gue gak mungkin ngangkat kertas segitu banyaknya sampek ke fcan sendiri. Berpikir, Wen! Berpikir!
Gue berpikir sejenak, kemudian gue ngeluarin hp habis itu gue nelfon Vito.
"Halo? Vit, kamu dimana?" tanya gue pada Vito yang ada di sebrang telfon.
"di kampus. Kenapa, Wen?"
"Aku mau minta tolong. Kamu bisa ke gedung fakultas hukum gak?"
"Bisalah. Apa sih yang aku enggak bisa buat kamu?"
"Ih, apasih kamu tu! Oya, ajak Kai sama Bagas sekalian, ya?"
"Mau ngapain?"
"Udah pokoknya kamu kesini aja dulu sama mereka, oke?"
"Iya, deh."
"Aku tunggu di depan pintu gedung, ya?"
"Oke."
Gue memutus sambungan telfon habis itu pergi ke pintu utama gedung fakultas hukum untuk nunggu Vito.
30 menit kemudian...
"Itu trio kemana sih??? Lama amat." kata gue kesal karena sudah menunggu Vito cukup lama. Tak lama kemudian Vito, Bagas, dan Kai terlihat lari ke arah gue. "Nah, akhirnya nongol juga."
"Lama amat kalian? Nungguin sapa sih?"
"Bagas." jawab Kai dan Vito kompak.
"Gue lagi yang disalahin😑" kata Bagas.
"Ada apa sih, Wen?" tanya Kai.
"Gue mau minta tolong. Kaliankan lelaki yang baik hati dan tidak sombong." kata gue
"Kalo ada maunya lagi ngalus. Dasar kutil anoa!" umpat Bagas.
"Nyante dong!" kata gue sambil melototi Bagas.
"Dia sensi, gegara lagi mungutin jemuran trs ketauan kita berdua kalo dia..."
"Diem lo temsek!" sahut Bagas ketika Kai baru mau jelasin ke gue.
"Gue itu mancung woi!!!"
"Kamu tau gak, Wen? Waktu aku sama Kai dateng ke kontrakannya Bagas. Pas kita sampek, dia lagi angkatin jemuran. Waktu itu dia cuman make handuk di pinggangnya terus telanjang dada. Mana mukanya komuk parah, Airin kalo liat pasti bakal ketawa sampek jungkir balik." bisik Vito.
Gue ketawa keras banget. "Hahahaha, dasar si cadel." kata gue.
"Gue kagak cadel!!! Iiih kok lo bilang ke Wendy sig Vit???"
"Suka-suka gue lah, wleee😋"
"Ya Tuhan aku ikhlas engkau beri ujian seperti ini. Aku percaya bahwa engkau maha melihat lagi maha mendengar. Semoga manusia-manusia yang selalu membullyku engkau beri balasan. Amin..." kata Bagas sambil menggenggam tangannya layaknya orang berdoa.
Gue, Kai, dan Vito justru tertawa keras sementara Bagas cuman cemberut aja ngeliatin kita yang lagi ketawa.
***
"Ooh, jadi ini ruangan dosen yang sering lo ceritain itu, Wen?" kata Kai.
"He.em."
"Keliatan banget orangnya perfeksionis." kata Vito.
"Kelewat dari perfeksionis dia mah." sahut Bagas.
"Udahlah. Buruan angkatin ini ke fcan kampus. Kalo gue yang angkat gak bakalan kuat."
Mereka bertiga bagi tumpukan kertas itu jadi tiga terus ngebawain ke fc an kampus.
***
KAMU SEDANG MEMBACA
My Killer Lecturer
Fanfiction[COMPLETE] Maheswari Wendy Aubertha mahasiswi yang sering membuat dosennya, Aldebaran Chistian Adlay si pemiliki notabene dosen muda tampan nan killer naik pitam dengan tingkah dan kelakuannya yang bandel, cukup susah diatur, dan suka membantah. Tap...