[Enam]
"Kalau misalnya, cewe yang kuat hatinya. Maka, cowo yang kuat fisiknya. Jadi, ga perlu khawatirin gue!"
-Rafa.🙈🙉
Sepulang sekolah, Chica berjalan mengendap-endap. Berbeda dari kemarin, jika kemarin Chica telah menjadi seorang mata-mata yang mencari tau siapa pengirim amplop biru itu, maka sekarang Chica menjadi stalker untuk mendapatkan informasi apa yang akan dilakukan oleh Qio.
Chica saat ini berada di lapangan SMA Yolanda. Menyaksikan dengan seksama para siswa-siswi SMA Yolanda yang mengikuti eskul basket.
Chica sempat terpesona dengan cara bermain basketnya Qio. Tapi semua itu teralihkan, setelah Chica melihat cara bermain Rafa. Luar biasa!
Chica kembali memfokuskan diri terhadap Qio dan Rafa. Dia memperhatikan, apakah ada gerak-gerik yang mencurigakan?
Chica memperhatikan semuanya. Apakah nanti lantainya akan diberi air sehingga licin dan Rafa jatuh? Apa nanti Qio akan menyelengkat Rafa? Apa nanti Qio akan mendorong Rafa?
Chica yang terlalu memperhatikan Qio dan Rafa, tidak menyadari jika Pak Hendra memperhatikannya juga.
"Chica!" Chica yang ditegur Pak Hendra, pelatih eskul basket, langsung tersentak.
"Eh, bapak!"
"Saya perhatikan, kamu sedari-tadi memperhatikan Qio. Apa kamu menyukai Qio?"
Chica yang tercyduk menjadi gelagapan. "Eh? Enggak kok, Pak. Saya cuma tertarik cara dia bermain basket saja."
"Benar begitu? Kalau memang benar, kenapa kamu tidak ikut bergabung eskul basket ini saja?" Chica mati kutu. Dia benar-benar tidak jago dalam urusan berolahraga.
"Em.. Nan--" Omongan Chica terputuskan oleh Pak Hendra. "Kamu takut diketawain ketika kamu tidak bisa? Jangan khawatir, justru anak-anak lagi akan membantu,"
"Bukan begitu, Pak. Saya hany--"
"Kamu takut tidak bisa? Jangan menilai langsung sebelum berusaha terlebih dahulu. Semuanya juga di sini sedang belajar."
"Enggak, Pak. Saya kan--"
"Kamu merasa kamu anak baru lalu dibeda-bedakan? Anak baru atau anak lama, sama di sini. Jika ada yang berperilaku seperti itu, akan bapak hukum karena tidak sesuai dengan perikemanusiaan."
"Nanti-nanti saj--"
"Masa ilmu ditolak? Ilmu itu harus ditekuni, pasti nanti disaat kamu sudah besar, akan berguna."
"Maksud saya, bukany--"
"Oh, jadi maksud kamu, kamu tidak berminat diolahraga basket? Kamu hanya suka melihatnya? Orang yang melihatnya saja, kadang mempunyai niat untuk mencoba bermain, loh! Seperti membaca, kadang orang juga mempunyai niat untuk mencoba menulis karyanya sendiri."
Chica akhirnya menepuk jidatnya. Dia lelah untuk menjelaskannya kepada Pak Hendra. Sedari tadi, ucapannya selalu dipotong oleh Pak Hendra.
Chica yang tiba-tiba mendapatkan ide untuk melanjutkan stalkernya, langsung tersenyum menunjukkan sederet gigi putihnya.
"Saya gabung deh, Pak!"
🙈🙉
Chica sudah bersiap-siap sedari tadi di lapangan SMA Yolanda. Chica telah menggunakan baju basket yang memang telah disediakan di SMA Yolanda. Chica menguncir satu rambutnya dengan rapi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hey, Chica! [Completed]
Teen FictionDipersatukan dalam permainan dengan pemain yang sudah jelas memiliki sifat saling bertolak belakang. Si dingin yang hampir tak bisa dibedakan dengan dinginnya es di Kutub Utara dan si cerewet yang selalu berpidato. Bukan permainan kecil-kecilan bia...