"Yak, apa yang Kau lakukan? Cepat bawa alat masak itu kemari!" teriak Hae Soo memerintah dari kejauhan.
Chanyeol sedikit kesulitan membawa alat masak yang baru dicucinya.
Yeah, benar.
Saat ini Chanyeol menjadi babu dadakan yang dipaksa Hae Soo. Awalnya ia menolak keras, tapi karena diancam akhirnya ia mau melakukan hal yang tak pernah sama sekali terlintas dalam benaknya.
"Kau lamban sekali, dasar payah!" olok Hae Soo membuat Chanyeol seketika ingin membuang alat masak tersebut.
"Salah sendiri memaksaku melakukannya." timpal Chanyeol.
"Salah sendiri mau ikut!" serang balik Hae Soo. "Berhenti mengomel, cepat kerjakan yang lain! Chef Chen butuh stok sayuran lagi." bilang Hae Soo seraya menerima alat masak yang dicuci Chanyeol.
•¶•
"Ke mana Chanyeol Hyung? Aku tidak melihatnya dari tadi?" Sehun mendatangi Min Seok yang tengah fokus mengayun-ayunkan tongkat golf, bersiap memasukkan bola putih ke lubangnya.
"Entah, tapi dari informasi Jong In dia pergi dengan adik kelas. Kau sendiri dari tadi ke mana?" Min Seok berhasil dengan sasarannya.
"Seperti biasa. Lalu Kyung Soo hyung?" Sehun merebahkan diri ke sofa panjang.
Min Seok menaruh tongkat golf ke tempatnya, lalu mendengus pelan. "Kau kenapa? Tidak biasanya Kau mennyakan mereka." tanyanya heran. Ia menuju sofa lain dan berbaring.
"Apa salah menanyakan mereka?" Sehun balas melempar pertanyaan.
Min Seok terkekeh. "Dia sedang makan malam bersama Shin Kyung."
Sehun mengangguk, "Oh, begitu. Ah, Hyung!"
"Kenapa?"
"Rencana C untuk mereka, apakah masih perlu? Kuamati, mereka terlihat lebih baik." Sehun meminta pendapat.
Min Seok masih terdiam, berpikir sejenak. "Kurasa ... untuk saat ini tidak usah dulu. Mereka punya kesibukan sendiri, jadi jarang bertemu." ia pun mengungkapkan argumennya.
"Aku sepaham denganmu, Hyung."
•¶•
"Terima kasih untuk ramyeonnya, Noona." Yixing mengelap area mulutnya yang sedikit ternoda oleh kuah ramyeon menggunakan tisu.
"Sekarang impas." Hae Soo tersenyum, tangannya memegang nampan yang ia gunakan untuk membawa semangkuk ramyeon.
Yixing mengangguk. "Sudah sepi, Noona tidak pulang?" tanya Yixing setelah mengamati keadaan sekitar yang berangsur senyap beberapa menit yang lalu.
"Nanti, setelah bersih-bersih." balas Hae Soo seraya merapikan alat makan yang usai digunakan oleh Yixing.
"Oh, begitu. Ya sudah, kalau begitu Aku pamit pulang. Sampai bertemu besok, Noona!" Yixing menggeser kursi lalu berdiri.
Hae Soo mengangguk, "Ayo, kuantar ke depan."
"Tidak usah, Noona. Lebih baik Noona bersih-bersih dan segera pulang. Noona pasti sangat lelah." Yixing menolaknya dengan sopan.
"Baiklah, hati-hati di jalan dan kabari Aku jika sudah sampai di rumah." Hae Soo menurut.
"Iya. Selamat malam, Noona!"
"Iya."
Yixing pun pergi dari tempat ini. "Gomawo Yixing-ah..." gumam Hae Soo seraya membawa alat makan yang habis digunakan oleh Yixing.
Hae Soo berjalan memasuki area dapur yang tak lagi menyeruakkan semerbak bumbu-bumbu yang diolah oleh Chef Chen. Tidak ada kepulan uap masakan, dentingan alat masak yang saling beradu, atau suara cempreng Chef Chen yang meminta diambilkan sesuatu. Keluh kesah Haneul yang biasanya selalu terdengar saat ia mulai tak betah dengan rasa lelah, hari ini pun absen.
Beberapa menit lalu Chef Chen pamit pulang lebih dulu. Haneul, hari ini dia memiliki acara sehingga tidak bisa bekerja.
Lalu Chanyeol?
Pria itu saat ini tengah terlelap di ruang ganti. Sejak tadi dia mengeluh lelah dan mengantuk, namun tak ingin pulang sebelum Hae Soo selesai. Akhirnya, ia pun terpaksa tidur di tempat seadanya. Meski sangat tidak layak untuk dijadikan tempat tidur, Chanyeol tetap bisa terlelap pulas. Mungkin efek terlalu mengantuk.
