Hai gaiiis i'm backkkk
Maap nih ya membuat kalian menunggu lamaaHappy reading yaaaa....
Gue menyusuri lorong-lorong rumah sakit sama Pak Lay. Gue masih diem aja sejak tadi.
"Udah gak usah galau. Pikir positif aja, mungkin Tuhan punya rencana yang lebih baik." kata Pak Lay.
"Saya udah pacaran sama Vito dari lama, dari saya kelas dua belas awal. Saya kira semua bakal sesuai sama yang saya kira. Tapi, akhirnya justru jauh dari perkiraan dan angan angan saya." kata gue.
"Kehendak Tuhan akan jauh lebih baik dari keinginan kita."
"Semoga."
***
07.00 PM
Beberapa minggu kemudian...
Gue mulai terbiasa dengan gak adanya Vito dihidup gue lagi. Dan, untungnya gue disibukan sama banyak tugas karena gak lama lagi gue mau berangkat KKN.
Sekarang pun gue lagi sibuk sama tugas yang bejibun banyaknya sambil di depan tv.
"Aaaa gila, ini tugas gak ada selesai selesainya." kata gue sambil ngerenggangin badan.
"Ya udah istirahat dulu." kata Pak Lay yang tiba tiba datang dan duduk di sisi lain meja.
"Lebih cepet selesai lebih baik. Lagian sih, bapak tau kalo saya lagi banyak tugas malah disuruh ngerjain ini itu ini itu."
"Loh, itu kan hak saya. Kamu kan juga masih asdos saya."
Mendengar jawaban Pak Lay gue langsung memasang muka datar "tayi." kata gue pelan.
"Apa?!?!"
"Gapapa." kata gue sambil pura-pura fokus sama tugas lagi.
"Mau makan di luar?" kata Pak Lay. Gue menghentikan aktivitas gue sambil berusaha mencerna kata-kata Pak Lay.
"Bapak itu ngajak, apa nawarin, apa sekedar tanya, apa gimana?"
"Semuanya."
"Ditraktir?"
"Kamu minta apa tanya?"
"Semuanya." kata gue kemudian gue nyengir ke Pak Lay. "Ya udah, ganti baju gih." kata Pak Lay sambil beranjak dari tempat duduknya.
"Asiiiikkkk!"
***
Di mobil...
"Mau makan apa?" tanya Pak Lay. Gue sempat berdeham sebentar untuk berpikir. "Enaknya apa ya, Pak? Yang murah, enak, bikin kenyang." kata gue.
"Nasi kucing diangkringan deket kampus."
"Ya tapi gak nasi kucing juga kali, Pak."
"Nasi kucing kan murah enak juga."
"Tapi gak bikin kenyang."
"Itu kalo kamu cuman makan satu. "
"Iiih bapak mah gak seru."
"Ya terus kamu maunya apa?"
"Apa aja boleh?"
"Iya."
"Bener?"
"Kamu kalo kebanyakan tanya saya puter balik nih."
"Pizza hut boleh?" kata gue langsung to the point.
"Apa?"
"Makan di pizza hut boleh gak? Soalnya saya udah lama gak makan pizza jadi kepengen. Tapi, kalo gak boleh ya..."
"Ya udah kita ke pizza hut paling deket." kata Pak Lay.
"Beneran nih, Pak?"
"Iyaa."
"Asiiikk, bapak baik deh."
"Kalo adaa maunya baru di baik-baikin ni ya."
"Hehe." kata gue sambil nyengir.
***
Gue udah habis dari pizza hut. Karena pizza hutnya di mall jadi gue juga jalan jalan dulu cuci mata.
"Kamu kan masih mau ngerjain tugas kok malah ngajak jalan-jalan dulu?" tanya Pak Lay yang jalan di samping gue.
"Cuci mata bentar, Pak. Oya, kan saya mau KKN nih, saya mau cari sepatu dulu."
"Lah, KKN kok malah cari sepatu?"
"Ya kan biar enak yang gerak. Lagian saya mau nyarinya sepatu running kan enteng tuh ya."
"Kalo kamu nanti dapet jatahnya di pedalaman pulang-pulang sepatu kamu gak bakal wujud sepatu. Mendingan beli sandal gunung aja."
"Sandal gunung? Iya juga ya." kata gue yang habis berpikir beberapa detik.
Habis itu Pak Lay nunjukin toko yang jual sandal gunung yang Pak Lay maksud. Pak Lay juga ngasih ngasih saran yang mana yang enak.
Beberapa menit kemudian...
"Iiih, Pak jangan gitu dong. Masak tadi saya makan udah dibayarin sekarang dibeliin sandal." kata gue sambil berusaha menyamakan langkah gue sama Pak Lay.
"Udah, kamu itu di beliin sandal malah bawel terus."
"Saya gak enak sama bapak."
"Gak enaklah orang gak dimakan."
Pas gue lagi sibuk debat sama Pak Lay. Eeeh tiba-tiba dia berhenti. "Kenapa, Pak?" tanya gue ngeliatin Pak Lay. Karena dia gak jawab jawab jadi gue ngikutin aja arah pandangnya Pak Lay.
Vito? Dia sekarang lagi sama Adel? Iyalah bego! Orang mau tunangan.
Pas gue lagi ngeliatin mereka Pak Lay langsung gandeng tangan gue yang gak bawa barang.
Gue langsung ngeliat ke tangan Pak Lay yang tiba tiba gandeng gue.
Dengan setengah berbisik Pak Lay bilang, "mereka liat ke kita. Kamu diem aja biar saya yang ngomong."
Pas gue sama Pak Lay jalan mendekat Adel langsung memanggil dan menyapa gue. "Eh, Wendy." Panggil Adel.
Gue menoleh. "Hai, Del. Hai, Vit." Sapa gue balik. Vito keliatan banget ngeliatin gue sama Pak Lay.
"Kebetulan, ya? Lo sama sapa, Wen?" Tanya Adel sekedar basa basi.
Mampus gue!!! Entar kalo jawab dia dosen gue kok pakek gandengan tangan segala. Kalo jawab yang lain gue kudu jawab apa???
"Dia itu..."
"Saya pacarnya Wendy."
What? Dia bener bener dosen gue yang paling gila!
TBC
Vomentnya jangan lupa yaa
Rencananya hari ini ak mau dobel update looh:v
Tunggu yaaaa😁
Makasiiih...
KAMU SEDANG MEMBACA
My Killer Lecturer
Fanfiction[COMPLETE] Maheswari Wendy Aubertha mahasiswi yang sering membuat dosennya, Aldebaran Chistian Adlay si pemiliki notabene dosen muda tampan nan killer naik pitam dengan tingkah dan kelakuannya yang bandel, cukup susah diatur, dan suka membantah. Tap...