39.

4.5K 149 0
                                    

Masih Key Pov.

Aku tidak tahu siapa mereka tapi yang aku tahu mereka sangat berbahaya. Senjata yang mereka gunakan membuat tubuhku gemetar. Aku tidak mungkin bisa melawan mereka yang dengan senjata kosong. Aku harus merencanakan sesuatu.

"Heey kau...dimana saudaramu yang satu itu.. "seorang pria berbaju hitam dengan memakai masker penutup wajah menodongkan pistol pada Sandy. Tapi tentu saja dia tidak menjawab karena mulutnya ditutup dengan perekat hitam.

Oh Tuhan...kumohon lindungi Sandy dan saudaraku yang lain.

Aku lihat mereka berbisik sesuatu saat Sandy terus meronta. Dan aku bisa liat dari kejauhan niat buruk mereka pada Sandy.

Sudah aku duga..mereka akan melakukannya pada Sandy. Sandy diangkat tubuhnya oleh salah seorang dari mereka dan tunggu...mereka akan menuju kamar Sandy. Aku harus lebih dulu masuk kesana.

Dengan berjinjit aku berlari cepat menuju kamar Sandy sebelum ketahuan mereka. Tentu saja langkahku tidak bersuara karena aku tidak memakai alas kaki apapun.

Aku segera bersembunyi di kamar mandi milik Sandy dan menunggu waktu yang tepat untuk menghajar mereka. Dan tak salah lagi dugaanku.  Aku mendengar beberapa orang laki laki masuk ke kamar Sandy lalu terdengar juga kamar ini telah dikunci oleh mereka.

Suara rontaan Sandy membuatku tidak sabar ingin keluar dari persembunyian. Saat aku keluar betapa terkejutnya aku saat melihat Sandy dikelilingi oleh tiga orang laki laki yang ingin melakukan asusila padanya. Sungguh menjijikan.

Entah datang darimana kekuatan itu datang aku langsung memukul leher salah satu dari mereka hanya dengan satu tanganku. Kemudian satu orang dari kanan kiri Sandy aku hajar dengan bogeman tangan dan tendangan kakiku.

Mereka sempat ingin melawan namun aku segera mengeluarkan keahlianku. Menotok aliran darah mereka . Dan seketika mereka langsung tergeletak lemas walaupun masih sadar dan bisa melihat.

Saat sudah merasa aman aku mendekat pada Sandy dan melepaskan perekat di mulutnya. Seketika itu juga dia langsung menubruk tubuhku dan memelukku erat.

"Kaaakkk....aku takut.. "isak Sandy padaku dan aku bisa merasakan gemetar ditubuhnya karena takut.

Segera aku balas pelukannya dan mengelus punggungnya mencoba menenangkannya.

"Hsstt...tenanglah. Aku ada disini. Sudah jangan menangis. Kakak pernah bilang kan kalau aku akan selalu di samping mu.  Jadi tenanglah.. "aku uraikan pelukannya namun dia kembali memelukku lagi.

"Aku tidak tahu apa jadinya jika tidak ada Kak Key disini.. Aku.. "suara Sandy bergetar hebat.

"Hssst....dengarkan aku. "aku kembali menguraikan pelukannya.
"Sekarang aku sangat butuh bantuanmu. Jadi kau mau membantu Kakak.. "ucapku pada Sandy.

"Hmmm.. "Sandi menganggukkan kepala tanda setuju.

Kemudian aku beranjak turun dari atas kasur Sandy dan mulai melucuti perlengkapan yang penjahat itu bawa dan aku pakaikan ke tubuhku.

"San...pegang ponselku dan hubungi Kak Levin atau Dady atau siapapun keluarga kita. Aku sudah menghubungi mereka tapi belum ada balasan satupun. Mungkin sedang sibuk. Jadi tunggulah mereka mengubungimu.. "ucapku sambil memasukan pistol di pinggang kanan kiri ku.

"Sambungan telpon mati. Lebih baik kirim pesan saja.  Aku takut mereka menyadap jaringan telpon yang masuk atau keluar. "jelasku lagi sambil memasukan pisau ke saku celana belakang kanan kiri ku.

Aku lihat Sandy menatapku tanpa berkedip.

"Sebenarnya siapa kau Kak.. "pertanyaan aneh tiba tiba keluar dari mulut Sandy.

My Two Men ProtectorTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang