Sehun dan Hae Soo pulang bersama usai merayakan ulang tahun Haneul secara sederhana. Sehun tadi sempat menolak dan Haneul sendiri menentang pria tersebut agar tidak ikut. Namun atas permintaan Hae Soo, Haneul pun terpaksa mengajak Sehun ikut serta. Sementara Sehun? Dia hanya pasrah mengikuti kemauan mereka.
"Jangan sakiti hatinya," ujar Hae Soo tanpa pembukaan atau sekadar kalimat basa basi.
Sehun langsung menatapnya. Hae Soo menghentikan langkah, diikuti Sehun yang penasaran dengan maksud ucapan Hae Soo.
"Aku tahu tadi Kau mencium Haneul," mendengar itu kerongkongan Sehun mendadak terasa kering. Bahkan membilas dengan saliva pun tak mampu.
"Itu ciuman pertamanya. Jangan pernah menghancurkan kebahagian Haneul Kami setelah Kau curi ciuman, yang ia jaga dan hanya ingin dia berikan pada suaminya kelak. Jika sampai sedikit saja Kau gores hatinya, akan kupastikan Kau menginap di rumh sakit. Atau bahkan bertemu malaikat maut." jelas Hae Soo bermuatan ancaman.
Sehun tampak geming dilanda bingung. Haruskah ia ceritakan bagaimana kesungguhan perasaannya?
"Hae Soo-ya," Sehun dengan setengah keberanian memanggil nama gadis yang berdiri di sampingnya ini.
Hae Soo menoleh, melihat ke arah Sehun. "Apa?" tanyanya dengan suara yang terkesan dingin.
"Boleh kuceritakan sesuatu?" bilang Sehun terbesit ide ingin menceritakan sesuatu yang tak pernah ia ungkapkan ke siapa pun. Sehun tipe orang yang sangat tertutup. Bahkan untuk semua hal. Tapi merasa Hae Soo dapat dipercaya, ia pun berani terbuka.
"Sebenarnya Aku ..." meski meragu Sehun terus melanjutkan ucapnya. Hae Soo pun menyimak dengan baik. Dan dibeberapa bagian ia dibuat kaget dengan pengakuan Sehun.
Sehun terus bercerita dan Hae Soo terus mendengarkan sampai tidak terasa mereka berdiri di sana hampir satu jam. Hawa dingin yang menyelimuti bumi bahkan tidak terasa menembus kulit mereka. Mereka hanyut dalam cerita yang Sehun sampaikan.
•¶•
Setelah kejadian malam tahun baru itu, Haneul berusaha bersikap seperti biasa seakan tidak terjadi apa-apa di antara ia dan Sehun. Di resto pun sikapnya tidak berubah. Galak, pemarah, tukang perintah, cerewet, dan bahkan tidak ramah sama sekali. Tentu sikap itu hanya diperuntukan khusus buat Sehun. Pada yang lain Haneul bersikap biasa dan bahkan ramah.
"Kau tidak berbuat yang aneh-aneh, kan?" bisik Chef Chen pada Sehun yang baru saja dimarahi habis-habisan oleh Haneul. Padahal ia hanya melakukan kesalahan kecil.
"Entahlah ... kurasa Aku harus mengkonsumsi obat penenang jantung." Sehun mengusap kasar wajah seraya mendesah kasar. Ia tak mengerti mengapa malah seperti ini sikap Haneul kepadanya.
"Maaf karena Aku tak bisa meredamnya. Amarah wanita lebih ganas dari terkaman singa." seal Chef Chen hanya bisa memberi Sehun semangat melalui tepukan ke pundak.
•¶•
Chanyeol memegangi kepala yang terasa berdenyut nyeri saat ia bangun. Beberapa kaleng bir tergeletak berantakan di bawah tempat tidur.
Semalam, Chanyeol menghabiskan malam ditemani beberapa bir kaleng yang diteguk tanpa sisa. Sejak putus dari Hae Soo, ia kembali meneguk minuman pembuat mabuk itu agar ia dapat tidur nyenyak dan sedikit melupakan masalah. Ia sebenarnya tak ingin meminum minuman beralkohol tersebut, mengingat dampak tak baik bagi kesehatan juga - tak pantas diminum oleh seorang siswa SMA. Tapi keadaan memaksa untuk meminum minuman tersebut.
"Tuan Muda, sarapannya sudah siap." ujar seorang pelayan dari luar setelah mengetuk pintu beberapa kali.
"Tuan... " panggil ulang sang pelayan lantaran tak mendengar sautan. Pelayanan tersebut tak berani seinci pun memasuki ruang tidur sang tuan. Chanyeol melarang keras orang lain menginjakkan kaki ke kamarnya kecuali orang tertentu.
Chanyeol melempar sekaleng bir sisa semalam dari bawah tempat tidur tepat ke daun pintu. Suara benturan serta cipratan dari minuman cukup memahamkan sang pelayan, jika tuan mudanya tak mau diganggu. Sang pelayan pun pergi.
"Bajingan!" umpat sang tuan muda, entah kenapa kesal lantaran permasalahan kecil yang seharusnya tak jadi masalah.
Chanyeol meraih ponsel dan mengecek layar ponsel, tidak ada notifikasi apa-apa. Hanya ingin melihat senyuman Hae Soo yang terpasang sebagai wallpaper ponselnya.
"Kenapa Aku seperti ini?" gumamnya pilu. Ia kembali merasakan kesedihan di dada.
Oh, ayolah, Park Chanyeol ... ini masih pagi. Jangan memelodrama seperti ini. Hae Soo bahkan tak sampai sepertimu. Dia bisa beraktivitas seperti biasanya tanpa terpengaruh perasaannya. Bangkit, Park Chanyeol! Bangkit!
Bisikan dari telinga kanannya terus menyemangati Chanyeol yang gundah gulana.
Tidak apa-apa, Park Chanyeol. Kau baru pertama kali putus cinta. Tak apa menangis dan bersedih. Itu lumrah.
Bisikan datang dari sisi lain. Chanyeol yang terganggu oleh bisikan-bisikan itu pun bergerak bangun. Menyibakkan selimut lalu berjalan tertatih menuju kamar mandi.
Aku tidak bisa terus seperti ini...
•¶•
Hae Soo kembali bekerja seperti biasa. Tempat kerjanya pagi ini adalah gedung kantor sebuah majalah. Tempat Zhang Yixing biasa berpose di depan kamera.
"Noona!" dari jauh Yixing terlihat melambaikan tangan.
"Eoh, Yixing-ah!" setengah berlari Hae Soo menghampiri adik kelasnya itu.
"Noona tidak ikut bakti sosial?" tanya Yixing begitu Hae Soo sudah berada di depannya.
"Bakti sosialku dimulai besok pagi. Kau sendiri bagaimana? Di mana tempat bakti sosialmu?" tanya Hae Soo ganti.
"Aku melakukan bakti sosial di panti jompo. Dan hari ini hari pertamaku." jawab Yixing.
"Kalau dimulai hari ini kenapa Kau malah ke sini, hem?" heran Hae Soo dan dibalas senyuman.
"Aku hanya ingin memberi ini," Yixing memberikan sesuatu yang dibungkus kain.
"Apa ini?" Hae Soo menerima dengan wajah bingung.
"Aku tidak mau Noona sakit lagi. Jadi Aku menyiapkan bekal untuk Noona. Terimalah," ujar Yixing.
"Gomawo ..." Hae Soo mengelus-elus pucuk kepala Yixing sebagai tanda terima kasih atas sikap perhatian yang Yixing berikan. Ia merasa terharu diperhatikan seperti itu.
Yixing mengangguk dan tersenyum senang. "Kau harus memakannya. Sudah, ya, Noona, Aku harus pergi. Sampai nanti!" Yixing pun bergegas pergi.
"Tentu!" balas Hae Soo. Entah kenapa perlakuan seperti itu masih saja tak bisa menghangatkan hatinya yang dingin nyaris membeku.
"Fighting, Hae Soo-ya!" rapalnya menyemangati diri lalu bergegas memasuki gedung.
Aku bahkan tak bisa tersenyum selebar biasanya. Bagaimana nanti Aku menjalani hari-hari tanpa melihatmu? Kuharap, Aku segera melupakanmu saat Kau pergi. Jaga dirimu baik-baik, Park Chanyeol. Terima kasih atas cintamu.
Kuharap ada jalan yang bisa membuatmu kembali padaku. Hae Soo-ya ... jangan lupakan Aku begitu saja! Kumohon....
TBC
KAMU SEDANG MEMBACA
Boys Over Flowers EXO Vers. [REVISI]
FanfictionBoys Before Flowers versi Exo dengan sedikit perubahan alur dan penambahan tokoh-tokoh pendukung lain. Sudah tamat, tapi masih proses revisi. Pengunggahan ulang mengikuti suasana batin penulis.