"Ah, benar-benar! Kau membuang waktuku!" Hae Soo tak henti-hentinya mengomeli Chanyeol. Seharusnya Hae Soo sudah sampai rumah dan terlelap pulas di kamarnya, tapi karena ulah Chanyeol semua itu harus tertunda.
"Salah sendiri baper!" Chanyeol membela diri, jelas saja masalah ini tidak penuh salahnya. Hae Soo juga terlibat.
"Kau yang memulainya!" Hae Soo tetap kukuh menyalahkan.
Chanyeol hanya berdecak dan enggan membalas lagi, ia kehabisan kata-kata untuk membalas.
Sampailah mereka kini di depan resto, Hae Soo segera mengambil sepedanya dan menaikinya. "Cepat naik! Jangan buang waktuku lagi." nada bicara Hae Soo terdengar masih kesal.
"Hem." balas Chanyeol.
•¶•
"Ayah!" Hae Soo memanggil sang Ayah yang sedang duduk di kursi teras rumah.
"Oh, putriku sudah pulang." Ayah berdiri dari tempatnya dan menghampiri sang putri tercinta.
"Ayah kenapa belum tidur? Ini sudah sangat larut, Yah." tegur Hae Soo lembut.
"Ayah ingin melihatmu pulang dan menyambutmu. Selama ini, kan, Ayah jarang di rumah dan melihat putri cantikku ini." Ayah mengeratkan pelukannya pada Sang Putri.
"Itu benar sekali." Hae Soo mengangguk dalam pelukan Ayahnya.
"Mau mengobrol berdua?" ayah melepas pelukannya sebentar.
"Tentu, di mana?" Hae Soo menyanggupinya.
"Taman bermain di depan sana, kajja!" Ayah menggandeng tangan putrinya dan pergi ke tempat itu.
Di taman bermain
Hae Soo mengayun pelan ayunan yang ia duduki sambil memegang tangan Ayahnya.
"Bagaimana hari ini?" ayah membuka pembicaraan.
"Apanya, Yah?" Hae Soo memandang Ayahnya.
"Bagaimana Kau melewati ini? Ayah ingin dengar." Ayah menghadap ke samping, membalas pandangan sang putri.
Hae Soo menghela napas ringan sambil mengetuk-ngetukkan sepatunya ke tanah. "Sangat melelah, apalagi ditambah cuaca yang sangat dingin. Tapi, Aku mencoba menikmatinya." jawabnya apa adanya.
Terdengar suara desahan napas yang cukup berat dari Ayah. "Mianhae ... Ayah membuatmu bekerja keras diusiamu yang masih muda."
"Tidak masalah, Aku bisa melewatinya." Hae Soo menggeleng-gelengkan kepalanya, berusaha menghindari sentimental yang terbangun.
"Ayah juga telah menghilangkan masa bersenang-senangmu. Harusnya saat ini Kau fokus belajar dan menikmati waktu berlibur. Maafkan, Ayah." ungkap Ayah seraya menunduk malu sekaligus menyesal.
"Hei, ayolah, Yah. Ayah tidak salah apa-apa. Kesuksesan hanya akan bersama mereka yang mau bekerja keras dalam kesulitan, Aku tidak masalah dengan semua yang terjadi." Hae Soo mendongak, membendung haru yang tercipta.
"Tetap saja, Ayah menyulitkanmu." Ayah semakin dalam menunduk.
"Appa!" Hae Soo sedikit menegaskan nada bicaranya. Ia menatap Sang ayah dengan mata yang berkaca-kaca. "Lihatlah ke mari, kumohon.''
Pelan-pelan ayah menaikkan pandangannya, menghadap dan memandang sang putri.
Hae Soo menggenggam hangat tangan kasar Sang Ayah yang kini terbungkus perban. "Berhentilah meminta maaf, Yah. Semua yang terjadi tidak usah disesali, kita jalani saja. Selama ada Ayah di sampingku, Aku bisa menerjang semuanya. Bukankah Aku ini anakmu yang paling pemberani?" Hae Soo mempertegasnya. Ia bersikap sangat dewasa melampaui usianya.
Ayah menarik sudut bibirnya, ia begitu bangga pada sang putri. "Aigoo ... putriku semakin dewasa." Ayah mengulur tangannya dan mengusap-usap kepala sang putri.
Hae Soo menoleh ke sisi lain, mengusap air matanya yang lolos begitu saja.
"Ayah bangga padamu, Nak." ungkap tulus Ayah membuat Hae Soo semakin tersentuh.
"Ah, Ayah membuatku terlihat cengeng." celetuk Hae Soo sekedar mempermanis suasana sentimental ini.
Ayah terkekeh mendengarnya. "Makan yang banyak putriku, tersenyumlah dan bahagia. Ayah sangat bahagia saat Kau bahagia. Gomawoyo, Uri Ttal..." ayah menepuk-nepuk pundak Hae Soo pelan.
Hae Soo mengangguk-angguk, ia tak bisa lagi mengeringkan pipinya yang terus digulir air mata haru. "Iya, Yah. Mari makan enak, jangan sakit, dan mari bahagia."
Ayah menganggukinya, "Tentu, Putriku." balasnya.
Mereka saling menautkan jemari dan saling memandang penuh senyum.
•¶•
Chanyeol tiba di istananya, ia sontak terhenyak mendapati ada seorang wanita paruh baya yang tengah menyesap secangkir kopi di atas sebuah sofa panjang di ruangannya. Wanita paruh baya itu tampak duduk menyilang kaki dengan elegannya.
"Kau sudah pulang, Putraku?" tanya wanita itu seraya menaruh cangkirnya ke meja.
Chanyeol membuang napas, mengurut tengkuknya yang tiba-tiba terasa kaku. "Apa perduli Anda?" tanyanya sinis.
Wanita itu menyilang tangannya di dada seraya menyeringai. "Sepertinya har-"
"Silahkan pergi dari sini, Saya mengantuk." pangkas Chanyeol sambil bergerak menuju kamarnya.
"Jauhi gadis miskin itu, atau Ibu yang akan menjauhkan kalian!" lontar wanita itu terus terang dan seketika membuat Chanyeol berhenti lalu berbalik.
"Sekali saja Anda menyentuhnya, Saya juga tidak akan tinggal diam." Chanyeol balas mengancam.
Wanita itu tersenyum miring, "Apa yang bisa Kau gunakan untuk mengancamku, hem?"
"Apa pun!" tegas Chanyeol lalu pergi.
"Jangan salahkan Ibu jika terjadi sesuatu!" pungkas wanita paruh baya itu.
Chanyeol bergeming dan tak menggubris ucapan wanita itu yang tak lain adalah ibunya sendiri, Ny. Park.
"Arghhh...!!!"
Tiba di kamar barang apa pun yang ia lihat, seketika itu juga ia hancurkan.
"Sekali saja Kau menyentuhnya, Aku tidak akan tinggal diam!" sumpahnya berapi-api.
'
Aku akan melindunginya apapun yang terjadi. Karena ini adalah keputusanku sekarang. Mencintainya.
Apakah Aku mulai menyukainya? Kuharap jangan sekarang. Terlalu cepat dan Aku belum siap.
To Be Continue
Revisi|2021
KAMU SEDANG MEMBACA
Boys Over Flowers EXO Vers. [REVISI]
Fiksi PenggemarBoys Before Flowers versi Exo dengan sedikit perubahan alur dan penambahan tokoh-tokoh pendukung lain. Sudah tamat, tapi masih proses revisi. Pengunggahan ulang mengikuti suasana batin penulis.