3.5

13K 875 61
                                    

Author POV
2 bulan kemudian...
di pesawat...

Wendy masih menikmati penerbangannya. Ia melihat keluar jendela yang menyuguhkan pemandangan langit biru dan awan putih yang seperti kapas.

Kok udah pulang aja sih? Berarti bentar lagi Pak Lay pindah. Aish, kok cepet sih? Tayi.~wendy

Gak lama kemudian pesawat Wendy mendarat. Setelah mengambil kopernya Wendy langsung keluar dari pintu kedatangan. Disana dia langsung liat Lay yang berdiri dengan tangan dimasukan di saku celana dan memakai kacamata hitam.

Wendy tersenyum melihat style dosennya itu. Saat melihat ekspresi Wendy, Lay mengeluarkan salah satu tangannya.

 Saat melihat ekspresi Wendy, Lay mengeluarkan salah satu tangannya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Kok senyum?" tanya Lay sesampainya Wendy tepat di depannya.

"Enggak papa. Bapak potong rambut?"

"Udah lama sih. Masih keliatan?"

"Iyalah, waktu itu dibelah tengah bisa, sekarang kan udah enggak." kata Wendy.

"Hem. Udah lah. Ayo!" kata Lay sambil menyahut koper Wendy. Wendy hanya tersenyum melihat Lay yang masih diam.

"Kok malah senyum?" tanya Lay.

"Enggak boleh emang?"

"Enggak. Soalnya kamu kalo senyum cantiknya gak manusiawi. Udah ah, ayo!" kata Lay yang kemudian memindah koper Wendy di tangan kirinya dan menggandeng tangan Wendy.

Bentar-bentar gue gak salah dengerkan?~wendy

"Iih, Pak gak usah di gandeng!" kata Wendy sambil masih berusaha menyamakan langkahnya dengan Lay.

"Suka suka saya." kata Lay.

"Dilihatin orang lain malu!"

"Biar!"

"Dilihatin mahasiswa lain, Pak. Entar jadi trending topik."

"Biarin aja."

"Nanti saya digruduk fans bapak!"

"Nanti biar saya yang nendang mereka." kata Lay yang tetap terus menggandeng tangan Wendy.

Pak Lay kenapa sih? Kok jadi rada aneh gitu.~wendy

***

Lay POV
Beberapa hari kemudian...
07.00 PM

Gue lagi sibuk mengepak barang barang gue yang ada di kamar. Baju-baju, buku-buku udah gue cariin kerdus semua. Gue usahain malem ini selesai ngepak jadi besok tinggal ngangkat.

Udah jam tujuh kok wendy belom pulang?

Baru aja itu anak gue batin gak lama kemudian terdengar suara pintu dibuka. Gue masih sibuk ngepak baju-baju gue.

"Bapak udah beres beres?" Tanya Wendy. "Iya, besok saya udah mau pindah. Kalo lama lama kasian rumahnya gak ada yang nempatin padahal udah saya kasih isi." Jawab gue.

Wendy cuman diem. Gue gak tau apa yang Wendy lakuin karena gue lagi ngeplester kardus terakhir gue.

"Kamu udah makan?" Tanya gue sambil berdiri menghadap Wendy.

"Belom." jawabnya singkat.

"Ya udah saya bikinin makan dulu." Kemudian gue melewati Wendy menuju dapur.

Mau bilang takut entar dia gimana gimana. Kalo enggak kok kerasa ganjel terus.

Beberapa menit kemudian...
Gue udah selesai bikin dua pasta. Satu gue satu Wendy. "Wen, udah jadi. Buruan kesini gih!" Teriak gue.

Gak lama habis itu Wendy dateng. "Bapak masak apa? Harum banget." Kata Wendy saat belu sampai di meja bar.

"Wuih... Bapak bisa masak pasta? Keren banget." Kata Wendy. Gue hanya tersenyum sambil memberinya garpu dan sendok.

Gak lama setelah itu Wendy langsung cicipi masakan gue. "Gimana enak?" Tanya gue sambil mulai mengaduk pasta yang ada di depan gue.

"Enak, Pak. Bapak kalo gak jadi dosen jadi chef kayaknya cocok juga. Masakan bapak itu gak pernah sekalipun gak enak." Kata Wendy yang membuat gue mengembangkan senyum gue.

Gue melihat Wendy yang makan dengan lahap pasta yang tadi gue buat.

Gue harus bilang. Besok gue udah pindahan, gue gak mau nyesel di kemudian hari. Masalah dianya jawab gimana udah gak usah dipikirin yang penting bilang aja.

"Wen." Panggil gue. Wendy hanya menjawab dengan berdeham sambil masih fokus dengan makanannya.

"Waktu itu kan saya pernah bilang saya lagi berharap sama orang. Kamu inget?"

"Inget." Kata Wendy yang sudah selesai dengan makanannya. Ia mulai menaruh garpu dan sendok dengan tengkurap. Dan mengelap bibirnya dengan tisu.

"Kamu masih kepo siapa orang itu?"

"Masih laaah. Bapak aja gak pernah cerita ke saya."

"Mau tau siapa orang itu?"

"Mau mau...." Kata Wendy sambil menuangkan air putih ke dalam gelas. Dan mulai meminumnya.

"Itu kamu." Kata gue tanpa ada rasa ragu sedikit pun. Wendy seketika menghentikan aktifitas meminumnya. Dan menatap gue penuh tanya.

"Apa, Pak???"

"Saya berharap sama kamu."

TBC

Huuuuaaa apa niiiii???😱😱😱
Lay mau menyatakan perasaannyaaaaaaaa
Jhaaaaaa, tunggu chap berikutnya yaaaa...
Vomentnyaaa jangan lupa

My Killer LecturerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang