Chanyeol sengaja berhenti tak jauh dari Hae Soo yang tengah diam memandangi butiran-butiran salju yang menyelimuti bumi. Seharian ini Chanyeol memang memaksakan diri untuk tidak mengganggu Hae Soo dengan segala aktivitasnya. Ia hanya bisa melihat Hae Soo dari jauh melalui kamera pengawas yang terpasang di banyak sudut.
"Bukankah saljunya sangat indah?" setelah bungkam beberapa saat, Chanyeol akhirnya mengeluarkan suaranya.
Hae Soo yang benar-benar tak menyadari kehadiran Chanyeol, lantas terhenyak ke belakang, kaget.
Chanyeol tersenyum melihat raut terkejutnya Hae Soo tampak sangat jelas.
"Apa yang Kau lakukan di sini?" Chanyeol mendekati Hae Soo."A-aku ... Aku mau ke gedung olah raga." Hae Soo menjawabnya terbata. Niatnya ia ingin menjauhi Chanyeol mulai hari ini. Namun jika situasi seperti ini, bagaimana bisa ia melakukannya?
"Kenapa ke sana? Bukankah sebentar lagi jam pulang akan tiba?" pertanyaan Chanyeol membuat Hae Soo gugup. Ia datang ke mari hanya sebagai alasan untuk menghindari Chanyeol. Tapi ia justru dihampiri oleh pria tersebut.
"Kenapa diam saja, hem?" Chanyeol merasa aneh dengan sikap Hae Soo yang terus diam.
Mungkinkah Aku bisa mengakhirinya? Hae Soo memberanikan diri menatap kedua bola mata Chanyeol.
"Kenapa Kau menatapiku seperti itu? Ada sesuatu di wajahku?" Chanyeol meraba wajahnya, memeriksa jika ada sesuatu yang membuat pancaran ketampanannya terganggu.
Hae Soo menggeleng cepat lalu memasang senyum tipis. "Tidak ada apa-apa. Kau hanya ingin melihatku, kan? Karena ini—"
Hae Soo membeku minusan derajat selsius saat Chanyeol menariknya dalam pelukan.
"Aku merindukanmu. Tidak bisakah Aku melihatmu lebih lama? Seharian ini Aku menahan diri tidak mengganggumu." Chanyeol membenamkan kepalanya ke dalam ceruk pundak Hae Soo.
Aku ingin kau terbiasa mulai sekarang, Chanyeol-ah. Hae Soo menahan getir perasaannya yang berkecamuk. Air mata meleleh halus ke permukaan wajah.
"Selama seminggu ini aku harus mendampingi adikku lomba, jadi kita akan jarang ketemu. Kau harus terbiasa." Hae Soo memanfaatkan ajang lombanya sang adik untuk melatih dirinya juga Chanyeol sebelum benar-benar berpisah.
"Aku tahu itu. Tapi setidaknya sisihkan waktu lima menit untuk memelukmu seperti ini. Kau adalah vitaminku. Bagaimana Aku akan bersemangat jika Kau tak ada. Mau, ya?" bujuk Chanyeol seperti anak kecil yang meminta sesuatu pada ibunya.
Hae Soo mengangguk pelan. Pipinya sudah banjir air mata tanpa Chanyeol ketahui.
"Selama seminggu ini juga Aku akan sibuk menyiapkan ujian kelulusan. Jadi impas." Chanyeol kian erat memeluk tubuh kecil Hae Soo yang hanya setinggi dada bidangnya.
•¶•
Hari-hari berlalu cepat. Hae Soo mulai terbiasa dengan latihannya menjauhi Chanyeol. Berkat kesibukan menjelang akhir tahun, ia bisa jadi lebih mantap untuk mengakhiri kisahnya dengan pria tampan itu. Park Chanyeol. Hati dan jiwanya mulai siap terlatih patah hati.
Apakah ini sudah waktunya? Hae Soo bertanya pada dirinya sendiri di depan cermin.
Apakah sudah pantas untuk mengakhiri semuanya? tanyanya lagi.
"Hae Soo-ya, Kau sedang apa? Boom Soo sudah menunggumu!" suara nenek membuyarkan pertanyaan yang Hae Soo pikirkan.
"Iya, Aku akan keluar sekarang." Hae Soo meletakkan sisir kembali ke tempatnya lalu bergegas memakai sepatu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Boys Over Flowers EXO Vers. [REVISI]
FanficBoys Before Flowers versi Exo dengan sedikit perubahan alur dan penambahan tokoh-tokoh pendukung lain. Sudah tamat, tapi masih proses revisi. Pengunggahan ulang mengikuti suasana batin penulis.