Wendy POV
"Sekian buat hari ini, jangan lupa tugas dikumpulkan pertemuan berikutnya. Mengerti?" kata Pak Lay sambil menutup bukunya.
"Mengerti, Pak!"
"Oya, dan, Aubertha jangan lupa datang ke ruangan saya."
Aubertha? Perasaan Wendy lebih gampang.
"Iya pak." jawab gue.
Setelah Pak Lay keluar gue berdiri. Gue nendang meja gue sampek ngeluarin suara yang buat perhatian satu kelas tertuju ke gue.
"Dasar, jadi human sok cool bener! Pengen gue bejek-bejek tuh muka." umpat gue.
"Emang cool kali wen." sahut salah satu temen sekelas gue.
"Cool dari mana coba??? Dari freezer?" jawab gue nyolot.
"Ati-ati wen, entar kepincut." kata Bagas.
"Mulut kalo ngomong!" kata gue sambil melempar buku ke Bagas asal.
"Lah, biasanya kan emang gitu. Kalo lo sebel banget sama orang entar lama-lama malah kepincut sendiri." kata Bagas sambil membalikkan tubuhnya.
"Jangan ngaco lo! Ogah banget ya gue kepincut sama manusia kek dia. Kayak gak ada cowok lain aja."
"Awas wen, kemakan omongan sendiri entar." kata Lisa.
"Iiiih, lo tuh bukannya ngebelain gue malah ikutan si cadel!"
"Udah dibilangin berapa ratus kali sih?!?! Gue itu gak cadel!" Kata Bagas.
"Ya, sekali kali lah, Wen, ngebully elo. Hehe." kata Lisa.
"Tau ah! Lo pada ngeselin!" gue pun ninggallin Lisa dan Bagas.
di depan ruangan Pak Lay
"Oke, ini karena gue masih jadi mahasiswa yang baik dan berbakti kepada dosen."
Gue mengetuk pintu ruangan yang hawanya sudah sangat seram menurut gue. Gak lama setelah itu ada sahutan dari dalem ruangan."Masuk!"
Habis itu gue pun masuk ke ruangan tersebut. Disana gue liat ada Pak Lay yang lagi nulis, gatau nulis apaan.
Dia ngelirik gue. "Oh, kamu." katanya sambil nutup bukunya. Gue berjalan mendekat dan berdiri tepat di depan mejanya.
"Kamu tau gak alasan saya manggil kamu kenapa?" tanya Pak Lay.
"Tau, Pak."
"Kenapa?"
"Karena saya tidur di kelas bapak."
"Terus?"
"Ya kalo terus nabrak dong, Pak."
Pak Lay menghela napasnya. "Alasan saya yang lain untuk manggil kamu kesini apa??"
"Gak tau, Pak."
Pak Lay memutar bola matanya dan mendengus kasar. "Warna rambut kamu itu terlalu mencolok mata." kata Pak Lay sambil menunjuk ke arah rambut gue dan dia juga masang muka datar banget kayak triplek.
"Saya mau pertemuan berikutnya warna rambut kamu sudah bukan merah seperti itu lagi." sambung Pak Lay.
"Tapi, Pak, dosen lain gak mempermasalahkan warna rambut saya."
"Jangan sama kan saya dengan dosen lain. Saya, ya saya. Mereka, ya mereka. Titik!"
Ngomongnya titik, tapi intonasinya make tanda pentung anjir😑
"Ya pak, nanti saya ganti warna rambut." kata gue pasrah.
"Karna kamu sudah melakukan kesalahan. Sepatutnya kamu mendapat hukuman dari saya." kata Pak Lay dengan menatap gue tajam.
Matilah gue... Kalo sampek hukumannya macem-macem.
"Berhubung saya belom punya asdos. Hukuman kamu adalah menjadi asdos saya."
"HAH?"
Yakali aja jadi asdosnya dia??? Kemana-mana gue harus ngekorin dia dong???
"Tapi, Pak..."
"Tenang aja. Saya cuman akan minta bantuan kamu saat saya ada sangkut pautnya di kelas kamu. Di kelas lain, saya akan usaha sendiri." kata Pak Lay sambil berdiri.
"Ba-baik, Pak."
"Saya dengar semester lalu kamu masuk 10 mahasiswa terbaik di kampus ya?"
"Iya pak."
"Orang kayak kamu bisa jadi mahasiswa terbaik, ya?"
"Bapak meremehkan saya?" gue gak peduli nada bicara gue yang kayak orang nantang.
"Saya tidak meremehkan kamu." kata Pak Lay sambil menyilangkan tangannya di depan dada.
"Dari nada bicara dan kalimat bapak tadi, bapak itu meremehkan saya. Dan saya gak suka diremehkan. Apalagi sama cowok. Bapak mau apa dari saya? Tenaga saya untuk jadi asdos? Oke, saya lakukan." karena gue udah kesel, jadi gue ngomongnya ngasal dan gaka pikir panjang dulu.
"Tapi, bapak tetap gak akan bisa memerlakukan saya dengan seenak jidat bapak! Saya mau melakukan karena semata-mata bapak adalah dosen saya." kata gue sambil menatap kedua bola mata Pak Lay dengan tajam.
Pak Lay berdiri, kemudian menopang tubuhnya dengan kedua tangan yang diatas meja.
Wajah Pak Lay perlahan mendekati wajah gue tanpa sebab. Hingga jarak antara wajah kami hanya beberapa senti saja.
Anjuuuuu ni orang mau ngapain siiihhhh woi!!! Siapapun tolong gue!!!
TBC
KAMU SEDANG MEMBACA
My Killer Lecturer
Fanfiction[COMPLETE] Maheswari Wendy Aubertha mahasiswi yang sering membuat dosennya, Aldebaran Chistian Adlay si pemiliki notabene dosen muda tampan nan killer naik pitam dengan tingkah dan kelakuannya yang bandel, cukup susah diatur, dan suka membantah. Tap...