4.3

12.1K 734 25
                                    

Sekarang gue udah di mobil sama Lay. Tapi, kita masih dibalut suasana hening.

Duh, jangan jangan dia marah gara-gara gue ngejar Vito tadi? Aduuuh, Wendy tolol deh!

"Lay." panggil gue. Lay hanya berdeham untuk menjawabnya. "Dari tadi kok cuman diem?" tanya gue pura-pura gak tau.

"Gapapa." jawab Lay singkat.

"Bohong." kata gue. Dia cuman berdeham lagi.

Tai:) nendang dia dosa gak sih?:)

"Kamu kenapa sih? Cemburu?" tanya gue lagi.

"Entah. Pikir aja sendiri." jawab Lay. Kemudian dia menghentikan mobilnya karena lampu merah menyala.

"Iiiiiihhhhh, kalo cemburu bilang aja kenapa sih??? Emang susah apa bilang 'wen, aku cemburu.' cuman gitu apa susahnya siiiih???" kata gur sambil mencubit pipinya.

"Aaaaaaaaduuuh... Wen, lepas gak???"

"Gak bakalan aku lepas kalo kamu masih marah." kata gue tanpa melepas cubitan dipipinya.

"Itu lampunya udah ijo aku yang nyupir gimana???"

"Gak usah nyupir!"

"Dimarahin sama yang belakang entar."

"Biarin!"

"Iya iya deeeh aku gak marah." kata Lay. Kemudian gue melepas cubitannya dan Lay mulai nelajukan mobilnya lagi.

Lay menyupir sambil memegang pipinya yang gabis gue cubit tadi.

"Nah kan, masih marah. Aku cubit lagi nih..."

"Eitsss, awas kamu ya kalo berani cubit lagi!"

"Salah siapa pake ngambek segala?"

"Salah siapa bikin aku cemburu?"

"Iya deh iya..., kalo itu aku yang salah." kata gue. Lay mengembalikan tangannya pada stir. Dengan spontan gue menoleh dan melihat pipinya.

Oke, pipi dia jadi merah gara gara gue cubit kekencengan. Gue langsung ngakak kenceng banget pas liat pipinya yang merah gegara gue cubit itu.

"Kenapa ketawa?"

"Pipi kamu jadi merah gitu. Hahahaha."

"Ulahnya sapa coba???"

"Iya iya ulah aku. Tapu, jadi comel gitu deh. Hahaha."

"Wendy!!!"

"Iya iya aku diem." kata gue. Gue masih menahan tawa gue. Karena dia emang comel gitu.

"Wen, kamu mau aku turunin di jalan?" kata Lay. Gue pun langsung diam dan menegakkan posisi duduk gue. "Enggak." jawab gue singkat.

"Makanya diem."

"Makanya jangan ngambek."

"Mulai lagi kan?"

"Biarin, aku gak suka hening."

Lay menghela napasnya. Dan setelah itu terjadi lagi keheningan. "Lay! Udahan yang ngambek iiih." bujuk gue.

"Minta maaf dulu baru aku gak ngambek lagi." kata Lay.

Tanpa pikir panjang gue langsung minta maaf ke dia.

"Ya udah iyaaa, aku minta maaf langsung nyelonong ngikutin Vito tadi. Lagian kamunya juga lebay, pake cemburu segala."

"Suka suka dong. Orang aku yang cemburu."

"Hiiih, kamu pake cemburu juga kenapa sih???"

"Karena aku gak mau kehilangan kamu! Aku gak mau sampek kamu balikan lagi sama Vito."

Ucapan Lay bikin gue langsung kicep. "A-aku gak bermaksud bikin kamu cemburu dan mikir sampek kayak gitu. Lagian kan tadi juga acara nikahannya Vito. Gak mungkin juga kan, aku balikan sama dia pas dia udah nikah?" kata gue dengan lebih hati-hati dan dengan nada yang lebih rendah.

"Gak ada yang gak mungkin di dunia ini, Wen." kata Lay.

"Maaf." kata gue. Sekarang gue malah jadi ngerasa bersalah banget.

"Gapapa. Yang penting kamu udah sadar sama kesalahan kamu." kata Lay yang masih fokus sama jalanan yang ada.

Di depan gedung apartemen.

Gue sama Lay udah sampek di apartemen. Tapi, gue masih diem aja gak bergerak sedikitpun dari posisi duduk gue terakhir.

"Kamu gak turun?" tanta Lay. Gue cuman diem.

"Wen?" panggil Lay. Gue tetep diem aja gak ngeliat ke dia sedikit pun.

Lay memegang dagu gue dan membuat kepala gue menoleh ke arahnya.

"Udah, gak usah ngerasa bersalah gitu. Aku udah maafin kamu kok." kata Lay.

"Aku emang salah kok. Aku gak mikir kalo kamu bakal cemburu sampek mikir kayak gitu tadi. Aku cuman kasian sama gak tega aja ngeliat Vito sedih murung gitu di acara nikahannya sendiri." jelas gue.

"Iya, aku ngerti kok. Udah, gak usah sampek mau nangis gitu yang ngejelasin."

"Kamu sih pake ngambek! Aku gak suka."

"Makanya, besok lagi apa-apa itu tanya atau paling gak dipikirin dulu baru bertindak. Oke?" kata Lay, gue mengangguk.

"Sini sini sayangku, aku peluk dulu, biar gak jadi nangis." kata Lay sambil merentangkan tangannya seadanya karena terbatas dengan ruang mobil.

Gue meluk dia juga seadanya dan sebisanya karena ruang yang terbatas. Gak lama setelah itu gue bersiap untuk turun.

"Wen, sini deh aku kasih tau." kata Lay tepat sebelum gue membuka pintu mobilnya.

"Apa?"

"Sini, aku bisikin sesuatu." kata Lay gue nurut aja. Habis itu dia berbisik, "hati-hati ya sayang, kalo jalan liat jalannya gak usah mikirin aku mulu. I love you." di akhir kalimatnya Lay mencium pipi kanan gue.

Mata gue membulat karena perlakuan Lay. Sementara Lay cuman cengengesan aja. "Kok malah diem aja? Udah buruan turun. Mau aku cium lagi?"

"Ha? I-iya aku turun. Kamu hati-hati dijalan, ya? Aku langsung masuk. Bye." kata gue, dan gue langsung turun dan berjalan masuk ke apartemen.

Pipi gue pasti udah cem lobster rebus!!! Dasar si Lay!!!

TBC
Voment jangan lupa😉

My Killer LecturerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang