Chanyeol tiba di kamar tidur mewah bergaya klasik miliknya. Kamar luas itu dihiasi ukiran dan detail yang sangat indah. Saat berada di dalamnya, seorang akan merasa dirinya time travel ke Inggris di era Victorian.
"Dia mengajakku berperang." Chanyeol membanting tubuhnya ke atas ranjang empuknya. Menghadapkan wajahnya ke samping menatap keluar balkon kamarnya.
"Argh." Chanyeol meringis kesakitan saat tak sengaja mengusap wajah. Ia baru sadar jika tubuhnya terluka karena perkelahian tadi.
"Sahabat macam apa Dia? Keterlaluan." cerca Chanyeol masih kesal pada sikap sahabatnya, Kyung Soo. Ia belum sempat mengobati lukanya dan bahkan tidak kepikiran. Yang dia pikirkan hanya hasrat ingin membalas dendam.
•¶•
Hae Soo kembali menjejakkan kakinya di sekolah terlaknat yang pernah ia jejaki. Tiga hari di sana, setahun rasanya.
"Selamat pagi, Pahlawannnn...." sapa Eunri saat berpapasan dengan Hae Soo di tempat parkir.
"Ternyata sepeda bagus itu milikmu? Aku tidak menyangka." bukannya membalas sapaan, Hae Soo justru mengajukan pertanyaan.
Eunri menengok ke sepedanya lalu tersenyum. "Eum ... iya. Sangat nyaman menaiki sepeda, bisa menghirup udara segar." ungkapnya.
"Anda sangat benar, Kawan. Lalu, sepeda yang satu lagi itu milik siapa?" Hae Soo membenarkan lalu menunjukkan jarinya pada satu sepeda yang lain.
"Pulang sekolah nanti kauakan tahu." Eunri tidak langsung menyebutkan pemilik sepeda tersebut.
"Kauterlalu pandai membuatku penasaran." sindir Hae Soo mengundang senyuman Eunri.
"Ayo, Kita masuk ke kelas!"
"Baiklah, ayo!" Mereka lantas berangkulan berjalan menuju kelas.
"Berhenti di sana, Murid Jelata!" segerombolan murid laki-laki dan perempuan berdiri menghadang Hae Soo dan Eunri.
"Ada apa ini? Mengapa kalian menghalangi Kami?" tanya Eunri sarkas.
"Lebih baik kaupergi saja dari murid jelata itu, nanti Kau bisa terserang virus susah." lontar salah satu dari mereka dan langsung disambut tawa oleh yang lainnya.
Eunri mendengus kesal, ia melirik Hae Soo yang terlihat malas menanggapi segerombolan murid itu. "Apa yang akan kaulakukan?" bisik Eunri kemudian.
Hae Soo mengurai napas perlahan. "Diam saja. Kita lihat apa yang akan mereka lakukan." ucap Hae Soo membuat kening Eunri berkerut.
Selama beberapa menit segerombolan murid itu hanya berbasa-basi dengan menjelek-jelekkan Hae Soo tanpa belas kasih. Kuping Eunri sudah tak tahan lagi mendengar temannya diperlakukan seperti itu, tapi Hae Soo meredamnya.
"Seberapa cepat kauberlari?" bisik Hae Soo tanpa melirik gadis di sampingnya.
"Hah?" Eunri bingung. "E ... secepat saat lawan ingin merebut bolaku." jawab Eunri cepat setelah ia paham maksud pertanyaan Hae Soo tadi.
"Dalam hitungan ketiga." isyarat Hae Soo langsung dipahami oleh Eunri.
Tidak butuh waktu lama, kedua gadis itu melesat ke arah berbeda namun tetap satu tujuan, yakni kelas. Segerombolan murid tadi pun segera mengejar Hae Soo dan Eunri.
"Kenapa kautidak melawan mereka saja?" tanya Eunri sambil berlari kencang.
"Aku sedang tidak ingin mematahkan tulang mereka dan berurusan dengan hukum. Lebih baik menghindar." jawab Hae Soo lalu terbahak-bahak senang. Eunri pun terjangkiti.
KAMU SEDANG MEMBACA
Boys Over Flowers EXO Vers. [REVISI]
Fiksi PenggemarBoys Before Flowers versi Exo dengan sedikit perubahan alur dan penambahan tokoh-tokoh pendukung lain. Sudah tamat, tapi masih proses revisi. Pengunggahan ulang mengikuti suasana batin penulis.