Tubuh Ny. Park tak bisa berdiri tegap. Persendian di kaki lemas bak tanpa tulang. Sekertaris Choi yang selalu berada di sisinya bahkan harus menopang Ny. Park agar tak terjatuh. Dia sangat syok melihat kondisi sang putra kritis berlumuran darah.
"Putraku ... Park Chanyeol ... Putraku ...." isak Ny. Park tak henti sambil meronta-ronta ingin menerobos masuk ruang operasi.
"Ny. Park," Shin Kyung bersama seluruh sahabat Chanyeol datang dengan raut muka panik.
"Shin Kyung-ah..." Ny. Park terisak lebih keras lagi tatkala Shin Kyung menghampiri dan memeluknya.
"Chanyeol pasti bisa melewati ini, Ny. Park." tutur Shin Kyung menguatkan. Meskipun ia sendiri ikut terpukul mengetahui kondisi Chanyeol, ia berusaha tampil tegar demi kebaikan Ny. Park.
"Bagaimana ini bisa terjadi?" Min Seok menanyai Sekretaris Choi.
Sekertaris Choi mengulas sekilas kronologi kejadian yang dilaporkan pihak berwajib juga keterangan para saksi. Sesekali ia menarik napas berat membebaskan sesak kesedihan atas musibah yang menimpa sang tuan.
Min Seok pun mengangguk paham dan mendesah prihatin.
"Chanyeol Hyung akan baik-baik saja kan, Hyung?" bisik Sehun pada Kyung Soo.
"Berdoa saja." Balas Kyung Soo singkat. Sama seperti yang lain, ia juga ikut terpukul mengetahui kondisi Chanyeol saat ini.
"Hyung, apa Kau sudah mengabari Hae Soo?" tanya Sehun begitu terlintas sosok Hae Soo.
Kyung Soo menggeleng pelan. Bukan terlupa, akan tetapi ia memang sengaja tak mengabari Hae Soo. Ia sangat tahu jika Ny. Park sangat membenci Hae Soo, kondisi saat ini tentu tidak memungkinkan.
"Kalau begitu, aku akan menghubunginya," Sehun mengeluarkan ponsel dari saku, tapi langsung dicegah oleh Kyung Soo.
"Nanti saja. Lihatlah bagaimana kondisi Ny. Park," ujar Kyung Soo.
Mata Sehun bergerak melihat Ny. Park yang terus menangis didekapan Shin Kyung. Ia lantas paham situasi. Nyonya besar Park sangat membenci Hae Soo, dia pasti akan menyalahkan gadis itu atas kondisi Chanyeol saat ini.
•¶•
Hae Soo mengemasi kotak bekal pemberian Yixing yang baru saja dilahap tanpa sisa. Ia sampai bergumam memuji kala menyantap makanan tadi.
Gadis Baek lantas berdiri dari sana lalu pergi. Namun saat kakinya melangkah, tiba-tiba saja ia seperti menyandung sesuatu lalu terjatuh.
"Kenapa perasaanku tiba-tiba tidak enak? Apa ada sesuatu yang terjadi menimpa keluargaku lagi?" monolognya bertanya-tanya. Ia benar-benar memastikan jika jalan yang ia tapaki tak ada aral atau apa yang melintang.
"Semoga tidak terjadi apa-apa ..." doa Hae Soo berpikiran yang baik. Ia pun bangkit dan melanjutkan perjalanan.
•¶•
Nyonya Park terus menitihkan air mata sepanjang dokter menangani Chanyeol di ruang operasi. Terhitung berjam-jam sudah sang calon pewaris kerajaan bisnis berjuang di dalam sana tanpa titik terang. Nyonya Park nyaris pingsan saking lelahnya ia menangisi sang putra. Para sahabat Chanyeol pun tak ada yang bergeser pindah meninggalkan ruang tunggu. Berharap dengan doa yang terus menguntai dalam batin masing-masing.
Semua cemas, bersedih mengiba pada Sang Pemilik hidup akan keselamatan Park Chanyeol.
"Hyung, kenapa mereka belum juga keluar?" Sehun terus menanyakan kegelisahannya sejak tadi.
"Berdoalah terus semoga Chanyeol dapat selamat," ulang Min Seok kesekian kali guna menenangkan kegusaran Sehun. Tak ada jawaban lain karena memang tim dokter yang berjuang di dalam belum melaporkan sesuatu pada keluarga pasien.
Suara tapakan sepatu yang beradu dengan lantai terdengar nyaring di tengah kesunyian. Langkah cepat seorang nenek yang membawa tongkat di tangan, langsung merebut atensi mereka — para penanti kepastian keadaan Park Chanyeol.
"Nenek Park?" sebut Sehun mengarahkan semua mata menuju ke arah kedatangan nenek.
"Ibu ..." Nyonya Park kembali histeris begitu melihat sang ibu mertua datang dengan wajah dingin.
Bukan peluk hangat menyambut, justru sapuan keras tangan keriput milik Nenek Park mendera pipi sembab Nyonya Park. Sontak saja semua mata di sana dibuat terbelalak oleh kejadian tak terduga tersebut.
"Semua ini tidak akan terjadi jika Kau tak ikut campur!" murka Nenek Park dengan nada tinggi.
Nyonya Park merunduk, tak berdaya untuk marah atau sekadar menguhus tatapan balasan.
"Nenek, saya mohon tenanglah. Tuan Muda sedang berjuang melewati masa kritisnya," Sekertaris Choi menahan nenek tua yang mungkin akan berbuat lebih mengingat tempramennya yang tinggi. Sama seperti cucunya.
Tubuh nenek gemetaran menahan amarah dan tangis yang berlangsung bersamaan.
Marah karena ia tahu Chanyeol seperti ini karena sang menantu terlalu berlebihan. Dan tentu beliau menangisi keadaan sang cucu tersayang yang sedang berjuang antara hidup dan mati. Nenek tak ingin mempermalukan menantunya sendiri seperti ini. Namun ia benar-benar tak sanggup lagi menahan gejolak amarah yang membara.
Kesunyian seketika terasa mencekam. Tak ada yang berani berpatah sekata pun. Bahkan bernapas saja harus mereka atur sedemikian rupa agar tak terdengar. Benar-benar kondisi yang menegangkan.
•¶•
Hae Soo terus beraktivitas tanpa henti. Ia bahkan tak tahu menahu jika saat ini Chanyeol yang dicintainya tengah kritis di rumah sakit. Tak ada yang mengabarinya memang. Dia pun juga tak hobi mencari kabar apa yang tengah atau sudah terjadi.
Ponsel yang Hae Soo simpan di tas dan ditaruh pada loker berkali-kali bergetar. Sementara sang empu sibuk beraktivitas ke sana ke sini. Membuat sang pemanggil mendesah frustrasi di seberang sana.
"Hae Soo belum mengangkatnya?" tanya Eunri cemas.
Baekhyun menggeleng lemah. "Tidak ada cara lain, kita harus mencari di tempat kerjanya." Baekhyun menyerah untuk menghubungi Hae Soo.
"Tapi kita tidak tahu di mana ia bekerja sekarang."
"Bukankah ia kerja di resto?"
"Belakangan ini Dia jarang di sana. Haneul bilang Hae Soo bekerja di tempat lain, tapi tidak jelas di mana tempatnya."
Baekhyun meremas rambut, frustrasi. Sementara Eunri mengusap-usap jemari yang basah terbalut keringat dingin.
"Yixing!" Baekhyun menyeru saat terbesit nama pria keturunan cina tersebut.
"Oh, iya. Ayo, cepat hubungi dia!" titah Eunri bersemangat.
"Nomor yang Anda tuju sedang—"
"Sial, nomornya tidak aktif!" umpat Baekhyun kala operator yang menjawab panggilan keluar untuk Yixing.
"Lalu bagaimana ini ..." Eunri tak dapat membendung tangisan. Baekhyun lantas mendekap sang kekasih ke dalam pelukan.
"Akan kucoba menanyai keluarganya, tenanglah." Baekhyun mengusap lembut belakang kepala Eunri lalu mengecup kening Eunri singkat.
Hae Soo-ya ... Kau di mana?
Apa kau tidak ingin melihatku bahkan disaat Aku seperti ini?
Bagaimana jika Kau tak dapat melihatku lagi?
Bagaimana jika Aku tak bisa membuka mata dan melihatmu lagi?
Bagaimana jika ... Aku pergi untuk selamanya dan tak kembali?
Datanglah, Hae Soo-ya ....
Setidaknya untuk terakhir kalinya Kau harus melihat wajahku.
Aku tak ingin pergi tanpa mengucapkan salam perpisahan.
Aku ... Aku masih mencintaimu Hae Soo-ya....
TBC
KAMU SEDANG MEMBACA
Boys Over Flowers EXO Vers. [REVISI]
FanfictionBoys Before Flowers versi Exo dengan sedikit perubahan alur dan penambahan tokoh-tokoh pendukung lain. Sudah tamat, tapi masih proses revisi. Pengunggahan ulang mengikuti suasana batin penulis.