"Annyeong! Long time no see!" seorang gadis bertubuh ramping dan berkaki jenjang menyapa Kyung Soo yang berdiri sambil menyilang tangan di dada.
"Kau membuatku jadi bahan pembicaraan." lontar Kyung Soo menyadari jika saat ini banyak pasang mata menyaksikan pertemuannya dengan gadis tersebut.
"Memiliki kekasih seorang model memang harus siap menjadi bahan pembicaraan." saut gadis tersebut dan tanpa malu-malu memeluk Kyung Soo.
"Aku tidak suka keadaan seperti ini." bisik Kyung Soo seraya menatap seluruh orang yang membicarakannya.
"Aku tahu." secara berani gadis tersebut mencium sekilas bibir Kyung Soo dan sontak menghebohkan semua orang tadi. "Ayo, kita pergi."
"Dasar tidak sopan!" Kyung Soo pun merangkul pinggang sang gadis sambil menyeret koper yang gadis tersebut bawa.
•¶•
"Apa? Kenapa menatapku seperti itu? Siapa lagi yang akan Kau curigai, hah?" Chanyeol melotot, tidak terima terus dicurigai.
"Tidak ada, lupakan! Ayo, kembali ke sekolah!" Hae Soo melangkah lebih dulu. Chanyeol pun menyusul.
"Oh, iya!" Hae Soo berhenti mendadak, lantas membuat Chanyeol terhenyak mundur karena hampir menubruk tubuh pendek Hae Soo.
"Kau pikir Aku tidak punya jantung, HAH!" sembur Chanyeol seraya mengurut dada.
Hae Soo meringis kuda lalu mengatakan, "Untuk biaya taksi waktu itu, beri Aku waktu seminggu untuk menggantinya. Aku masih mengumpulkan dari sisa upah kerjaku."
"Tidak usah saja." saut Chanyeol cepat setengah menggumam.
"Apa?" Hae Soo menajamkan lagi pendengarannya karena ucapan Chanyeol yang tidak jelas.
"Tiap dua hari sekali Aku akan menaikkan bunganya." ucapnya lain kemudian.
"Hei, kenapa jadi lebih mahal dari aslinya?" protes Hae Soo keberatan.
"Kalau keberatan, ganti sekarang juga!Mana?" Chanyeol mengulurkan tangan kanannya.
"Aku sudah bilang beri waktu seminggu, itu berarti saat ini Aku tidak memiliki uang." sampai Hae Soo geregetan.
"Kalau begitu, terima saja ketentuannya." Chanyeol mempersulit keadaan Hae Soo yang sudah terjepit, terimpit pula.
"Dasar, manusia kejam!" cela Hae Soo kesal.
"Sudah dibantu, malah sekarang memakiku. Bayar sekarang!" Chanyeol semakin kejam setelah dicela.
"APA KAU TULI? AKU BELUM PUNYA UANG ... PARK CHANYEOL...." teriak Hae Soo memenuhi lobi rumah sakit. Menarik perhatian orang-orang sekitar sana.
"Dasar berisik!" tak ingin menjadi buah bibir dan dihamiki massa, Chanyeol membungkam mulut Hae Soo dari samping lalu menyeretnya ke area parkir.
Hae Soo memberontak sekuat tenaga, tapi posisinya sedang tidak menguntungkan. Semakin ia bergerak, tubuhnya semakin menempel pada tubuh Chanyeol. Dan hal itu membuatnya tiba-tiba gugup hingga ia tak mampu melawan. Alhasil, ia memilih diam sampai Chanyeol melepaskan tangan yang membungkam mulutnya.
"Kau itu kecil tapi suaramu melebihi tubuhmu. Cocok sekali kupanggil induk ayam. Kecil, berisik dan berani." Chanyeol berkomentar sambil menatapi Hae Soo dari ujung kepala sampai ke ujung kaki.
"Apa Kau bilang? Induk ayam? Hei, apa hakmu memanggilku seperti itu, hah! Orang tuaku saja tidak pernah meng-"
Tiba-tiba Chanyeol mendekatkan wajahbya persis di sisi kanan pipi Hae Soo seraya berbisik...
"Sekarang, Kau adalah kekasih Park Chanyeol. Aku punya hak untuk itu, paham?" Chanyeol menjauhkan wajahnya.
Hae Soo terperanjat, otaknya memproses lama sesuatu yang kini tengah terjadi pada segumpal daging yang memompa darah ke seluruh tubuhnya. Dua detik, tapi serasa dunia berhenti cukup lama saat wajah pria itu benar-benar menempel di pipi kanannya. Bahkan deru napas itu sangat terasa hingga menembus kulitnya, mengalir cepat ke seluruh tubuh hingga bermuara pada jantungnya.
"Tidak ingin kembali ke sekolah?" pertanyaan itu langsung menyadarkan ia dari dunianya.
"Tidak sopan!" gumam Hae Soo karena tak tahu harus mengatakan apa pada sikap Chanyeol tadi. Ia tidak ingin berlama-lama larut pada perasaan tidak jelas itu dan semakin membuat Chanyeol berbangga diri dengan membuatnya tak bisa berkutik. Mereka pun menaiki mobil bersama.
"Aku lapar, kita mampir makan dulu. Masakan di sekolah membosankan." ujar Chanyeol santai. Seolah, ia tanpa salah dan dosa telah membuat jantung anak gadis orang berdebar-debar.
"Kalau begitu, turunkan Aku di halte terdekat. Aku harus kembali dan mengikuti pelajaran." balas Hae Soo berusaha menetralkan detak jantungnya.
"Tidak bisa, Kau harus ikut makan! Kau harus mengganti rugi kecurigaanmu tadi." Chanyeol menentang keinginan Hae Soo.
"Tidak bisa! Aku harus kembali ke sekolah dan mengejar ketertinggalanku. Kau pergi saja sendiri!" Hae Soo mengotot dengan keinginannya mengikuti pelajaran.
"Kau tidak akan dikeluarkan dari sekolah hanya karena nilaimu jelek. Lagi pula, tidak akan ada yang berani mengeluarkan kekasih Park Chanyeol." balas Chanyeol begitu mengagung-agungkan Hae Soo sebagai kekasihnya.
"Aku tidak akan pernah merasa punya kekasih sepertimu, ingat itu! Lagi pula, nilai bagus itu penting untuk orang miskin sepertiku, Tuan Muda Park yang terhormat." Hae Soo menekan tiap katanya. Mempertegas statusnya yang tak akan berubah meski badai sekali pun.
Chanyeol mendecih seraya terkekeh. "Tidak usah naif, di dunia ini semua harus menggunakan uang dan kekuasaan. Modal nilai baik saja tidak cukup." balasan Chanyeol sesuai realita dalam kehidupannya yang serba lebih.
Hae Soo membuang muka. Dimensi mereka yang sangat bertolak belakang, membuat sudut pandang mereka teramat beda.
"Baiklah, Aku akan menemanimu makan. Tapi, Kau harus memotong persenan bunganya, setuju?"
Chanyeol terkekeh. "Aku tidak menyangka, ternyata hitungan matematika di kehidupan kekasihku ini sangat tidak realistis. Lucu sekali." ia bahkan sampai tertawa sendiri.
"Berhenti memanggilku seperti itu!" protes Hae Soo penuh geram. Kupingnya sakit mendengar Chanyeol memanggilnya seperi itu.
Bukannya berhenti, Chanyeol justru semakin mengeraskan tawanya.
"Aaaaa ... Yak! Yak! Kau bisa membuat kita kecelakaan!" erang Chanyeol seraya menyingkirkan tangan Hae Soo yang menjambak rambutnya sangat kesal.
Chanyeol memijak rem paksa dan meminggirkan mobilnya ke tepi jalan.
"Hei, Kau mau ke mana?" Chanyeol buru-buru menyusul Hae Soo yang langsung keluar saat Chanyeol menghentikan laju mobilnya.
"Lepaskan!" Hae Soo memutar tangannya yang dipegang kuat oleh Chanyeol.
"Tidak akan." tolak Chanyeol tanpa dosa. Sekarang, ia yang memimpin dan mengatur arah ke mana mereka pergi.
Hae Soo enggan memberontak, ia pasrah mengikuti langkah Chanyeol yang besar namun lamban.
Aku tidak mengerti seperti apa isi otaknya. Tapi, dia membuat jantungku berpacu tidak normal. Batin Hae Soo sesekali sambil melirik wajah Chanyeol dari samping. Terlihat garis wajah Chanyeol yang terukir indah dan sayang untuk dilewatkan.
Aku hanya ingin menikmati waktu bersamanya. Karena Aku merasa nyaman bersamanya. Batin Chanyeol seraya tersenyum. Ia tidak menyadari ada jantung yang bergejolak hebat kala senyumnya mengembang sempurna. Senyum yang tidak membuat merinding seperti sedianya seorang Park Chanyeol.
Dia bisa tersenyum seindah itu juga?
TBC>>>
Revisi|2021|SkynightNa98
KAMU SEDANG MEMBACA
Boys Over Flowers EXO Vers. [REVISI]
FanfictionBoys Before Flowers versi Exo dengan sedikit perubahan alur dan penambahan tokoh-tokoh pendukung lain. Sudah tamat, tapi masih proses revisi. Pengunggahan ulang mengikuti suasana batin penulis.