4.1

13.2K 738 40
                                    

Orang yang menahan tangan Suzy tadi adalah Lay, gue gak nyangka dia bakalan dateng tepat waktu sebelum pipi gue jadi merah gara gara tamparan si Suzy.

Sekarang gue sama Suzy lagi ada di dalem ruangannya Lay dan tentu saja ada Lay juga disana.

"Suzy, kenapa kamu bisa ada di kelas Wendy?" tanya Lay.

"Kata temen saya, Wendy nyariin saya. Ya udah saya samperin." jawab Suzy. Gue yang mendengar jawabannta seketika langsung mendelik.

Tangan gue jadi makin gatel buat ngegampar dia.

"Gak mungkin." kata Lay

"Kok bisa gak mungkin???" tanya Suzy.

"Mana ada tamu dari kelas lain dateng cuman buat mau nampar orang yang nyariin dia?" jelas Lay.

Mati kutu gak lo???

"Dia ngomomg ke saya kurang ajar, Pak." kata Suzy tak terima ketika ia disalahkan.

"Sekurang ajarnya Wendy ngomong ke kamu. Masih kurang ajar kamu karena kamu mau nampar senior kamu di depan senior kamu yang lain." setelah mendengar itu dari Lay gue tersenyum miring tanpa melihat ke arah Suzy.

"Sekarang juga saya minta kamu buat minta maaf ke Wendy." kata Lay drngan ekspresi seriusnya.

"Kok saya???"

"Kamu minta maaf ke Wendy apa saya laporin ke TBK?"

Suzy terdengar mengehela napasnya dengan berat. "Sorrywen." kata Suzy dengan cepat dan tidak jelas.

"Bilangnya yang ikhlas dan jelas." kata Lay.

"Sorry, Wen." kata Suzy. Gue hanya menjawab dengan dehaman. "Sekarang kamu boleh keluar. Saya mau ngomong sama Wendy."

Suzy pergi dari ruangan Lay. Setelah dia keluar gue langsung menaruh kepala gue di paha gue.

Gue merasa Lay pindah duduk ke samping gue. Dia mengelus punggung gue.

"Sebenernya ada apa sih?" tanya Lay dengan lembut. Mendengar suara Lay yang begitu lembut malah membuat gue ingin menangis.

"Gapapa." jawab gue tanpa mengangkat kepala gue.

"Aku gak percaya sama yang Suzy bilang tadi. Soalnya aku gak pernah sekalipun liat kamu interaksi sama dia. Gak mungkin dong tiba-tiba kamu nyariin dia." kata Lay.

Gue udah gak bisa menahan tangisan gue. Gue menangis masih dengan posisi gue.

"Wen?" panggil Lay. Gue ngerasa dia tau kalo gue nangis. Lay menegakkan badan gue. Gue masih tetap menangis, bodo amat sama seberapa komuknya gue sekarang di depan dia.

"Jangan nangis. Aku disini kok. Kamu kenapa nangis sih?" kata Lay.

"A-aku takut." kata gue. Lay menghapus air mata gue.

"Kenapa?"

Gue hanya menggeleng. Setelah itu, Lay menarik gue kedalam pelukannya. Gue nangis dipelukan Lay dia ngelusin kepala gue.

Perlahan tangisan gue reda. Gue masih naruh kepaka gue di pundak Lay dan Lay juga masih memeluk gue.

"Lay?" panggil gue.

"Apa?"

"Jangan tinggalin aku ya? Cukup Vito aja yang pergi. Kamu jangan pergi." kata gue. Kemudian gue melingkarkan tangan gue ke tubuhnya.

"Aku gak pernah ada niatan buat pergi dari kamu."

"Meski banyak yang lebih cantik?"

"Di mataku kamu yang paling cantik." kata Lay. Kemudian dia mencium pucuk kepala gue.

My Killer LecturerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang