Semua mata berkedip tak percaya menyaksikan dua murid bertolak belakang bisa berlari melewati lorong-lorong sekolah sambil bergandeng tangan. Mereka sampai ternganga-nganga melihat hal itu. Mereka tahu benar, dua murid bak elemen air dan api itu saling mengibarkan bendera peperangan. Tapi, apa yang mereka saksikan menit ini sungguh di luar dugaan dan angan-angan. Bahkan, para penggemar berat Park Chanyeol sampai berteriak histeris tak terima idolanya bergandengan dengan gadis seperti Hae Soo dan menyumpahi Hae Soo dengan makian-makian.
Tak ingin kehilangan momen langka, mereka segera mengeluarkan ponsel dan mengabadikannya lewat kamera.
Chanyeol merasa benar pada saat ini mereka sedang menjadi buah bibir dan sentra perhatian warga sekolah. Namun, ia sama sekali tidak terganggu akan hal itu. Justru, hal yang mengganggunya adalah raut kecemasan Hae Soo yang teramat sangat kentara.
"Di mana mobilmu?" pertanyaan Hae Soo terdengar seperti pemalak atau preman.
"Aku tidak bawa, Aku-" ucapan Chanyeol dipangkas oleh Hae Soo.
"Naik taksi saja, nanti akan kuganti uangnya." pangkas Hae Soo tak ingin kehilangan waktu sedetik pun.
Chanyeol bergerak cepat, ia melambaikan tangan untuk menghentikan taksi yang lewat. Sayangnya, dua taksi yang bersusulan sudah memuat penumpang.
"Bagaimana jika Aku-" ucapan Chanyeol disetop oleh seruan Hae Soo. "Itu ada bus!"
Tepat saat Chanyeol berucap tadi, sebuah bus merayap dan berhenti di halte tidak jauh dari tempat mereka berpijak. Tak ingin membuang waktu sedetik pun, Hae Soo berlari sambil tetap menggandeng tangan Chanyeol.
Chanyeol terhuyun saat tangannya ditarik oleh Hae Soo dan dipaksa mengikuti langkah larinya gadis itu. Ia menurut, mengikuti saja apa yang Hae Soo lakukan. Saat ini gadis itu tengah kalang kabut oleh sesuatu yang tengah terjadi pada keluarganya. Jadi, Chanyeol tak ingin mempersulit keadaan.
"Ayolah, cepat sedikit..." mohon Hae Soo agar kendaraan umum ini melaju sesuai pintanya.
Kaupikir bus ini milikmu, eoh? Chanyeol mencibir dalam batin.
Tangan Hae Soo terasa basah dan sangat dingin digenggaman Chanyeol. Entah gadis itu menyadarinya atau tidak, tapi tangan mereka masih tertaut sejak tadi. Chanyeol berulang kali menengoknya, namun tak kunjung lepas juga genggaman tangan mereka.
Mengapa terasa nyaman? Chanyeol membatin sambil diam-diam memandang sekilas wajah Hae Soo.
Bus tiba-tiba saja mengerem paksa, mengagetkan seluruh penumpang bus yang tengah menikmati perjalanan mereka. Sang sopir pun lantas mendapat teguran dari banyak penumpang.
"Saya mohon maaf atas ketidaknyamanan ini. Di depan sana ada kecelakaan, jadi Saya harus mengerem." ujar sang sopir menyampaikan maaf pada seluruh penumpang yang saat ini masih syok.
Hae Soo hampir saja menghantam samping jendela kalau tidak ditarik oleh Chanyeol ke dekapannya. Dada mereka kembang kempis karena sama-sama terkejut oleh situasi dadakan tersebut.
Samar-samar, Hae Soo dapat menangkap di ruang rungunya suara detak jantung Chanyeol yang berdegup tak beraturan. Ada perasaan berdesir kala ia mendengar suara detakan itu.
"Kautidak apa-apa, kan?" Chanyeol merenggangkan dekapannya dan menatap Hae Soo cemas.
Bibir Hae Soo hanya mampu terlipat, ia memberi anggukan kecil untuk membalas pertanyaan Chanyeol dan sebisa mungkin menetralisir perasaannya.
"Di depan sana ada kecelakaan, pasti jalanan ini akan macet. Apa masih mau menunggu di bus ini?" Chanyeol meminta pendapat.
"Kita lari saja!" spontan Hae Soo bangkit sambil meraih genggaman tangan Chanyeol. Ia berpindah dari tempat itu tanpa persetujuan pria yang digandengnya.
"Kami turun di sini." sampai Hae Soo pada sang sopir bus. Ia bersama Chanyeol segera turun dan keluar dari badan bus.
Chanyeol dengan langkah besarnya, namun lamban dan Hae Soo dengan langkah kecilnya, tapi cepat. Mereka berlari beriringan menembus kemacetan. Hingga tiba di ujung ke macetan, mereka menemukan taksi di jalur yang tidak terkena macet.
"Taksi!" seru Chanyeol menghentikan taksi yang melintas.
Taksi itu merayap mendekat dan berhenti tepat di depan mereka. Tanpa perlu menunggu lagi, mereka masuk seraya menyebutkan alamat rumah sakit yang mereka tuju.
Sang sopir taksi mengangguk patuh dan lantas menjalankan mobilnya.
Terjadi keheningan di perjalanan. Hae Soo sibuk mengelap peluh yang membasuh wajahnya sambil menatapi pemandangan yang didominasi kuningnya pepohonan. Sementara itu, di samping Hae Soo, Chanyeol duduk tegak sambil meremat-remat jemarinya bekas digenggam Hae Soo.
Ketahuilah, Park Chanyeol adalah pria yang awam akan cinta dan wanita. Hidupnya selama belasan tahun tahun menjelang dua puluhan ini tak pernah dihinggapi 2 hal tersebut. Tak pelak, ia merasa aneh akan hal yang ia alami tadi.Park Chanyeol menoleh, disaat bersamaan Hae Soo juga menoleh ke arahnya. Terjadilah adu pandang di antara mereka.
Ada guratan kesedihan dan kecemasan yang mendalam dari dua buah bola mata itu. Chanyeol membatin dalam keheningan dan masih menaruh sorotannya pada dua manik hitam milik Hae Soo.
Ada apa dengan tatapannya itu? Hae Soo menyuara dalam batin juga. Benaknya bertanya-tanya menyoal arti tatapan seorang Park Chanyeol yang nampak beda dari umumnya orang tahu.
"Hemz." dehaman sang sopir taksi membangunkan dua insan yang asyik dalam pengarungan lamunan mereka.
Chanyeol dan Hae Soo lantas terkesiyap berbarengan, mereka saling menoleh ke arah berlawanan begitu mendengar dehaman yang cukup nyaring dari sang sopir.
"Sudah sampai." ucap sang sopir kemudian.
Hae Soo atau pun Chanyeol, mereka menjadi salah tingkah. Mendadak saja atmosfernya di sekeliling mereka terasa sedikit membeku hingga mampu membuat mereka bertingkah kaku.
Hae Soo membuka pintu dan keluar lebih dulu agar membebaskan dirinya dari atmosfer aneh tersebut.
"Ini, ambil saja kembaliannya, Pak." Chanyeol menyerahkan beberapa lembar uang dari dompet tanpa menghitungnya, kemudian ia bergegas menyusul Hae Soo.
"Terima kasih, Tuan!" teriak sang sopir taksi dengan bungahnya.
•¶•
"Ayah..." tangis Hae Soo langsung tumpah ruah begitu melihat ayahnya terbaring di ranjang rumah sakit dengan banyak perban membelit kepala beserta kedua tangannya.
"Ibu, apa yang terjadi pada Ayah?" tanyanya sesenggukan.
"Ayahmu mengalami kecelakaan kerja. Dia jatuh dari ketinggian di lokasi proyek." terang ibu dengan mata berkaca-kaca dan pipi yang masih menjejakkan air netranya.
"Ayah..." tangis Hae Soo makin meluap mendengar pemaparan dari sang Ibu.
Chanyeol termenung menyaksikan kesedihan Hae Soo dari depan pintu. Kakinya yang hampir memasuki ruang rawat inap itu diundurkannya. Ia memutar haluan dengan kepala sedikit ke bawah.
"Ayah..." gumamnya sendu. Ada bulir yang jatuh dari netranya saat ia berbalik tadi dan ia tak menyadarinya. Ada yang begitu menyesakkan dadanya kala ia dengar suara kepiluan Hae Soo.
Aku merindukanmu, Ayah.
To Be Continue...
SkynightNa31|Revisi|2020
KAMU SEDANG MEMBACA
Boys Over Flowers EXO Vers. [REVISI]
FanficBoys Before Flowers versi Exo dengan sedikit perubahan alur dan penambahan tokoh-tokoh pendukung lain. Sudah tamat, tapi masih proses revisi. Pengunggahan ulang mengikuti suasana batin penulis.