"TIDAK!"
Sehun berteriak tercekat, tubuhnya spontan terhentak bangkit dengan mata terbelalak di tengah kegelapan kamarnya. Keringat merembas deras di tubuhnya. Napasnya kembang kempis disertai jantung yang gejolak.
Ia memejamkan mata, menetralkan pernapasannya beserta detak jantungnya. Menetralkan perasaan yang ikut serta dari mimpinya. Perasaan bersalah bercampur sesal dan kerinduan. Mimpi itu mampir lagi di mimpinya, menjaga tidurnya dan mengikuti tiap malam-malamnya.
Setelah kinerja organ fisiknya kembali normal, ia menyibak selimut lalu berdiri. Kakinya menjejak ke dapur dan menghampiri lemari pendingin. Sehun meraih air minum dingin dan meneguknya cepat. Membasahi permukaan tenggorokannya yang gersang bak gurun pasir.
Sehun kini beralih ke kamarnya dan langung menuju jendela. Menyingkap tirai putih dan melebarkan daun jendela. Membiarkan udara dini hari menyegarkan tubuhnya yang kuyup keringat. Memandang gemerlap lampu-lampu yang menerangi payung malam. Sehun menghela napas teratur, terpekur dengan segala angannya.
Kantuknya lenyap, menguap entah ke mana. Padahal, ia baru saja dapat tertidur 30 menit yang lalu. Mimpi itu mujarab mengusir kantuknya.
'Sehun-ah ... tunggu Aku....'
'Kau marah padaku?
'Sehun-ah...!!'
'Kuharap kita tidak akan pernah bertemu lagi!'
Guratan-guratan kenangan yang telah berlalu itu mengisi lagi ingatannya. Terlintas jelas suara itu dalam pendengarannya. Sehun membiarkannya, meleburnya dengan kesunyian yang ada. Tanpa berniat mengusirnya dengan berbagai cara, ia menikmatinya.
•¶•
"Ibu, Aku berangkat!" Haneul menghampiri Sang Ibu yang tengah menyirami tanaman di teras rumah.
"Belajar yang rajin, ya." pesan Ibu seraya mengelus pucuk kepala Haneul.
"Tentu, Ibu." Haneul pun melangkahkan kakinya keluar rumah.
"Annyeong!" tepat saat ia menutup pintu gerbang, seorang pria berperwakan tinggi menghampirinya sambil melambai ke arahnya.
"Oppa!" Haneul menghampiri orang tersebut.
"Kenapa tidak memakai syal yang kuberikan? Udaranya sangat dingin, Haneul -ah" ucap pria itu seraya melingkarkan syal yang ia pakai ke leher Haneul.
Haneul meringis lebar, "Ibu mencucinya karena dikira kotor." jawabnya.
Pria itu balas tersenyum seraya mengelus rambut Haneul lembut. "Ayo, kita berangkat!" pria itu menggenggam tangan Haneul lalu memasukkan ke dalam saku mantelnya.
"Akhir pekan nanti kau sibuk?"
"Eum ... Aku tidak tahu. Biasanya Chef Chen akan buka lebih awal saat akhir pekan. Waeyo?"
"Tidak apa-apa, hanya ingin mengajakmu jalan-jalan. Tapi jika Kau sibuk, lain kali saja."
"Nanti akan kutanyakan, jangan membatalkan dulu. Lagi pula, Aku bisa meminta cuti."
"Apa Hae Soo tidak kerepotan saat Kau tidak ada?"
"Oh, iya. Dia pasti harus kerja ekstra jika Aku tidak ada."
"Jadi, lain kali saja, ya?"
Haneul mengangguk menurut. Pegangan tangan mereka kiat erat sembari membicarakan hal lain selama perjalanan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Boys Over Flowers EXO Vers. [REVISI]
FanfictionBoys Before Flowers versi Exo dengan sedikit perubahan alur dan penambahan tokoh-tokoh pendukung lain. Sudah tamat, tapi masih proses revisi. Pengunggahan ulang mengikuti suasana batin penulis.