan sesuatu yang jahil kepada Chica. Namun, hal itu diurung oleh Steva karena dia melihat Chica yang melamun dan sedih.
Steva merasa ada yang aneh dari Chica. Apalagi, Chica belum menceritakan masalah sebenarnya kepadanya.
Lazada kenapa, sih? Tumben-tumbennya dia kayak gitu. Ada yang patut dicurigai! Tapi apa? Apa jangan-jangan ada terror lagi? Gue chat Rafa aja! batin Steva.
Steva membuka handphone-nya diam-diam agar tidak ketahuan Bu Ayu. Steva mulai mengetikkan sesuatu di layar handphone-nya kepada Rafa.
Steva : Raf, lo tahu ga kenapa Chica jadi murung, melamun gini? Lo kan gebetannya pasti tahu kan!
Rafa : G.
Steva : Jangan pelit jadi orang! Gue tuh sahabat Chica juga! Masa lo ga mau ceritain, sih? Jahat banget, najis!
Steva menunggu balasan dari Rafa. Namun, yang ditunggu oleh Steva, tak kunjung membalas pesannya.
Steva : Jangan buat orang nunggu! Apalagi kalau nunggunya ga pasti kayak nunggu chat dari lo.
Bangsat, satu kata yang ingin Steva keluarkan dari bibirnya sendiri. Sudah lama menunggu, taunya hanya dibaca.
Steva menutup layar handphone-nya. Dia tidak mau cepat tua hanya karena suka marah-marah, akibat kelakuan Rafa. Benar-benar tidak mau.
Steva mengalihkan pandangannya ke Chica. Chica masih saja terlihat memikirkan sesuatu. Walaupun Chica berusaha menutupi kesedihannya, Steva tetap tahu jika Chica sedang sedih.
Sebenarnya lo kenapa, sih? Kalau lo ada masalah, harusnya lo cerita ke gue. Bukannya lo pendem sendiri gitu aja. Kalau lo pendem, itu sama aja nyakitin diri lo sendiri. Asal lo tau, nyakitin lo, sama aja nyakitin gue, Ca! batin Steva sedih.
🙈🙉
Bug! Bug! Bug!
"Bang Gara! Please berhenti! Bang, udah!" Chica berusaha menghentikan abangnya yang sedang memukuli Rafa.
"Anjing lo! Gue udah percayain adek kesayanagn gue ke lo! Tapi, sikap lo malah gini? Demi cewek psikopat itu?!"
Bug!
"Bang Gara! Kalau emang abang sayang sama Chica, please dengerin omongan Chica! Sekali aja, Bang!" ujar Chica sambil memohon. Chica tidak tega melihat wajah Rafa yang terkena tinjuan dari abangnya.
"Gak! Sekali gak, tetep gak! Gue pengen hajar si satu bangsat ini!" Gara melayangkan tinjuan lagi ke Rafa.
Rafa hanya diam sedari tadi. Dia tidak melawan. Itulah yang terlihat aneh di mata Qio. Padahal setau Qio, sepupunya itu jago dalam hal bela diri.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hey, Chica! [Completed]
Teen FictionDipersatukan dalam permainan dengan pemain yang sudah jelas memiliki sifat saling bertolak belakang. Si dingin yang hampir tak bisa dibedakan dengan dinginnya es di Kutub Utara dan si cerewet yang selalu berpidato. Bukan permainan kecil-kecilan bia...