12.00 AM
Gue bangun karena gue denger orang nekan bel apartemen gue. Oya, btw gue udah ada di apartemen.
Begitu sampek apartemen gue sama Pak Lay langsung tepar di kamar masing masing.
Gue jalan dengan malas menuju pintu apartemen gue. Gue jalan masih sambil garuk-garuk kepala.
Dan ternyata pintu apartemen gue udah dibukain sama Pak Lay. "Siapa yang dateng, Pak? Bang Rey?" tanya gue. Pak Lay gak jawab.
Gue liat ke arah pintu. Dan kalian tau siapa yang dateng?
Airin sama Bagas njiiiirrr!!!!
Mata gue yang tadinya masih lengket langsung melek seketika. "Wen, lo..." kata kata Airin terputus ketika Bagas menyahutnya "Jangan bilang lo..." sahut Bagas.
"Gu-gue bisa jelasin."
***
"Jadi gitu, Rin, Gas. Emang abang gue itu orangnya stres. Dan gue mohon sama kalian jangan bilang ke siapapun. Apalagi Vito." kata gue.
"Berarti yang tau ini cuman kita sama Bang Rey?" tanya Bagas. Gue ngangguk. Pak Lay yang duduk disebelah gue terlihat cuek. Gak lama kemudian dia berdiri.
"Kalian mau minum apa?" tanya Pak Lay.
"Gak usah repot repot, Pak." kata Airin. "Gak papa. Disini saya cuman orang biasa. Saya bukan dosen, santai aja. Saya buatin minum dulu." kata Pak Lay yang kemudian menuju ke dapur.
"Itu beneran Pak Lay, Wen?" tanya Bagas dengan berbisik. Gue cuman ngangguk.
"Kok kayak beda gitu. Gak kayak Pak Lay di kelas yang garang, cuek, jutek, ngeselin. Mana sekarang dia koloran lagi." kata Bagas.
"Kan bangun tidur cadel!"
"Kok tau? Jangan-jangan lo se..."
"Riiin, pacar lo nih! Omesnya keluar!" rengek gue pada Airin.
"Udahlah, kamu jangan mancing Wendy." kata Airin
"Aku gak mancing kok. Kan aku gak bawa alat pancing sama umpannya." jawab Bagas.
"Sok imut banget dah lo kalo di depan Airin!"
"Suka suka gue orang dia pacar gue." kata Bagas kemudian dengan nyerocosnya dia nyium pipi Airin. Dengan spontan Airin mukul paha Bagas.
"Aduh, sayang. Sakit tau!" kata Bagas mengaduh. Sambil mengelus pahanya yang baru saja dipukul Airin.
"Malu tau!" kata Airin.
"HAHAHAHA MAMPUS LO!" kata gue
"Tapi, btw kalian kalo diliat liat jadi kayak pasutri gitu loh, Wen." ceplos Airin. "Sembarangan lo!" kata gue sambil melotot ke Airin.
***
Keesokan harinya...
Gue majangin baju baju gue di sofa depan tv. Pak Lay yang baru aja habis mandi datengin gue sambil ngeringin rambutnya.
"Pak, bantuin milih baju dong, ehe." kata gue. Jujur ya gue masih pake bathrobe sekarang ini. Pak Lay sendiri juga cuman koloran dia telanjang dada.
Udah cocok lah, wen jadi pasutri:v Wendy be like : pasutri pala lo!-.-
"Emangnya mau kemana? Sampek bingung milih baju gitu." tanya Pak Lay.
"Ketemu Vito, hehe." kata gue sambil nyengir. Pak Lay naikin alisnya sambi ngangguk. Habis itu ngeliat semua baju gue yang gue pajang di sofa.
Pak Lay ngambil baju putih lengan panjang sama jeans panjang. "Gini bagus kok." kata Pak Lay.
"Gerah dong, Pak."
"Gerah gimana?"
"Atas udah panjang bawah juga panjang. Mana yang atas longgar gitu nanti kalo saya pake."
"Tapi, kan diliat sopan. Enak dipandang."
"Tapi, geraah bapaaak!"
"Jangan panggil saya bapak, berasa tua saya."
"Ya kan emang tua." cerocos Wendy.
"Kamu bilang apa?"
"E-eh enggak kok enggak."
"Ya kalo kamu punya opini sendiri gak usah minta pendapat saya." kata Pak Lay sambil ngembaliin baju sama celana gue.
"Eeeeet, bentar, Pak. Bajunya menurut saya oke kok. Cuman celananya aja yang gak oke."
"Ya udah pilih sendiri."
"Yang ini gimana?" tanya gue sambil ngambil celana jeans pendek yang gue pake di bandara waktu dateng ke Jogja.
"Kalo pake itu, gak usah pake celana aja sekalian."
"Ih masak gitu sih, Pak?!?"
"Itu celana yang kamu pake di bandara waktu itu kan? Dari sekian banyak celana yang kamu pake menurut saya itu celana paling pendek yang kamu pake di depam saya."
Ini bapak perhatian amat sih?-.-
"Ya kan nanti saya makenya gak di depan bapak."
"Kamu nanti kan ke kampus dulu ambil honor."
"Oiya saya lupa."
"Terserah pake celana yang mana aja. Yang penting gak pake itu lagi. Awas kalo kamu pake celana itu lagi!" kata Pak Lay habis itu jalan ninggalin gue.
"Terus saya pake celana apa?" tanya gue sambil ngikutin Pak Lay.
"Ya, yang mana aja terserah yang penting gak pake jeans pendek yang tadi." kata Pak Lay sambil terus jalan.
"Jangan bilang terserah dong, Pak! Saya jadi bingung." kata gue. Pak Lay udah di ambang pintu sambil siap mau nutup pintu kamarnya.
"Pake celana warna cream pendek yang ada di sofa kamu tadi...."
Kata-kata yang gue denger dari Pak Lay cuman itu gak lengkap sampek akhir. Soalnya gue fokus sama dream catcher yang Pak Lay gantung di deket kordennya.
Pak Lay beneran Pak Tian.
"Kamu denger gak?" tanya Pak Lay. Yang membuat gue buyar dari lamunan gue.
"I-iya, tapi..."
"Tapi apa? Mau saya yang gantiin bajunya?"
"Hah?!?! Bapak sembarangan ya!!""
"Udah balik ke kamar sana!" kata Pak Lay habis itu dia langsung ngetutup pintu kamarnya.
Ternyata, dunia itu sempit.
TBC
Iya tau iya judulnya alay dan gak nyambung:)
Semoga kalian tetep suka isinya ya:)Vomentnya jangan lupa><
KAMU SEDANG MEMBACA
My Killer Lecturer
Fanfiction[COMPLETE] Maheswari Wendy Aubertha mahasiswi yang sering membuat dosennya, Aldebaran Chistian Adlay si pemiliki notabene dosen muda tampan nan killer naik pitam dengan tingkah dan kelakuannya yang bandel, cukup susah diatur, dan suka membantah. Tap...