1.4

15.2K 811 13
                                    


Happy reading semuaaa!!

Setelah perjalanan sekitar tiga puluh sampek empat puluh lima menit, gue sampek di rumahnya Pak Lay.

Lah dia keliatan orang mampu gini kenapa gak beli apartemen sendiri sih? Sayang banget sama uang kali ya?

Pak Lay masuk dengan membawa kopernya dan koper gue. Sementara Ryan memarkirkan mobilnya. Dan gue cuman bawa tas ransel kecil yang isinya cuman earphone, dompet, powerbank, charger, sama hp.

Gak tau kenapa udah dari luar gue suka hawa rumahnya Pak Lay. Desain rumah Pak Lay itu kayak Klasik Tropis gitu. Lantai satu maupun lantai dua banyak jendela kaca yang ukurannya gede.

 Lantai satu maupun lantai dua banyak jendela kaca yang ukurannya gede

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Pas gue udah masuk ruang tamu Pak Lay menghampiri gue. "Kamu tidur di kamar saya. Koper kamu udah disana. Oya, tolong ingat ini! Jangan sentuh barang apapun yang ada disana! Ngerti?" kata Pak Lay.

"Iya saya ngerti. Terus bapak tidur dimana?" tanya gue.

"Saya tidur di kamar orang tua saya. Sekarang kamu pergi mandi jam dua belas siang kamu harus sudah disini lagi. Ngerti?"

"Iya ngerti, Pak."

"Ryan! Kamu anter Wendy ke kamar mas, ya? Mas mau mandi." kata Pak Lay yang berteriak ke Ryan yang ada di luar rumah.

"Iya bentar. Mbak Wendy suruh tunggu aja di ruang tamu." jawab Ryan dengan berteriak.

"Kamu duduk dan tunggu Ryan disini. Saya mau mandi."

"Iya."

Habis nunggu Ryan beberapa menit, gue diantar Ryan ke kamar Pak Lay di lantai dua. "Makasih, ya." kata gue.

"Iya mbak. Oya, aku mau tanya sama mbak Wendy boleh?"

"Tanya aja."

"Mbak pacarnya mas Al? Eh, eeem maksudnya mas Lay."

"E-eh, bukan. Aku cuman asdosnya aja kok."

"Masak sih? Tapi setau aku mas Al..., eh maksudnya mas Lay itu gak pernah bawa cewek ke rumah. Boro-boro bawa cewek ke rumah, pacaran aja gak pernah. Jangankan pacaran ngeboncengin cewek selain ibuk dia gak mau."

Apa iya sih?

"Terus juga setau aku nih ya, entah kenapa dia itu paling males berurusan sama cewek. Alesannya sih katanya cewek itu banyak maunya, repot, nyebelin, apalah itu segala macem." sambung Ryan.

"Jadi, jangan bilang aku cewek pertama yang dia ajak pulang ke rumah ini?"

"Ya gitu. Terus juga selama ini, mas Lay itu gak ngebolehin siapapun masuk ke kamarnya kecuali ibu. Aku aja baru masuk langsung diusir."

"Tapi, kenapa..."

"Kamu belum mandi?" suara Pak Lay membuat gue dan Ryan menoleh ke arahnya serentak.

"I-iya ini mau mandi Pak. Yan, aku masuk dulu ya, bye." gue langsung ngacir masuk ke kamar Pak Lay.

Gue udah di dalam kamarnya Pak Lay yang sangat rapi sekali. "Yaaa kan dia udah lama gak pulang jadinya rapi kamarnya." kata gue sambil melihat sekeliling.

Gitar? Pak lay bisa main gitar?

Gue jalan menghampiri gitar yang berdiri di sandarannya.

Author POV
Flashback On

Di ruang musik sekolahnya, Wendy sedang asik bermain gitar. Ia bermain sambil menyanyikan salah satu lagu dari penyanyi favoritnya yaitu Taylor Swift.

Sehabis ia selesai menyanyikan salah satu dari lagu milik Taylor Swift. Sebuah tepuk tangan dari arah pintu membuat ia menoleh dengan cepat.

"Waah keren. Buat ukuran cewek keren banget lo tadi." kata orang itu.

"Cuman gini doang kali."

"Jarang loh cewek bisa main gitar. Oya, lo Wendy kan?"

"Yaps, dan lo Salvito kan? Anak basket yang terkenal itu?"

"Hahaha, iya, panggil aja Vito."

Wendy tersenyum. Kemudian Vito pun membalasnya. "Gue bisa fingerstylenya lagu yang lo nyanyiin tadi loh."

"Serius??"

"Siniin gitarnya, gue tunjukin."

Flashback Off
Wendy POV

"Kenalan tergak mutu sepanjang sejarah." kata gue sambil tersenyum kemudian gue mengalihkan pandangan gue.

Foto-foto masa kecil Pak Lay dipajang di kamar itu semua. Dari dia masih kecil, masuk SD, SMP, SMA, dan foto wisuda PTNnya dipajang semua.

Habis puas liat2 fotonya Pak Lay gue mandi di kamar mandi yang ada di kamar itu.

***

05.00 PM

Gue duduk dianak tangga depan gedung utama universitas. "Pegel banget... Besok lagi gue gak mau pake high heels." kata gue sambil mengelus kaki gue.

Gak lama setelah itu suara Pak Lay membuat gue menoleh mendongak karena dia berdiri disamping gue. "Ayo, pulang! Kita harus nyicil laporannya." kata Pak Lay.

Gue pun berdiri. "Pak?" panggil gue. Pak Lay berdeham. Gue menghadap Pak Lay "Laper." kata gue sambil nyengir.

TBC

Singkat banget ya?:v
Hehe, entar malem ak publish satu chapter lagi, tunggu yaaa

My Killer LecturerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang