Chanyeol mengucek kembali kedua matanya. Memastikan apa yang ia lihat tidak salah. Gadis itu, Baek Hae Soo berdiri di halaman belakang sekolah sambil menatapnya. Dari tadi ia hanya mengembara dalam pikirannya melihat gadis itu. Tapi, sekarang itu kenyataan? Bukan ilusi? Chanyeol akan semakin menggila bila tidak segera menghampirinya.
Chanyeol bak manusia super yang dapat berlari secepat kilat. Ia bahkan bila perlu langsung lompat saja dari ruang kelasnya, asal dia manusia super sungguhan. Tidak, Chanyeol tidak seperti itu. Ia berlari selebar langkah yang ia bisa dan menuruni anak tangga semampu jangkauannya.Tiba di bawah atau tepatnya di halaman belakang, Chanyeol dibuat tersetrum oleh sesuatu. Apa itu? Sepasang bibir yang kecil namun padat dan kenyal seperti jeli tiba-tiba mendarat ke pipi seorang Park Chanyeol. Pipi yang tak seorang pun boleh menyentuhnya itu, kini dengan beraninya dijamah oleh seorang gadis seperti Hae Soo.
Chanyeol akan memarahi gadis yang kurang ajar itu. Namun, tubuhnya membeku oleh karena pipi sebelah lainnya juga mendapat yang sama.
"Apa yang Kau lakukan?" pertanyaan bodoh itu terlontar begitu saja dari mulut Chanyeol tanpa dipikirkan.
Hae Soo tidak menjawab. Ia hanya mengedikkan bahu seraya bertingkah menggemaskan dengan menggembungkan kedua pipinya.
"Kau..." Chanyeol memegangi kedua pipinya yang merona tanpa diminta. Bukti jika dia sangat malu mendapatkan perlakuan manis itu.
Hae Soo meraih tangan Chanyeol, membawa pria itu ke area taman yang dimiliki sekolah. Pohon beech dan maple berwarna melah menyala yang tumbuh mengelilingi taman, membuat suasana sangat manis.
Chanyeol tidak banyak cakap, Hae Soo membimbingnya untuk menduduki bangku panjang yang tersedia. Kemudian, secara mengejutkan Hae Soo tidur di pangkuan Chanyeol. Hae Soo memejamkan matanya menikmati manisnya suasana taman, seolah tempat ini disewa pribadi untuk mereka berdua.
Sikap Hae Soo yang amat aneh ini tentu menjadi teka-teki bagi Chanyeol. Induk ayam yang biasa ia lihat garang, tiba-tiba berubah bak anak kucing yang menggemaskan. Benarkah gadis itu adalah Hae Soo?
Chanyeol terbuai dalam fantasinya sampai melupakan ada boneka cantik di bawahnya. Wajahnya merunduk, ia memandangi wajah polos Hae Soo yang damai terlelap. Wajah polos itu benar-benar menyihir Park Chanyeol hingga terbesit angan yang liar.
Chanyeol menggeleng-gelengkan kepalanya, menolak bujukan menyesatkan dari iblis dalam dirinya. Pikirkan dan hatinya selaras menyegah, namun mata dan bibirnya malah berkhianat. Chanyeol mewaraskan otaknya, itu perbuatan yang sungguh tidak bajik.
Tidak apa-apa, Park Chanyeol. Tidak ada yang melihat. Bisik iblis merah ke kuping kirinya.
Tidak boleh, Park Chanyeol! Itu perbuatan yang kurang ajar. Bisik malaikat ke kupingnya yang lain.
Terjadilah helatan perselisihan akbar di benak Park Chanyeol. Perang antara nurani dan nafsu dalam jiwa Park muda. Perselisihan makin panas manakala Park Chanyeol mulai menyondongkan kepalanya ke bawah. Dekat semakin dekat, jarak yang tersisa antara bibir dan pipi Hae Soo hampir tiada. Bibirnya menggantung dan kelopak matanya menutup, menunggu hasil putusan perselisihan. Satu ... dua ... tiga ...
"PARK CHANYEOL!"
Chanyeol spontan terhentak bangun dari bunga tidurnya. Ia matnya membulat merah, sorotnya terlihat tajam namun kosong. Ia seperti baru saja disetrum listrik megawatt.
"Hae Soo mencarimu." tutur Min Seok dengan nada biasa setelah tadi menghentak Chanyeol yang tidur di mejanya.
"Mencariku?" setelah kesadarannya kembali, Chanyeol baru menangkap ucapan Min Seok. Lalu yang tadi apa? Batinnya bingung. Suasana dalam mimpinya terbawa dalam bangunnya.
"Dia menunggumu di luar. Katanya ada yang ingin dibicarakan denganmu." tutur Min Seok lebih lanjut setelah dirasa kesadaran Chanyeol penuh.
Tanpa secuil kata-kata atau ekspresi marah, Chanyeol langsung pergi. Padahal biasanya, mode macan amuk akan nyala bila jam tidurnya diusik.
•¶•
"Induk Ayam!" Chanyeol menghampiri Hae Soo yang berdiri membelakanginya.
Hae Soo berbalik, menatap Chanyeol yang mendekati lalu berdiri di depannya. "Bisa bicara sebentar? Tapi tidak di sini." ujarnya langsung.
Chanyeol mengangguk dan mengamini, lalu Hae Soo memimpin jalannya. Chanyeol di belakang patuh mengikuti. Tujuan Hae Soo rupanya mengarah ke taman seperti yang ada di mimpi Chanyeol. Mengingatnya lagi, jantung Chanyeol berdebar-debar. Entah induk ayam atau induk kucing yang nanti akan keluar, Chanyeol akan menantinya.
"Apa yang ingin Kau bicarakan denganku?" tanya Chanyeol lebih dulu. Debaran di jantungnya makin kuat saat mereka duduk.
Hae Soo mengurai napas panjang sambil duduk. "Aku memang miskin, tapi bukan berarti Kau bisa seenaknya berbuat sesuka hatimu." ucapnya dengan wajah kesal.
Chanyeol menyerngit bingung, "Maksudmu?"
"Tidak usah berpura-pura. Apa dengan melunasi seluruh biaya rumah sakit Ayahku, pandanganku kepadamu akan berubah? Jangan mimpi!" lontar Hae Soo disertai decihan.
"Melunasi apa, huh? Aku tidak pernah mengeluarkan uang untuk hal percuma seperti itu." Chanyeol membantah tudingan terhadapnya.
"Jangan berdusta!" tuduh Hae Soo.
"Tutup mulutmu! Jangan bicara sembarangan." kecam Chanyeol tak terima.
"Aku tidak bicara sembarangan, Kau yang hadir di sana pertama kali selain keluarga. Sini, serahkan bukti pembayarannya!" todong Hae Soo kukuh dengan asumsinya.
Chanyeol menggeleng sambi mendecih. Gadis di depannya itu makin melantur. "Bukti apa? Sudah kubilang, Aku tidak melakukan itu."
"Cepat berikan, Tuan Muda Park!'' pinta Hae Soo penuh penekanan.
"Aku tidak membayar apa pun berkaitan biaya rumah sakit Ayahmu selain ongkos taksi. Lalu bukti apa yang harus kuberikan, hah!" Chanyeol sedikit mengegaskan omongannya.
"Tidak mungkin, Kau pasti berbohong dan berniat menundukkanku dengan cara itu. Ayo, mengaku!" tuding Hae Soo makin sembrono.
Chanyeol kehabisan daya sabarnya, ia lantas mencekal pergelangan tangan Hae Soo dan menggeretnya pergi.
"Ya, apa yang Kau lakukan!" protes Hae tidak dihiraukan oleh Chanyeol. Pria itu membawanya keluar taman belakang dan mendorongnya masuk ke sebuah mobil mewah.
•¶•
"Mohon maaf, tapi Kami tidak bisa memberi informasi tentang hal tersebut." terang pegawai bagian administrasi saat Hae Soo dan Chanyeol meminta konfirmasi terkait pembayaran biaya rumah sakit Tuan Baek.
"Setidaknya, tegaskan kalau bukan Saya, kan, orangnya?" Chanyeol mencari pembenaran.
Pegawai itu tersenyum seraya mengangguk. "Benar."
Chanyeol langsung menghela napas panjang sambil menyoroti Hae Soo tajam. Seolah sorot matanya mengatakan, 'Lihat, bukan Aku, kan?' Chanyeol segera menyeret Hae Soo pergi dari sana.
Saat diseret, Hae Soo lantas memikirkan kemungkinan-kemungkinan lainnya.
"Sudah dengar, kan? Aku tahu Kau membenciku, tapi tidak usah juga menuduhku seperti itu. Aku memang konglomerat, tapi Aku tidak sembarangan mengeluarkan uang." Chanyeol benar-benar puas tuduhan itu tida terbukti. Ia semakin tinggi di atas angin.
Lalu siapa? Batin Hae Soo sambil mengarahkan tatapannya pada Chanyeol.
"Tidak usah menatap seperti itu!" serang Chanyeol segera karena trauma dipojokkan.
"Apakah mungkin..."
To Be Continue...
Revisi|2021|Skynightna98
KAMU SEDANG MEMBACA
Boys Over Flowers EXO Vers. [REVISI]
FanfictionBoys Before Flowers versi Exo dengan sedikit perubahan alur dan penambahan tokoh-tokoh pendukung lain. Sudah tamat, tapi masih proses revisi. Pengunggahan ulang mengikuti suasana batin penulis.