Author POV
Lay datang sambil membawa beberapa jilidan skripsi para senior Wendy.
Ia kembali duduk bersila disamping Wendy yang tanpa ia sadari hanya menatap lurus kedepan.
"Ini dia, aku cuman bawa tiga. Kalo misal kurang besok kamu..."
"Jadi, berapa minggu lagi kamu bakal berangkat ke luar negeri buat ambil S3 kamu?" Sahut Wendy disela-sela ketika Lay berbicara. Wendy menoleh dan menatap Lay serius dan tajam.
Lay meletakkan jilidan skripsi yang ia bawa dengan asal. "Kamu tau dari mana?"
"Aku tanya itu butuh jawaban bukan malah dapet pertanyaan lagi." Kata Wendy sambil melempar hp Lay ke sofa yang ada di belakang mereka.
Lay menghela napasnya kemudian mengarahkan rambutnya kebelakang. "Maaf, Wen. Aku tau aku salah, aku udah mau kasih tau kamu. Tapi, aku masih cari waktu yang tepat."
"Apa susahnya sih kamu cerita ke aku? Kamu tau apa aja yang aku lakuin, kamu tau semua tentang aku, kamu tau siapa temen deket aku, kamu tau siapa mantan aku, kamu tau semuanya, tapi aku? Aku bahkan tau kalo kamu suka aku dari jaman aku masih SMA itu dari Bang Rey bukan dari kamu sendiri. Aku juga tau kalo Krystal ternyata temen kamu yang dulu pernah naksir berat sama kamu juga dari Bang Rey. Harusnya kamu bisa cerita itu semua ke aku secara langsung, tapi aku malah dapet cerita itu dari Bang Rey. Waktu kamu sibuk, terus aku nyariin kamu diruangan kamu, aku malah ketemu Pak Artha yang bilang kalo jadwal kamu tubrukan, apa susahnya sih kamu bilang sendiri? Kalo gak sempat bilang ya paling enggak sms kek, WA kek, telfon kek. Kamu anggep aku apa kalo kayak gitu? Apa gara-gara kita cuman berkomitmen tanpa ada hubungan apa-apa jadi kamu gak pernah cerita itu semua ke aku, gitu?"
"Wen, aku gak bermaksud buat gak cerita itu semua ke kamu."
"Terus kalo gak bermaksud apa namanya? Sengaja? Sengaja biar aku gak tau? Aku itu penting gak sih, Lay dimata kamu?"
Lay hanya diam tertunduk mendengar ocehan Wendy. "Sekarang aku mau kamu kasih aku kejelasan sekarang juga. Aku gak mau cuman komitmen aja tanpa ada hubungan. Dan hasilnya kamu gak mau terbuka sama aku kayak gini. Kalo kamu gak mau ada hubungan mendingan kita balik aja jadi dosen dan mahasiswa pada umumnya."
Lay terdiam sejenak kemudian ia beranjak dari duduknya tanpa banyak bicara.
Wendy menghela napasnya dengan berat dan kesal. "Kalo gak gara-gara ini gue gak mau ngungkit semuanya." Kata Wendy.
Tak lama setelah itu Lay kembali. Kemudian berjongkok sambil membuka kotak kecil berwarna putih, mengambil isinya dan kemudian membuang kotaknya asal.
Tanpa banyak bicara ia menarik asal salah satu tangan Wendy, kemudian menyematkan sebuah cincin cantik di jari manis Wendy.
"Lihat?" Lay menunjukan jari tangannya yang sudah memakai pasangan cincin yang tadi ia sematkan ke Wendy.
"Sekarang kamu tunangan aku. Dan aku minta sama kamu jangan pernah lepas cincin ini sebelum aku yang lepas dan aku ganti pake cincin nikah kita. Kamu ngerti, kan?" Ucap Lay dengan tatapan serius dan tegas ke Wendy.
Lay yang menyadari bahwa mata Wendy berkaca-kaca dan siap menjatuhkan air matanya, kemudian ia menarik Wendy kedalam pelukannya dengan cepat. Membuat tubuhnya terduduk dan besandar pada sofa di belakangnya.
"Maaf. Aku terlalu kasar, ya? Aku agak kebakar emosi tadi. Aku janji gak bakal aku ulangi. Aku emosi soalnya secara gak langsung kamu nyalahin aku karena aku gak ngasih status pacar ke kamu. Pacar itu cuman status, sementara kamu itu udah lebih dari sekedar pacar di mata aku, Wen." Jelas Lay yang justru membuat Wendy meneteskan air matanya dan membalas pelukan Lay.
"Maaf, bukannya aku gak mau cerita ke kamu aku cuman pengen cerita itu aku ceritain ke kamu di waktu yang pas aja. Dan masalah aku sibuk itu, aku bener-bener sibuk dari pagi, aku gak sempat pegang hp. Kebetulan aku ketemu Pak Artha waktu mau pergi ngajar diluar jadi aku bilang ke Pak Artha aja." Sambung Lay sambil mengelus punggung Wendy.
"Dan buat masalah study aku ke luar negeri itu... Aku... Dapet beasiswa kesana. Aku udah berencana hari ini mau cerita itu ke kamu, tapi kamu malah tau duluan. Aku berangkat sekitar tiga minggu lagi. Maaf, Wen, aku baru ngasih tau kamu ini sekarang. Alesan aku nuker kamu itu biar aku ada waktu lebih sama kamu sebelum aku berangkat ke luar negeri. Aku gak bisa bimbing kamu sampek selesai, maaf ya. Dan, aku juga gak janji bisa dateng ke acara wisuda kamu nanti."
Kalimat terkahir Lay justru membuat Wendy semakin mengeratkan pelukannya dan menangis dipundak Lay.
"Kamu jangan marah kayak tadi lagi. Jangan pernah bilang kayak tadi lagi. Aku takut, Wen. Aku takut kehilangan kamu untuk yang kedua kalinya. Kamu boleh marah tapi jangan pernah bilang untuk mengakhir semuanya. Aku gak suka."
Wendy masih tetap memeluk Lay tanpa ingin melepasnya. Ia harus menerima kenyataan bahwa laki-laki yang ia cintai ini akan pergi mengambil study ke luar negeri beberapa minggu lagi.
"Udah Wen jangan nangis lagi." Ucap Lay sambil mengelus kepala Wendy.
Tbc
Hai i'm back
Gila part ini aku gk ngerti banget, kok bisa kek gini:v
Inspirasi gk tau dapet dari manaVoment jangan lupaa yaaa
Makasiiih😊
KAMU SEDANG MEMBACA
My Killer Lecturer
Fanfiction[COMPLETE] Maheswari Wendy Aubertha mahasiswi yang sering membuat dosennya, Aldebaran Chistian Adlay si pemiliki notabene dosen muda tampan nan killer naik pitam dengan tingkah dan kelakuannya yang bandel, cukup susah diatur, dan suka membantah. Tap...