꽃 Episode 51 꽃

82 7 3
                                    

Ny. Park bersikeras melihat kondisi sang putra meski  Sekretaris Choi mencegahnya demi kebaikan. Setelah melewati perhelatan yang lumayan lama, akhirnya Ny. Park boleh beranjak dari ranjang dengan syarat Sekertaris Choi mendampingi.

Pintu ruangan Park Chanyeol dibuka tanpa mengeluarkan suara decitan. Namun kehadiran Ny. Park dan Sekretaris Choi dapat dirasakan oleh orang-orang yang ada di dalam.

"Gadis tidak tahu malu!" Seketika wajah Ny. Park berubah merah padam. Pandangannya menangkap sosok yang digadang-gadang sebagai pembawa sial bagi sang putra.

Baru saja Hae Soo memutar badan, satu tamparan menyapu keras sisi wajahnya.

"Jung Somi!" suara Nenek Park melantang marah.

"Gadis tidak tahu malu! Pembawa sial! Masih berani-beraninya datang kemari! Enyah Kau dari sinii!" Secara buas Ny. Park menjambak rambut Hae Soo dan bahkan tak segan mencakar. Meluapkan kemarahan serta kekalutan pada si gadis yang mestinya bukan penyebab langsung kecelakaan sang putra.

"Nonya tenanglah! Saya mohon tenanglah! Ini rumah sakit!" Sekretaris Choi mengambil tindakan tegas, menghalau tindakn anarkis Ny. Park agar tak bisa menjangkau Hae Soo.

"Jangan halangi Aku! Aku harus membalas perbuatan wanita murahan itu, minggir!" Suara Ny. Park terdengar nanar dan bergetar bercampur isak tangis.

"Jung Somi! Ini rumah sakit dan pikirkan kondisi putramu!" peringat Nenek Park mempertegas. Meski tadi tak bisa melindungi Hae Soo dari amukan menantunya yang beringas, setidaknya ia ada di pihak Hae Soo.

"Lepaskan Aku! Jalang itu yang harusnya diusir!" amuk Ny. Park tak terima. Berusaha memberontak dari kekangan Sekretaris Choi yang menggiringnya keluar. Saking kuat perlawanan Ny. Park, membuat Sekretaris Choi kewalahan. Beruntung ada petugas rumah sakit yang membantu dan segera mengamankan Ny. Park dari sana.

Keadaan kembali kesunyian setelah kepergian Nyonya Park. Hae Soo tertunduk geming menekuni lantai. Menahan laju lelelehan tirta dari pelupuk mata.

Hae Soo tak melawan atau bahkan membalas perbuatan perbuatan bengis dari Ny. Park. Putri Baek tersebut sadar bahwa semua berasal dari kesalahannya. Andai ia tidak berlagak bak pahlawan sehingga berurusan dengan Park Chanyeol. Andai ia tak melibatkan jauh perasaannya pada pemuda Park. Andai ... dan andai saja...

Lelehan tirta netra tak lagi dapat dibendung. Meluap hebat mengaliri pipi. Turun deras bak aliran sungai dari air mata pegunungan.

Benar, Aku hanya pembawa sial. Harusnya Aku tak pernah bertemu dengannya, apalagi mencintainya. Maafkan Aku Park Chanyeol ... Aku membuatmu seperti ini.

Melihat kondisi Hae Soo, Nenek Park lantas merentangkan tangan. Mendekap tubuh si gadis dan menenangkannya.

"Jangan diambil hati semua ucapannya. Itu semua tidak benar, Hae Soo-ya. Kau bukan pembawa sial. Percayalah pada nenek." nasihat Nenek Park seraya mengelus rambut Hae Soo dan merapikannya.

Perkataan Nenek Park terdengar berlawanan dengan isi benak. Membuat derai tirta netranya kian deras. Ia tak menyahut, hanya suara isakannya yang kian nyaring mewakili perasaan.

Kenyataan berkata sebaliknya, Nek. batin Hae Soo membalas.

"Tidak apa-apa, Hae Soo-ya ... Kau gadis baik yang membawa perubahan baik bagi cucuku." kembali nenek menyakinkan Hae Soo meski di benak Hae Soo tidak demikian.

•¶•

Hae Soo berjalan gontai menjejaki pelataran rumah sakit menuju perjalanan pulang. Nenek Park sempat mencegah, tetapi dengan berbagai alasan Hae Soo menolak dan berhasil pulang.

Tiba di pinggir jalan Hae Soo menjatuhkan tubuh. Meringkuk memeluk erat kedua lutut seraya menangis kencang. Menarik atensi pejalan kaki di sekitaran sana.

"Kenapa dia?"

"Apa gadis itu baru saja putus cinta?"

"Kehidupan memang sangat keras, kuatlah anak muda!"

Komentar mereka tapi tak melakukan apa-apa, selain hanya merasa iba lalu pergi begitu saja.

"Hae Soo-ya!" panggil seorang wanita yang datang dari sebuah mobil yang menepi. Si wanita menghampiri serta memeluk Hae Soo.

"Eommaaa..."

Melihat siapa yang datang memeluk, Hae Soo lantas tumpahkan segala kesedihan sembari membalas erat pelukan sang wanita.

"Tenanglah, Eomma ada di sini, sayang." Wanita yang tak lain adalah Ny. Jeon mengusap-usap punggung Hae Soo sambil ikut menitihkan air mata. Nalurinya sebagai seorang ibu tak bisa lenyap, walau mereka jarang bersama.

Sekian menit berlalu dalam dekapan hangat sang ibu, tangis Hae Soo mulai mereda. Sesekali isak menyertai tarikan napasnya yang berat. Melihat kondisi sang anak jauh membaik, Nyonya Jeon lantas mengajak sang anak berpindah. Memasuki mobil dengan mesin pemanas, menghangatkan tubuh usai diterjang dinginnya musim.

"Omo! Kenapa dengan wajahmu, sayang? Siapa yang berani melukai wajah putriku ini? Bilang pada Eomma!" pekik kaget Nyonya Jeon begitu menyadari sekacau apa penampilan sang buah hati.

Hae Soo memegang tangan sang ibu, mencegah lebih jauh pengecekan kondisi wajahnya.

"Bilang saja, sayang! Eomma akan menuntutnya ke pengadilan atas tindakan penganiayaan. Eomma tidak akan memafkan orang yang telah—"  Omongan Nyonya Jeon terhenti, sang anak memberi tatapan memohon agar mencukupi kekhawatiran.

"Aku baik-baik saja, Eomma. Ini hanya luka kecil." tutur Hae Soo menenangkan. Menurunkan tangan sang ibu perlahan lalu menggenggamnya.

"Apa katamu? Hanya luka kecil? Kecil atau tidak ini namanya penganiayaan. Eomma tidak bisa membiarkannya! Pak Kwang, hubungi pengacara terbaik untuk menuntaskan hal ini!" titah Ny. Jeong diliputi amarah.

Alih-alih merasa gembira lantaran dibela, Hae Soo justru melengkungkan senyuman oleh sikap ibu kandungnya tersebut. Rupanya tak jauh beda dari sikapnya ketika melihat sesuatu yang tidak adil. Gen tersebut benar-benar diturunkan padanya.

"Kau malah tersenyum?" Ibu menelengkan kepala, terheran akan raut muka sang putri.

"Aku baik-baik saja, sungguh, Eomma." ungkao Hae Soo menyakinkan ibunya lagi.

Semua perlakuan kasar yang ia dapatkan tadi tak berasa apa-apa. Ia bahkan pernah mendapat luka lebih parah dari ini saat bertarung dengan lawannya.

"Baiklah jika kau merasa begitu," putus Ny. Jeon kemudian kembali mendekap tubuh Hae Soo ke pelukan.

Pak Kwang yang duduk di kursi kemudi tersenyum lebar melihat impian sang majikan kini dapat terwujud. Mendekap begitu rekat putri kecilnya yang beranjak dewasa, meskipun harus lewat sebuah peristiwa kurang mengenakkan.

"Maafkan Eomma selama ini tidak menjagamu dengan baik. Maafkan Eomma sering meninggalkanmu sejak kecil. Mianhae, Hae Soo-ya. Mianhae..." curah Nyonya Jeon bercucuran air mata. Kedua pelupuknya kembali basah menemani penyesalan yang sekian lama dibenam.

Hae Soo tak menyauti ucapan sangi bu. Dalam hati ia yang lebih ingin meminta maaf lantaran perlakuan buruk terhadap wanita yang telah melahirkannya tersebut. Selama ini dia terlalu kekanak-kanakan untuk memahami keadaan sang ibu.

Eomma, mianhae ... Aku putrimu yang sangat kurang ajar dan keras kepala.

Ny. Jeon dan Hae Soo terisak bersama. Melepas rindu dendam berbalut penyesalan, pun semua unek-unek yang mereka pendam. Pak Kwang menyaksikan momen tersebut ikut diliputi haru.






TBC

Boys Over Flowers EXO Vers. [REVISI] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang