Wendy POV
Karena gue merasa ada yang aneh sama Vito. Tanpa pikir panjang gue langsung ngejar dia.
"Vit! Vito!" panggil gue saat gue mulai melihat punggung Vito. Vito menghentikan langkahnya dan berbalik.
"Wendy?" kata Vito. Gue berjalan dengan cepat mendekatinya.
"Lo kenapa?" tanya gue. Gue melihat tatapannya yang berubah menjadi sendu.
Vito menggeleng, "gapapa. Cuman ngerasa jadi perusak suasana aja." kata Vito.
Gue sedikit terkejut dengan ucapannya. "Wen, kita ngobrol jangan disini. Entar diliatin orang gak enak. Kita ngobrol di ruangan mempelai pria aja." kata Vito. Sebelum gue jawab dia udah narik tangan gue dan membawa gue pergi dari kerumunan orang orang disana.
Kita berdua sampek diruang yang Vito maksud. "Jadi, sampek mana kita tadi?" tanya Vito.
"Lo jadi perusak suasana." kata gue.
"Ooh, iya, emang gue ngerasa gitu. Gara-gara salah ngomong." kata Vito.
"Menurut gue lo gak salah ngomong kok. Lo pantes aja nyerocos gitu, orang lo sendiri aja juga tau kalo gue suka lama milih baju." kata gue untuk membela Vito.
"Apa sih, Wen. Hehe. Gue udah gak seharusnya bilang gitu tadi. Soalnya, kondisinya gue udah mau nikah dan lo udah ada si Lay dosen lo itu kan?" kata Vito.
Dia tau?
Gue cuman diem. Dan terjadi keheningan diantara kami. "Syukur deh. Lo udah move on." kata Vito sambil merapikan poni gue yang tadi memang sempat terbang karena jalan cepat saat digandeng Vito.
"Gue bakal lebih seneng kalo lo yang cerita sendiri ke gue." kata Vito sambil menekan ujung hidung gue.
Gue cuman diem sambil ngeliatin Vito. "Vit, jangan sedih. Ini hari penting lo. Masak iya sih lo malah sedih pas lo nikah gini?" kata gue berusaha menghiburnya.
"Soalnya gue bukan nikah sama orang yang gue cinta." kata Vito.
"Lo bisa kok cinta sama Adel. Gue yakin itu." kata gue. Vito cuman diem.
"Udah ya, gak usah sedih lagi. Senyum dooong." kata gue sambil memberikan cengiran gue ke dia. Vito tersenyum ngeliat gue.
"Sekarang lo siap siap buat pemberkatan. Oya, biar Adel seneng, lo datengin dia buat ngeliat dia. Dia pasti udah rapi pake gaunnya." kata gue.
Vito menggeleng. "Gue nanti langsung keluar aja." kata Vito. Gue menghela napas "ya udah, deh terserah lo. Gue mau keluar, kalo lama lama disini nanti yang liat bisa curiga." kata gue.
"Gue juga mau merenung dulu. Makasih udah ngehibur gue. Gue udah ngerasa mendingan." kata Vito.
"Sama-sama. Oya, selamat buat pernikahannya ya, Vit. Bahagia selalu." kata gue. Vito tersenyum kemudian mengangguk.
Setelah itu gue pergi keluar dari ruangan Vito. Disebrangnya gue ngeliat pintu yang bertulis ruang mempelai wanita. Dan gue memutuskan untuk masuk kesana.
Gue mengetuk pintu dulu. Setelah itu gue masuk kedalamnya, disana ada Adel yang udah rapi dengan gaun pengantinnya.
"Wendy?" Adel terlihat terkejut melihat gue masuk. Gue tersenyum, kemudian menghampirinya.
"Hai del! Gilaa, lo cantik banget deh sumpah." kata gue.
"Makasih. Lo juga cantik hari ini." kata Adel. Gue duduk di sofa yang juga diduduki Adel.
"Hei, masak mau nikah mukanya sedih gitu? Gak lo gak Vito sama aja deh. Heran gue." cerocos gue.
"Vito?"
"Iya, dia keliatan sendu gitu tadi. Gak tau deh kenapa."
"Karena hari ini dia bakal nikah sama gue."
"Hei heiii, jangan ngaco deh. Masak iya, orang nikah malah sedih. Gak gak gak."
"Nyatanya gitu. Coba kalo gue gak ngerebut dia dari lo pasti dia gak bakal jadi sedih gitu."
"Lo gak boleh bilang gitu. Vito cuman belom terbiasa aja."
"Maaf, Wen. Gue ngaku salah. Gak seharusnya gue misah kalian pake cara kayak gini."
"Udah lah del gak usah dipikirin lagi itu mah. Gue udah ikhlas kok, dan tandanya dia bukan jodoh gue."
"Sekali lagi gue minta maaf, Wen." kata Adel. Gue menggengam tangannya yang dingin. "Udah deh ya, gak usah sedih. Gue juga udah dapet pengganti Vito kok, hehe." kata gue sambil nyengir ke dia.
Adel tersenyum, "semoga cepet nyusul ya?" kata Adel. Gue sontak tertawa "Hahaha, apasih ya. Skripsi aja belom. Tapi, gapapa sih doain aja ya." kata gue.
Adel tersenyum, "Wen, gue gak keliatan gemuk pake gaun ini, kan?" tanya Adel. "Enggak kok, tenang aja. Kesannya itu.... perfect." kata gue.
Gak lama ada seseorang yang membuka pintu ruangan. Dan ternyata orang itu Vito.
Gue kaget dan kemudian tersenyum. "Gue tinggal, ya. Selamat buat kalian berdua, semoga longlast, dan... Jangan lupa kasih gue ponakan yang cantik atau ganteng ya? Hehe, bye." kata gueb sambil berdiri.
Pas ngelewatin Vito gue menepuk pundaknya dan berbisik "good job, my bro."
***
Gue udah balik ke tempat acara pemberkataan bakal dimulai. Dan ternyata tamunya udah pada duduk. Gue langsung aja nyamperin meja yang ada si Bagas. Karena gue ngeliatnya cuman Bagas.
Disana ternyata juga ada bang Rey sama kak Jessica. Gue duduk di kursi kosong yang bersebelahan sama Lay dan Bang Rey.
"Dari mana, Wen?" tanya Airin.
"Dari dalem." jawab gue sambil merapikan dress yang gue oake sebelum duduk.
"Dia(lay) ngambek tuh." bisik bang Rey.
"Kenapa?" tanya gue.
"Tanya aja sendiri."
Perasaan gue gak enak, mampuslah kau Wendy.
TBC
EXO mau kambek repack, dan lay gak ikut lagi sedih aku tu:((
Mau beli tapi gak ada uang:))Vomentnya jangan lupa yaaa...
Makasiiih...
KAMU SEDANG MEMBACA
My Killer Lecturer
Fanfiction[COMPLETE] Maheswari Wendy Aubertha mahasiswi yang sering membuat dosennya, Aldebaran Chistian Adlay si pemiliki notabene dosen muda tampan nan killer naik pitam dengan tingkah dan kelakuannya yang bandel, cukup susah diatur, dan suka membantah. Tap...