"Hae Soo-ya...."
"Haneul-ah...."
Dua gadis bersahabat itu saling memanggil nama sambil berlari lalu berhenti dalam pelukan.
"Aku merindukanmu..." ungkap Hae Soo menangkap serta mendekap Haneul lebih dulu.
"Aku yang lebih merindukanmu. Ayahmu sudah pulang dari rumah sakit?" Haneul mendekap erat sahabatnya tersebut.
"Iya, sudah. Maaf, ya, tidak bisa hadir dalam pemakaman Nenekmu." sesal Hae Soo.
"Tidak apa-apa, Aku paham kondisimu." ungkap Haneul mewajari.
Sesaat kemudian pelukan erat mereka terurai, mereka saling mengelap titik air mata di sekitar mata mereka.
"Aku ada kabar bahagia untukmu." info Haneul membuat kening Hae Soo.
"Apa?" selidik Hae Soo.
Haneul tersipu malu, ia lantas membisikkan sesuatu ke telinga Hae Soo.
"BENARKAH?" suara Hae Soo langsung melengking, ia kaget bukan kepalang.
"Tidak usah pakai teriak, Kau membuatku malu!" protes Haneul dengan semburat pipi merah jambu.
"Kakak kelas yang sering memenangkan mendali olimpiade, itu kekasihmu?" Hae Soo membekap mulutnya sendiri yang berisik.
Haneul mengangguk-angguk dengan bibir dilipat ke dalam, kedua pipinya merona macam kepiting rebus.
"Wah ... benar-benar Kau ini. Tahu begitu Aku tidak perlu mencemaskanmu karena kupikir Kau pasti sedih kehilangan Nenekmu." Hae Soo berdecih dan memasang wajah seolah kecewa.
"Bukan begitu, Aku tentu sangat kehilangan Nenekku. Tapi, semua itu dibayar oleh kehadiran Dia."
Hae Soo makin dibuat geleng-geleng, raut bahagia khas kasmaran Haneul kian membuatnya sebal. "Menjauhlah dariku! Kau sudah menghianatiku." Hae Soo mendorong Haneul sedikit menjauh darinya.
"Soo-ya, jangan menjauhiku. Nanti siapa yang mengelap ingusku saat menangis, eoh?" perkataan Haneul makin membuat sebal Hae Soo.
"Sudahlah, hubungan Kita cukup sampai di sini. Kau bisa meminta Kekasihmu tersayang untuk mengusap ingusmu. Aku muak denganmu!" Hae Soo menjauhkan badannya, berjalan lebih dulu meninggalkan sahabatnya dengan wajah tanpa dosanya.
"Soo-ya, Kau yakin bisa jauh dariku?" goda Haneul mengekori Hae Soo.
"Kenapa tidak?" saut Hae Soo makin melambatkan langkahnya.
Haneul memperlebar langkahnya, menyandingkan dirinya di dekat Hae Soo. Kemudian, Hae Soo menyikukan lengannya dan Haneul langsung meraihnya.
"Apa yang bisa kulakukan agar dimaafkan?"
"Aku lapar." sampai Hae Soo singkat.
"Bukan hal yang sulit, ayo!" kini giliran Haneul yang memimpin langkah Hae Soo.
"Tukang meremehkan!" olok Hae Soo disertai decihan. Mendengarnya, Haneul malah tertawa renyah.
•¶•
Sosok itu nampak gusar di balik bingkai jendela kaca yang berada di lantai atas sebuah bangunan sekolah khusus. Kedua tangan sosok itu bertumpu pada kosen jendela, matanya terus menyoroti area gerbang yang dilalui berbagai jenis mobil berkelas. Memindai tiap manusia yang menjejaki wilayah sekolah. Mulutnya terus menggerutu entah sebab apa sambil sesekali menilik arloji di pergelangan tangan kirinya.
"Kenapa Induk Ayam belum terlihat juga? Dia masih membolos?" gumamnya terus menduga-duga. Penglihatannya menajam, sosok yang ditunggu-tunggunya baru saja melewati gerbang menunggangi sepeda.
Chanyeol mendecih, "Dasar pemalas!" cibirnya seraya melesat pergi. Ia berlari layaknya penjahat dalam pengejaran polisi. Ia sama sekali tidak mengindahkan orang-orang di sekitarnya. Termasuk rekannya sendiri yang memanggilinya.
"Bocah itu..." Min Seok mendengus panggilannya diabaikan begitu saja.
"Induk..." suara Chanyeol mendadak tertelan dan menghilang manakala sosok yang diuber tengah berbincang dengan seorang yang malas ia temui. Murid laki-laki bermarga Do itu telah mendahuluinya.
"Kenapa dengan diriku ini? Berlari kesetanan dan hanya berujung sia-sia." Chanyeol tertawa miris, merutuki perbuatannya yang terkesan sia-sia belaka. Ia pun lalu memutar haluan dan pergi.
•¶•
Kyung Soo berpapasan dengan Hae Soo saat akan mengambil sepedanya. Ia pun lebih dulu menyapanya. "Kau sudah kembali ke sekolah?"
Hae Soo mengangguk sopan. "Terima kasih..." ucapnya kemudian.
Dahi Kyung Soo berkerut, "Untuk apa?" tanyanya.
"Terima kasih sudah mengakui Saya sebagai adik kelas dan mengunjungi Ayah Saya." Hae Soo menyampaikannya dengan lugas.
"Apakah itu hal yang begitu penting hingga harus berterima kasih?" Kyung Soo melontarkan tanya yang justru membuat dahi Hae Soo berkerut.
Kyung Soo terkekeh lirih, ia merasa lucu melihat ekspresi Hae Soo yang bingung. "Maksudku, sama-sama." lanjut Kyung Soo akhirnya dapat dimengerti Hae Soo.
Hae Soo mengangguk. Rupanya, sang kakak kelas tidak sekaku tampang dinginnya. "Kalau begitu, silahkan Seonbae melanjutkan perjalanan." ucap Hae Soo.
Kyung Soo tersenyum simpul, ia pun menunggangi sepedanya dan berucap, "Jangan terlalu banyak berterima kasih, nanti Kita sukar akrab." lalu kemudian mengayuh sepedanya pergi.
Hae Soo termangu memandangi punggung Kyung Soo yang lenyap saat keluar dari area parkir. Kata 'kita' yang termuat pada ucapan sang kakak kelas tersebut begitu meresap dalam. Apakah Dia sungguh menganggapku ada? Batin Hae Soo hanyut dengan perasaannya. Ia sampai hampir lupa jika harus masuk ke kelas.
"Ya, ampun! Apa, sih, yang kupikirkan? Sadarlah, Baek Hae Soo!" rutuk Hae sambil berjalan ke kelas.
Hae Soo kini sampai di kelasnya yang beberapa hari ini tidak ia sambangi karena harus membantu pemulihan ekonomi keluarga. Riuh suara Eunri yang heboh menyambutnya begitu memekakkan telinga. Gadis itu berdiri di samping meja mereka sambil merentangkan tangan. Hae Soo menarik senyum simpul dan melengkapi bentangan tangan itu.
"Apakah ini sudah sewindu? Rasanya lama sekali." ungkap Eunri berlebihan.
Mendengarnya Hae Soo jadi tertawa. "Serindu itukah padaku? Tidak heran, sih. Aku memang sosok yang selalu dirindukan." timpal Hae Soo penuh percaya diri.
Eunri sontak melepas pelukan, ia bertolak pinggang sambil berdecak sebal. "Bualanmu membuat Para Dewa tertawa, Hae Soo-ya." ejeknya.
"Tidak masalah, Aku senang Mereka bisa terhibur. Wah ... baru pagi hari saja Aku sudah menanam benih kebaikan. Bukankah Aku sangat mulia, Kawanku?" papar Hae Soo makin besar kepala.
Eunri memutar malas bola matanya. "Kusarankan jangan cuti sekolah lagi, ya. Otakmu akan semakin bergeser kelamaan libur." sarannya mengandung unsur ledekan.
"Yak!" pekik Hae Soo tidak terima.
Eunri tidak perduli akan hal itu dan malah terbahak-bahak.
•¶•
"Kau dari mana?" Min Seok menyambut kedatangan Chanyeol dengan pertanyaan.
"Apa urusanmu Aku dari mana?" balasan Chanyeol sungguh tak mengenakkan didengar.
Min Seok hanya mampu mendengus pelan, ia memahami Chanyeol pasti sedang mode PMS. Menimpali atau meributkkan ucapan Chanyeol hanya akan menyia-nyiakan tenaga.
"Para adik kelas menanyakan tujuan kunjungan tahun ini, apa rencanamu?" Min Seok mengajukan pembahasan yang lebih penting.
Chanyeol tidak menyaut. Pikirannya sedang tidak ada di tempat, meski raganya ada tepat di samping Min Seok dan pula ucapan Min Seok cukup jelas.
Min Seok lagi-lagi hanya dapat mendengus diabaikan untuk yang kesekian kalinya. Tak apa, Min Seok kuat kok.
To Be Continue>>>
Revisi|2021|SkynightNa98
KAMU SEDANG MEMBACA
Boys Over Flowers EXO Vers. [REVISI]
FanficBoys Before Flowers versi Exo dengan sedikit perubahan alur dan penambahan tokoh-tokoh pendukung lain. Sudah tamat, tapi masih proses revisi. Pengunggahan ulang mengikuti suasana batin penulis.