• Extra Part •

20.1K 892 110
                                    

Chica membuka album fotonya yang sudah berdebu. Begitu banyak memori-memori yang tersimpan di dalamnya.

Album foto tersebut mulai menunjukkan moment-moment indah yang diabadikan. Begitu indah, walaupun bukan miliknya.

Di foto pertama, terlihat seorang bayi yang digendong oleh ibunya. Di samping ibu tersebut, terdapat ayahnya yang ikut juga.

Begitu banyak foto-foto yang mampu membuat orang tersenyum saat mengingatnya. Kenangan yang manis.

Chica membalikkan halaman selanjutnya dari album foto tersebut. Terdapat masa kecil kakak tirinya yang masih polos.

"Hahaha! Kok gue jadi ngakak, ya?" tanya Chica kepada dirinya sendiri. Dia memang sedang membuka album foto kakaknya.

Chica membuka halaman selanjutnya dan melihat-lihat sampai habis. Setelah merasa puas, dia memutup album fotonya.

Dia memang sudah tahu semua kebenarannya. Mulai kebenaran dari keluarganya dan juga keluarga Rena.

Dia juga sudah mendapatkan penjelasan dari Qio bahwa sebenarnya Qio tidak menyukai dirinya. Qio melakukan ini semua semata-mata untuk Rafa.

Sebuah foto yang sepertinya terselib di album foto terjatuh. Hal itu berhasil mencuri perhatian Chica. Dia melihat foto tersebut dengan iba.

Ren, walaupun sikap-sikap lo pernah nyakitin gue sama yang lain, kita udah maafin kok

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ren, walaupun sikap-sikap lo pernah nyakitin gue sama yang lain, kita udah maafin kok. Terima kasih atas kehadiran lo di sini, kita sayang sama lo, batin Chica.

Chica menutup album foto yang berada di tangannya. Dia mencoba mengingat kembali kenangan terakhir bersama kakak tirinya itu. Terakhir, karena semuanya telah berakhir.

"LAZADA! WHERE ARE YOU?"

Chica langsung memasukkan foto tersebut ke dalam album foto yang dipegangnya. Steva memang selalu berhasil dalam masalah membuatnya kaget.

"Apa sih, Tan? Lo tuh ga bisa ya sekali aja gitu ga teriak-teriak terus buat gue kaget? Makin tua makin ngeselin lo!"

Steva menggelengkan kepalanya. "Lo tuh yang makin tua makin ngeselin! Lagian, lo tuh udah ditunggu Rafa di bawah!"

Chica langsung menoleh ke arah Steva dengan mimik wajah terkejut. Dia melirik ke arah jam kesayangannya.

Rafa? Sekarang jam berapa? Astaga! Gue lupa dia kan mau ngajak jalan! Aduh, nanti kalau gue dia nganu gimana? Eh? Kok jadi nganu-nganu, sih? batin Chica.

Tanpa aba-aba, Chica langsung mengambil baju di lemarinya dan bergegas ke kamar mandi. Dia memang awalnya ingin mandi.

"Dasar lazada tempat belanja online seindonesia!" Steva menggeleng-geleng melihat kelakuan Chica yang tidak berubah dari dulu.

Steva melihat album foto yang lupa disimpan oleh Chica. "Untungnya waktu itu bukan akhir dari segalanya."

FLASHBACK ON.

"Rafa, Bang! Hiks ... hiks ...." Gara memeluk adik kesayangannya dengan iba. Dia mencoba menenangkan.

"Nyet, katanya lo kuat, bangunlah!" pinta Juan yang mendapat jitakan dari Steva.

"Orang lagi sakit gitu lo panggil monyet?! Harusnya orang yang kayak lo yang dipanggil monyet!" Juan meringis mendengar ucapan galak Steva.

Gara mengalihkan pandangannya ke arah Qio. "Lo udah beresin masalah di sekolah kan? Jangan sampai ada orang yang tau."

Qio mengangguk. Dia sudah menyuruh orang lain untuk membereskan semua hal yang menyangkut dia dan lainnya.

Seorang dokter keluar dari ruangan operasi. Chica langsung melepaskan pelukan Bang Gara dan menghampiri seorang dokter yang menangani Rafa.

"Dok, gimana operasinya? Operasinya lancar kan? Enggak ada masalah apa-apa kan? Rafa baik-baik aja kan? Bis--"

"Udah, Da. Biarin dokternya ngejelasin dulu," potong Steva.

"Puji Tuhan, operasi berjalan lancar dan pasien dapat diselamatkan."

FLASHBACK OFF.

"Gue ga tau lagi kalau misalnya waktu itu operasinya ga berjalan lancar. Mereka pantes buat bahagia. Saking bahagianya, si Chica lupa umur kalau udah kuliah. Oh iya, Far, gimana keadaan lo di sana? Gue di sini kangen sama lo."

🙈🙉

"Rafa! Kita mau kemana, sih? Kok dari tadi jalan ga nyampe-nyampe? Lo mau bawa gue ke anu ya?! Hayo ngaku!"

Rafa tidak memperdulikan ucapan Chica. Dia masih fokua untuk mengendarai motornya agar selamat sampai tujuan.

"Raf, ga terasa banget gue udah kuliah, ya? Padahal waktu SMA, Chica suka kena air suci guru BK SMA kita."

Rafa hanya mengangguk sebagai respon ucapan Chica. Akan tetapi, apa yang dikatakan Chica ada benarnya juga.

Setelah masalah Rena dengan lainnya telah selesai, Rafa dan Qio memutuskan untuk berbaikan. Ya, bagaimana pun mereka adalah keluarga bukan?

Rafa memberhentikan motornya di alun-alun kota. Tujuannya membawa Chica ke sini memang untuk menikmati angin malam seperti ini.

"Rafa! Lihat deh di sana! Ada kembang api, bagus banget mana sekarang malam minggu lagi!" Chica menjadi heboh sendiri.

"Ca!"

Chica mengalihkan pandangannya dari kembang api yang menghiasi malam mereka. "Kenapa, Raf? Ada mas--"

Ucapan Chica terputus karena Rafa memeluknya. "Gue sayang lo," bisik Rafa.

Chica tersenyum. Dia merasa bersyukur masih diberi kesempatan bersama dengan Rafa. Apalagi, waktu insiden dahulu.

"Gue sayang sama lo juga, Raf."

🙈🙉

Yes! Gimana extra partnya?

Gimana perasaan kalian setelah membaca extra part ini? Ada yang seneng? Ada yang terharu?

Oke guys, maaf kalau masih ada typo, kesalahan kata ataupun tanda baca, belum dapet feelnya, dan lainnya.

Rena gimana? Jafar gimana? Cari tahu di sequelnya!

Sekian,

Salam hangat dari emak Rafa 💋

Hey, Chica! [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang