Gue menunggu Lay sebentar kemudian kami jalan barengan, baru aja dapet beberapa langkah. Langkah kita terpaksa terhenti karena ada seseorang yang memanggil nama gue.
"Wendy?!?!" arah suara itu berasal dari belakang gue. Gue pun menoleh saat melihat yang ternyata manggil gue Lisa dan disana bukan cuma ada Lisa, disana juga ada Airin, Bagas, dan Kai dengan spontan mata gue membulat dan mulut gue sedikit menganga.
Lay yang ada disamping gue pun ikut menoleh dan melihat mereka.
Di ruangan Lay...
Gue dan Lay sekarang sedang duduk berhadapan dengan dua pasang kekasih yang otaknya dipenuhi dengan tanya. Tak lupa mereka menyilangkan kedua tangannya di depan dada, terkecuali Airin.
Mereka bertiga menatap gue datar. Dan, berbeda dengan Airin yang menatap gue justru dengan mata berbinar dan terlihat senang.
"Jadi, sejak kapan?" tanya Kai.
"Waktu itu lo bohongkan???" tanya Lisa.
"Percuma gue belaiin lo. Kenyataannya gini." kata Bagas.
"Kalian bertiga itu harusnya seneng dong tau Wendy udah jalan sama cowok lain. Berarti dia kan udah move on. Kalian itu gimana sih???" Airin selalu gitu, dia yang paling dewasa diantara kita semua. Dia selalu bisa ambil sisi positif dari masalah yang ada.
"Masalahnya karena dia gak cerita!" kata Lisa, Kai dan Bagas dengan kompak.
"Maaf." kata gue singkat.
"Bukan Wendy yang salah. Saya yang salah, saya yang bilang ke dia mendadak makanya dia juga belom cerita ke kalian. Lagian kita gini juga belom nyampek dua bulan." jelas Lay sambil menegakkan posisi duduknya dan memasang ekpresi lebih serius.
Lisa dan Bagas yang melihat ekspresi serius Lay langsung terlihat membenarkan duduknya menjadi lebih sopan.
"Karena kalian temen Wendy, jadi gak perlu canggung sama saya. Saya bisa santai ke kalian kalo lagi diluar kelas. Dan bahkan kalo kalian mengijinkan, saya bakal pake bahasa informal ke kalian." jelas Lay. Gue menatapnya dengan penuh tanya. Lay yang menyadari gue menatapnya kemudian ia sedikit melirik ke gue.
Lay menghela napasnya, ia menaikan kaki kanannya ke paha kirinya. "Kalian boleh manggil gue Lay kalo gak lagi ngajar. Terutama buat Bagas sama Lisa."
Bagas dan Lisa melihat ke arah Lay. Kemudian Lay tersemyum ke mereka berempat. "Mungkin kita perlu makan makan biar lebih akrab dan biar kalian tau awal cerita gue sama sayangku Wendy ini." kata kata Lay yang terakhir dibarengi dengan ia merangkul gue supaya duduk gue lebih nempel sama dia.
Nyalinya dia ini jadi kebablasan apa gimana sih?:) dia yang bilang, tapi kok gue yang malu:)
***
Karena bentar lagi kelas dimulai gue, Lisa dan Bagas berjalan menuju kelas yang biasanya kita tempati.
"Gila, Wen. Bisa bisanya ya lo?" lata Lisa. Gue hanya membalasnya dengan cengiran khas yang gue miliki.
"Gue kira lo gak bakal cinlok sama dia." kata Bagas.
"Cinlok???" tanya Lisa.
"Gue bukan cinlok albino!!! Oya, masalah ceritanya, itu panjang, Lis. Entar gue ceritain pas ada Joy sekalian aja." kata gue.
"Gue masih gak percaya deh." kata Lisa.
"Gue sendiri aja yang tau ceritanya juga masih gak percaya. Apalagi elo." kata Bagas.
Gue menghela napas mendengar ucapan terakhir mereka. "Kok rame?" tanya gue yang melihat kelas yang biasanya gue tempati keliatan rame.
"Wah iya. Ada apaan ya?" kami bertiga berjalan memuju kelas dengan lebih cepat.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Killer Lecturer
Fanfiction[COMPLETE] Maheswari Wendy Aubertha mahasiswi yang sering membuat dosennya, Aldebaran Chistian Adlay si pemiliki notabene dosen muda tampan nan killer naik pitam dengan tingkah dan kelakuannya yang bandel, cukup susah diatur, dan suka membantah. Tap...