Author POv
"Apa, Pak?"
"Saya berharap sama kamu."
Wendy terdiam menatap Lay yang menatapnya penuh keseriusan dan tanpa keragu-raguan.
Pipi gue panas tayi!~wendy
Bau bau ditolak~lay
Lay menghela napasnya. "Udah dari lama sebenernya. Tapi, saya masih gak punya nyali buat bilang. Soalnya, saya ada rasa minder dan gak pe..."
"Bentar, maksud bapak berharap sama saya itu gimana?"
Dasar ini bocah satu, gak peka, ogeb, apa tolol sih?:) pengen jitak jadinya:) untung sayang:)~lay
"Saya suka sama kamu." kata Lay dengan berani dan tanpa ada rasa ragu.
"Kamu mau punya rasa juga sama saya atau enggak itu up to you. Saya cuman mau bilang itu. Tapi, kalo kamu ada rasa sama saya tolong bilang. Kalo enggak, juga tolong bilang ke saya. Jadi saya gak perlu nunggu dan berharap sama kamu lagi." kata Lay.
Wendy masih terdiam sambil menggengam gelasnya. "Kamu gak perlu bilang sekarang. Saya bakal nunggu kamu sampek kamu bilang ke saya apa yang kamu rasain juga ke saya." sambung Lay yang kemudian membereskan piring Wendy.
Wendy hanya diam kemudian kembali ke kamarnya.
Wendy POV.
Gue nutup pintu kamar gue. Habis itu gue terduduk sambil megang dada gue yang terus berdebar. Tangan gue pun suhunya jadi lebih dingin dan berkeringat.
"Jadi selama ini yang di bilang Airin itu bener? Kok gue bego sih? Gak nyadar sama semuanya." kata gue sambil masih memegang dada gue yang berdebar gak berhenti henti.
"Iiih ini jantung juga kenapa gak bisa diem sih! Gue harus ngomong apa ke Pak Lay? Gue aja gak ngerti sama perasaan gue. Aaaaaa tayiiii!!! Mamaaaaa adek bingungggg!!!"
Lay POV.
Gue masih makan sisa pasta gue. Sambil memikirkan apa yang tadi gue katakan ke Wendy.
"Udah lah Lay. Jangan berharap banyak, lagian kayaknya Wendy juga belom move on dari mantannya." kata gue sambil membereskan piring yang gue pake makan.
Habis selesai dengan piring, gue langsung menelfon dan menghubungi seseorang.
"Lo dimana?"
"Di apart. Why?"
"Temenin gue minum bisa?"
"LO MAU KOBAM LAGI??? Tobat napa dah???"
"Udah gak usah sok nyeramahin gue! Lagi stres nih! Gue yang bayar."
"Hem, yodah. Kapan nih?"
"Sekarang, gue jemput di apart lo." gue langsung memutus sambungan telfonnya dan mengambil kunci mobil dan jaket.
Tak lama kemudian...
Di mini market..."Gila kurang banyak lo yang ngambil." kata Rey saat gue manaruh kresek yang berisi enam kaleng minuman alkohol.
Gue membuka satu kaleng dan langsung meneguknya sampai habis dengan masih posisi berdiri.
"Santai lah bro! Lo tuh kenapa sih? Duduk duduk dulu kek." kata Rey yang sudah duduk dan menaikan kakinya di meja.
Gue duduk dihadapannya. Kemudian ngambil satu kaleng lagi yang ada di kresek tapi disahut oleh Rey.
"Cerita dulu baru minum lagi." kata Rey yang kemudian membuka kaleng yang dia rebut dari gue.
Gue menghela napas. Kemudian memngambil satu kaleng dan membukanya. "Gue habis nyatain peraaaan gue." kata gue kemudian gue minum satu teguk kaleng yang gue buka tadi.
"Ke?"
"Cinta pertama gue."
"Lha iya sapa???"
"Adek lo." baru aja gue bilang gitu, Rey langsung menyemprotkan minumannya ke tanah. Dan kemudian mengelap bibirnya.
"APA??? SI WENDY??? LO YAKIN??? bentar bentar GUE GAK SALAH DENGERKAN???"
"Bngst! Biarin gue cerita dulu napadah! Jangan bully gue dulu tonggos!"
"Iya iyaaaa, kagak usah ngegas juga! Btw, lo suka sama wendy dari kapan? Dari lo pindah ke apartnya?
"Dari gue pertama kali liat Wendy di SMA tempat gue magang dulu."
"APA??? Jadi, lo dulu magang di SMAnya Wendy???"
"Gue udah pernah cerita ke elo bohlam! Masih muda udah pikun aja sih lo!"
"Ooh, iya. Tapi, kok lo gak bilang kalo lo suka sama Wendy? Kan waktu itu lo juga belom tau kalo gue abangnya dia."
"Gue masih nyimpen sendiri perasaan gue. Gue pikir ya cuman sekedar kagum liat dia cantik gitu. Apalagi kalo lagi presentasi di kelas, cantiknya gak manusiawi."
"Sok banget lo bro!"
"Serius ih! Tapi, makin lama gue semangat ngajar disana gara-gara gue bisa liat dia. Gue semangat berangkat gara-gara nanti pasti bakal ketemu dia. Dan lama lama gue sadar kalo gue suka sama dia."
"Waaah gila ya bro. Dan lo ketemu lagi sama dia, dan dia jadi murid lo lagi. Kebetulan, gak sengaja, apa emang takdir?"
"Mana gue tau. Pas gue udah mulai nyerah nunggu dia. Dia malah dateng sebagai mahasiswi yang bandelnya minta ampun."
"Jangan bilang lo minta bantuan gue gara-gara lo tau kalo Wendy adek gue???"
"Kalo itu mah bener bener gak sengaja."
"Waaaah dramatis banget. Jadiin ftv laku tuh."
"Sembarangan!"
"Ya lo tinggal bilang aja perasaan lo ke Wendy."
"Udah, dia nya cuman diem aja sama pura pura bego."
"Dasar tu anak. Masak iya sih, ada orang suka sama dia, dianya gak peka."
"Nyatanya emang gitu. Adeknya sapa sih? Adek lo kan?"
"Dasar si Wendy. Ya lo usaha dong ngambil hatinya Wendy."
"Gue udah usaha selama ini. Sekarang gue tinggal pasrah aja keputusan ada di dia."
"Kalo gue disuruh milih adik ipar. Gue lebih suka lo dari pada si Vito itu."
"Iyalah kan gue temen lo!"
"Ehehe, tau aja lo."
"Udah ah, habis cerita gue udah gak mood minum. Lo bawa aja sisanya."
"Yodah, anterin gue balik. Habis itu pulang sono. Wendy pasti nyariinn lo."
"Gak mungkin dia nyariin gue."
Sementara itu...
Wendy POV
"IIIIH, gara-gara Pak Lay. Mau tidur jadi susah kan!!!" Gerutu gue. Gue pun bangun untuk minum di dapur.
"Kok sepi? Pak Lay apa udah tidur?" Kata gue. Habis minum gue ngecek Pak Lay di kamar. Dan ternyata dia gak ada di kamar.
"Loh dia kemana? Biasanya kalo keluar pamit." Kata gue. Gue kembali ke kamar, kemudian melihat pemandangan malam dari balkon kamar.
Gue akui, dulu gue suka sama Pak Lay sebagai Pak Tian. Tapi, masak iya perasaan gue yang udah hilang lama banget itu dateng lagi. Tapi, waktu KKN kemaren.... Aishhhh, tau lah... Tapi, gue harus jawab Pak Lay gimana?
TBC
Haeee i'm back!!!
Aku up cepet loooh eheee
Bilang apa hayooo:v
Hehe😂Vomentnya ya makasiiih
KAMU SEDANG MEMBACA
My Killer Lecturer
Fanfiction[COMPLETE] Maheswari Wendy Aubertha mahasiswi yang sering membuat dosennya, Aldebaran Chistian Adlay si pemiliki notabene dosen muda tampan nan killer naik pitam dengan tingkah dan kelakuannya yang bandel, cukup susah diatur, dan suka membantah. Tap...