"Yak, bagi bola itu padaku!" teriak Hae Soo berulang kali sambil berusaha merebut bola dari kuasa Eunri.
"Eits, tidak bisa!" Eunri mengecoh Hae Soo yang berambisi merebut bola di kakinya. Sejak 5 menitan lalu, ia hanya mengutik-utik si kulit bundar itu di area tengah lapangan dan terkesan tidak berniat mengegolkan ke gawang Yixing.
"Sampai kapan Kau akan menguasai bola itu tanpa memasukkannya, Sayang? Aku mulai bosan." teriak Baekhyun dari gawangnya. Sejak tadi ia hanya berjongkok menunggu waktu kapan Hae Soo menyerang ke arah mereka. Tapi, jangankan menyerang, merebut bola dari Eunri saja tidak bisa.
"Yakkk!" Hae Soo sudah kehabisan kesabarannya.
"Ayo, rebut lagi! Begitu saja menyerah!" ledek Eunri sengaja mengompori kekesalan Hae Soo.
"Mainlah sendiri!" Hae Soo frustrasi dan akhirnya berhenti.
YiXing menghampiri lebih dulu saat Hae Soo akan menuju gawangnya, ia memberikan sebotol air mineral untuk gadis tersebut.
"Kau sangat baik." puji Hae Soo seraya meminumnya.
Melihat Hae Soo yang menepi, Eunri-pun lantas menghampirinya. Tak ketinggalan Baekhyun ikut menyusul. Pria itu menyejajari langkah Eunri yang sengaja diperlambat sambil merengkuh pinggang sang kekasih.
"Begitu saja menyerah." cibir Eunri begitu tiba.
"Dia bukan menyerah, tapi kesal Kau permainkan." saut Baekhyun memihak Hae Soo.
Eunri sontak melepas tangan Baekhyun dari pinggangnya lalu menatapnya tajam.
"Kau tidak membelaku, eoh? Apa ini yang Kau bilang cinta, iya?" Eunri menyalangkan kedua matanya sambil bertolak pinggang menghadap sang kekasih, Byun Baekhyun.
Baekhyun terkekeh, "Sejak kapan pacarku jadi pencemburu seperti ini, hem? Benarkah Kau Eunri-ku?" balas Baekhyun.
"Kau juga, benarkah Kau Byun-ku yang punya bibir lembut?" lontar Eunri vulgar.
"Tentu saja. Aku pemilik bibir yang lembut dan selalu menjadi candu gadisku." Baekhyun membalasnya tak kalah vulgar.
Hae Soo dan Yixing terbengong-bengong dengan perkataan kedua insan yang dimabuk asmara tapi tidak lihat tempat. Mereka ada di lingkungan sekolah, haruskah mereka mengatakan hal dewasa itu di tempat menimba ilmu ini?
"Kita pergi dari sini saja, Yixing-ah! Mereka benar-benar tidak waras." ajak Hae Soo yang tak tahan lagi dengan tingkah dua insan itu.
"Ayo!" YiXing sependapat. Merekapun bergerak perlahan meninggalkan kedua sejoli itu.
"Yak, Kalian mau ke mana? Tunggu Kami!" Eunri mengakhiri perdebatan tidak berfaedahnya dengan sang kekasih dan mengejar kedua rekannya yang malah lari.
"Sayang, tunggu Aku!" Baekhyun ditinggal rombongan dan segera mengejar ketertinggalan.
Dari kejauhan Kyung Soo nampak asyik menyaksikan keseruan tak biasa dari para adik kelasnya itu. Mereka bisa bercanda, melepas tawa, dan menikmati waktu istirahat dengan bebas. Kesederhanaan menjadikan mereka sangat akrab dan nyaman. Tak ada lebel kekayaan yang membatasi dimensi pertemanan mereka. Dan semua itu menyiratkan rasa iri dalam hatinya.
"Aku yakin Dia bisa membawa perubahan di sini." gumam Kyung Soo tak melepas perhatiannya pada keempat adik kelasnya itu.
...
Jantung Hae Soo hampir mau copot manakala ia akan mengambil pakaian seragamnya di loker, Chanyeol tiba-tiba muncul. Ruangan sedang sepi, siapa yang tidak merinding saat ada mahluk yang tiba-tiba muncul seperti hantu ini. Hae Soo memang pemberani, tapi untuk hal berbau tak kasat mata ia sedikit gugup menuju takut.
"Kaupikir Aku tidak punya jantung, apa!" gertak Hae Soo dengan suara melengking. Ia mengurut dadanya yang kembang kempis karena syok.
Chanyeol mendecih, "Tidak ada sopan santunnya dengan kakak kelas." cibirnya sambil menyandarkan punggung ke loker.
"Untuk apa sopan dengan orang yang tidak sopan? Jika tidak suka orang lain memperlakukanmu tidak sopan, jangan memperlakukan orang lain juga tidak sopan. Semua itu ada timbal baliknya." Hae Soo memberi petuah layaknya seorang ibu pada putranya dengan ketus.
Sebelah wajah Chanyeol terangkat, ia tersenyum miring dan melontarkan kata, "Hal seperti itu tidak akan berlaku bagi golongan sepertiku. Orang-orang harus tetap menghormatiku, meski mereka membenciku. Karena hidup mereka tergantung padaku."
Hae Soo ingin terbahak-bahak rasanya mendengarkan ucapan penuh keangkuhan dari pria jangkung tersebut.
"Anggap saja ucapanmu itu benar, Tuan Park. Tapi, bila nanti situasi memperlihatkan semuanya, jangan kaget, okay?" timpal Hae Soo sambil mengangguk dan setengah menahan tawa.
"Kaupikir Aku melucu, hah!" Chanyeol meradang melihat mimik Hae Soo yang tak dapat menutupi ketawanya.
"Keangkuhanmu mengalahkan komedi yang kutonton di televisi, bahkan lebih lucu." Hae Soo meledakkan tawa garing.
Di sisinya, Chanyeol justru menampilkan kekontrasan yang amat mencolok. Pria itu bersungut dengan wajah merah padam. Ia merasa Hae Soo benar-benar telah menghinanya. "Sampai kaumati pun, hal itu tidak akan pernah terjadi." sumpah Chanyeol membara.
Hae Soo menutup mulutnya yang sulit diajak berhenti tertawa, ia mengangguki saja lontaran Chanyeol. "Anggap saja dunia ini milikmu dan yang lain menyewa." pesan Hae Soo seraya merogoh ponsel di saku celananya.
Layar ponsel Hae Soo menampilkan sebuah panggilan dari anggota keluarganya, ia menghentikan tawanya dan menjawab panggilan tersebut.
"Halo, Nek." balasnya. Tiba-tiba saja tangan Hae Soo gemetaran dan lemas, ponsel yang dipegangnya sampai lolos dari genggamannya. Chanyeol yang melihatnya reflek menyelamatkan ponsel Hae Soo dengan mennagkapnya.
"Ada apa?" hati Chanyeol mendadak diselimuti kecemasan saat melihat mata Hae Soo berkaca-kaca.
Mata Hae Soo berair dan kini pipinya dibanjiri lelehan air mata. Bola mata Hae Soo tampak berputar tak tenang, pandangannya mendadak kosong.
"Ada apa?" Chanyeol mengulang pertanyaannya.
"Rumah sakit," Hae Soo tersadar dari pikiran kosongnya. Ia bergerak kebingungan, ia menutup lokernya dan tanpa pikir panjang hendak lari sana.
Chanyeol mencekal tangannya, "Kuantar." ujarnya tak tega melihat Hae Soo yang panik seperti itu. Ia menggandeng tangan Hae Soo tanpa menanyai apa pun lagi, ia ikut berlari bersama gadis yang tengah dilanda kepanikan tersebut. Dua kata yang Hae Soo ucapkan saat menerima panggilan telepon tadi sudah jelas merujuk ke mana.
Ada apa dengan keluarganya? Ia tampak panik sekali. Chanyeol membatin sambil terus mengikuti langkah kaki Hae Soo yang cukup lebar dan menapak cepat.
To Be Continue >>>
Revisi|2020|skynightna98
KAMU SEDANG MEMBACA
Boys Over Flowers EXO Vers. [REVISI]
FanfictionBoys Before Flowers versi Exo dengan sedikit perubahan alur dan penambahan tokoh-tokoh pendukung lain. Sudah tamat, tapi masih proses revisi. Pengunggahan ulang mengikuti suasana batin penulis.