[Tiga Puluh Empat]
"Jangan main-main sama gue, atau lo bakal dapet akibatnya!"
-Rena."Seneng di atas penderitaan orang? Punya hati ga lo? Oh iya gue lupa, hati lo kan udah mati! Makanya ga berfungsi. Busuk lagi!"
-Jafar.🙈🙉
"Seenak jidat kamu menuduh saya! Kamu bilang saya pembunuh begitu? Cih! Dasar anak jaman sekarang, tidak pernah diajarkan sopan santun oleh orang tua!"
Jafar tetap mempertahankan senyum sinisnya. "Setidaknya saya tidak menjadi seseorang yang berusaha membunuh majikannya sendiri."
"Saya sudah bilang, jangan main menuduh! Anda tidak suka dituduh, mengapa anda menuduh orang lain?"
"Saya dari awal hanya menanyakan dimana lokasi kejadiannya. Anda yang memperpanjang dengan cara tidak memberi tahu dimana lokasinya. Ada sesuatu yang anda sembunyikan."
"Jangan banyak bicara! Lebih baik Anda tutup mulut Anda. Mulutmu adalah harimaumu. Saya sudah bilang sejak tadi, tidak perlu repot-repot untuk menyelidikinya. Terima kasih."
Tut.. Tut.. Tut..
Sambungan telepon terputus. Jafar mengepalkan tangannya. Dia merasa ada yang ditutup-tutupi oleh orang tersebut.
Jafar mencoba menelponnya kembali. Dia menunggu panggilannya dijawab. Namun, dia kembali kesal lantaran handphone orang tersebut dimatikan.
"Sial! Kenapa harus dimatiin handphone-nya? Pengecut! Gimana gue nyari tahu lokasinya? Yaiya gue muter sana-sini."
Jafar memijit keningnya dengan pelan. Dia pusing. Mencari lokasi kejadian saja susah, apalagi mencari tahu siapa pelakunya?
Bug! Brak!
Seseorang memukul punggung Jafar dari belakang, dengan menggunakan potongan kayu yang cukup besar. Jafar pingsan.
Orang itu tersenyum sinis melihat Jafar yang pingsan. Dia menendang tubuh Jafar untuk mengetesnya. Namun, tidak ada reaksi apapun.
"Makanya, ga usah jadi sok pahlawan kesiangan! Mending lo urusin aja tugas-tugas OSIS lo segala macem, daripada sok-sok ikut campur masalah gue! Lo! Bawa dia masuk ke dalam bagasi mobil!"
Orang yang diperintahkan untuk membawa Jafar ke dalam bagasi mobil menganggukkan kepalanya. Dia menuruti perintahnya.
Lihat apa yang bakal gue lakuin sama Jafar, Cha! Hahaha! batin Rena.
🙈🙉
FLASHBACK ON.
"Dasar anak pembawa sial! Bawa minuman untuk calon ibu tiri kamu saja tidak becus! Sana! Masuk ke dalam kamarmu saja!"
Anak itu menangis. Dia masuk ke dalam kamarnya sesuai dengan perintah ayahnya. Dia tadi tidak sengaja memecahkan gelas saat ingin membawakan minuman untuk calon ibu tirinya. Dia tidak berniat sengaja.
"Mama ... mama dimana? Mama katanya mau nyusul aku, kok mama enggak nyusul sih? Hiks ... hiks ... mama ... ayah kasar, Ma. Ak ... aku takut." Anak kecil itu memeluk dirinya sendiri sambil menangis.
Pintu kamar anak kecil itu terbuka. Terlihat calon ibu tiri anak kecil itu masuk.
Dia melihat calon anak tirinya sedang menangis. Dia tidak tega.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hey, Chica! [Completed]
Teen FictionDipersatukan dalam permainan dengan pemain yang sudah jelas memiliki sifat saling bertolak belakang. Si dingin yang hampir tak bisa dibedakan dengan dinginnya es di Kutub Utara dan si cerewet yang selalu berpidato. Bukan permainan kecil-kecilan bia...