Hae Soo membereskan peralatan, mencucinya, membersihkan semua meja dan kursi, bahkan ia pun sampai mengepel lantai resto ini. Semua ia kerjakan sendiri tanpa keluh, ditemani lagu favorit yang ia dengar dari ponselnya ia melakukan semua itu. Ia sampai tak sadar jika malam sudah sangat senyap dari hiruk pikuk.
"Aigoo ... sudah jam satu." Hae Soo mencuci tangannya dan buru-buru menghampiri Chanyeol.
"Yak, bangun! Ayo bangun!" Hae Soo menggoyang-goyangkan tubuh panjang Chanyeol yang meringkuk di sudut ruangan.
"Arghhh...!" Chanyeol mengerang keras, tidak mau diganggu.
"Jijja!" Hae Soo menghela napas pendek, bersiap mengeluarkan jurus andalan.
"Yak! Yak! Yak! Dingin!" Chanyeol terlonjak dan langsung bangun seketika karena ada air menghujam wajahnya.
Hae Soo menutup kembali tutup botol air mineral yang ia pakai mengguyur Chanyeol.
"Kau gila?" suara Chanyeol meninggi usai sadar.
"Iya, lalu kenapa?" balas Hae Soo bersungut-sungut.
Kedua bola mata Chanyeol membulat sempurna, seakan-akan mau loncat keluar. "Jijja!" tangannya mengepal kuat menahan amarah.
"Sudahlah, ayo pulang!" Hae Soo tak menggubris sikap Chanyeol dan mengambil barangnya di loker.
Chanyeol hanya diam dengan kemarahannya melihat Hae Soo bersiap pulang.
"Kenapa diam saja? Pulang tidak?" tanya Hae Soo usai berkemas.
Chanyeol tidak menjawab, hanya diam. Dia sangat benci diganggu saat tidur, apalagi sampai dibangunkan seperti tadi.
"Yak, Kau mendengarku tidak?" Hae Soo mulai kesal didiamkan seperti itu.
Chanyeol tetap enggan menjawab atau sekedar merespon, ia masih bungkam.
Hae Soo menatap Chanyeol, mencari apa penyebab kebisuan pria tersebut. Setelah menemukannya Hae Soo mengangguk. "Baiklah." Hae Soo beralih menatap arah lain. "Maaf ... Aku hanya berniat membangunkanmu dan segera pulang."
"Apa tidak bisa dengan cara lain? Aku benci dibangunkan, apalagi dengan cara tadi." Chanyeol akhirnya membuka suara setelah sekian detik membisu.
"Kau sangat susah dibangunkan, makanya Aku sampai melakukan itu. Aku sendiri juga tidak tega sebenarnya membangunkan orang tidur." Hae Soo membela diri.√
Chanyeol mendesis, lalu mengelap wajahnya yang basah dengan telapak tangan. "Tunggu sebentar!" Chanyeol membuka loker dan mengambil barangnya.
"Ayo!" Chanyeol menggandeng tangan Hae Soo keluar dari tempat itu. "Tanganmu hangat." gumam Chanyeol saat kulitnya bersentuhan dan bersatu dengan kulit Hae Soo.
'Tanganmu sangat dingin." balas Hae Soo yang dapat mendengar gumaman Chanyeol. Ia tidak melepas genggaman itu dan membiarkannya.
'Aku akan memutuskannya setelah ini. ' batin Chanyeol sambil melirik wajah Hae Soo di sampingnya.
"Lepaskan tanganku, Aku kesulitan mengunci pintu." pinta Hae Soo baik-baik, Chanyeol pun menurutinya.
"Ayo!" usai memasukkan kunci ke dalam tas, Chanyeol meraih tangan Hae Soo dan menggenggamnya.
"Dinginnya...." ucap Chanyeol sembari memasukkan tangan Hae Soo ke saku mantelnya.
Hae Soo diam menatap siluet wajah Chanyeol yang tersinari lampu temaram jalanan sambil menyamai langkah pria tersebut. 'Jangan membuatku lemah.' batinnya.
'Kuharap waktu tak cepat berlalu.'
To Be Continue
Revisi|2021
KAMU SEDANG MEMBACA
Boys Over Flowers EXO Vers. [REVISI]
Fiksi PenggemarBoys Before Flowers versi Exo dengan sedikit perubahan alur dan penambahan tokoh-tokoh pendukung lain. Sudah tamat, tapi masih proses revisi. Pengunggahan ulang mengikuti suasana batin penulis.