2.9

14.1K 782 35
                                    

"Kamu, kenapa gak ngerti sama semua hal yang udah saya lakuin ke kamu? Kamu, kenapa gak peka sama perhatian saya ke kamu? Kenapa kamu masih pilih Vito yang jelas jelas udah gak bisa kamu harapin? Yang jelas jelas udah nyakitin kamu secara fisik juga secara nonfisik. Kenapa kamu sesetia itu sama dia? Kenapa kamu...."

Belom selesai dia yang ngaco dia udah teler duluan. Gue gak tau dia pingsan apa ketiduran.

Pak Lay ngomong apa sih? Ngaco banget. Bodo ah, orang dia juga mabuk.

Habis itu gue langsung masang seatbelt dan duduk kembali ke kursi kemudi.

***

Keesokan harinya...

Author POV

Lay terbangun dari tidurnya sambil memegang kepalanya yang terasa sedikit pusing. Ia melihat sekitar "kok udah dikamar?" tanyanya sendiri.

Lay keluar dari kamar sedikit sempoyongan. Kemudian menghampiri Wendy yang entah sedang apa di dapur.

"Lah, bapak udah bangun?" tanya Wendy. Lay menganggung sambil masih memegangi kepalanya.

Kemudian Wendy mengambilkan segelas air putih hangat untuk Lay. "Minum dulu, Pak. Awas panas." kata Wendy.

Lay meminumnya dengan perlahan. "Saya semalem mabuk?" tanya Lay. "Iya, mana bapak pake acara ngoceh ngoceh gak jelas." kata Wendy.

"Emang saya ngoceh apa?"

"Ya aneh aneh gitu. Gaje banget pokoknya. Masak bapak gak inget?" kata Wendy. Lay menggeleng.

"Bapak sih minum banyak banget. Kadar alkoholnya emang gak banyak tapi kalo bapak minum segitu banyaknya ya tetep bakalan kobam. Lagian bapak kenapa sih pake acara minum segala?"

"Eemmm... Anu..."

Saat Lay belum selesai bicara bel apartemen sudah berbunyi. "Siapa yang dateng?" tanya Lay.

"Bang Rey." jawab Wendy yang kemudian pergi untuk membuka pintu.

Tak lama kemudian Rey datang menghapiri Lay yang duduk di kursi meja bar. "Woi lo kobam kagak ajak ajak njir!" kata Rey yang kemudian duduk di samping Lay.

"Orang gak terencana." jawab Lay.

"Lo tu gimana sih, Bang? Orang lo dateng, gue suruh marahin Pak Lay malah bilang kobam kagak ajak ajak." kata Wendy.

"Orang dia temen gue. Masak iya gue marahin dia." kata Rey.

"Tau ah bang. Seterah lo, gue mau ke kampus."

"Eh, Wen. Gue sabtu besok wisuda. Kalo sampek lo gak dateng... besok pas lo wisuda gue juga bakal gak dateng pas wisuda lo."

"Gak ada yang dateng juga gak masalah." kata Wendy yang sudah menggendong tasnya.

"Sensi dia." kata Rey pelan dan hanya mampu didengar oleh Lay.

"PMS mungkin." kata Lay. Kemudian Rey mengangguk.

"Gue tebak habis ini pintunya dibanting." bisik Rey. Gak lama setelah itu terdengar suara bantingan pintu yang cukup keras.

"Nah kan bener." kata Rey.

Di lift...

Wendy merasa kesal dengan tingkah kakak laki lakinya itu.

"Dia gue suruh dateng buat bantuin ngomelin Pak Lay. Malah ngomongnya kek gituan. Dasar punya abang kok gila juga." kata Wendy. Tak lama kemudian pintu lift terbuka dan ia pun turun dari lift.

Di apart wendy...

"Lo kobam kenapa sih bro?" tanya Rey.

"Gue bingung...."

My Killer LecturerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang