2.3

14.8K 801 20
                                    

Wendy POV

Gue perlahan membuka mata gue. Habis itu gue liat sekeliling.

Gue dimana?

Orang yang pertama gue lihat waktu itu adalah Pak Lay sama Bang Rey. Mereka ketiduran di kiri kanan kasur gue. Gue juga lihat tangan kiri gue dipasangin selang infus.

Gue ngerasa ada sesuatu di hidung gue. Ternyata itu selang oksigen.

Pas gue lagi berusaha buat duduk Pak Lay yang ada di kanan gue justru terbangun.

"Kamu udah sadar?" tanya nya. Gue inget-inget kejadian waktu gue pingsan di kamar. Habis itu gue nganggukin kepala.

Gak lama setelah itu Bang Rey ikutan bangun. "Wendy? Lo..." belom selesai ngomong Bang Rey langsung meluk gue.

Dia juga bisa sayang ke gue?

"Lo bikin gue takut."

"Lo bisa takut?" tanya gue dengan suara yang masih lemes.

"Baru kali ini gue takut."

"Takut di marahin mama, ya?"

"Baru juga sadar. Baru juga disayang. Udah kumat yang ngeselin." kata Bang Rey sambil ngelepas pelukannya.

"Iya deh iya..." kata gue yang kemudian diiringi dengan senyuman.

"Maaf udah bikin kalian khawatir." kata gue. Kemudian dijawab anggukan oleh Pak Lay.

"Kalo sampek besok ke ulang lagi, gue bakal botakin rambut lo." kata Bang Rey.

"Jangan rambut napa dah?"

"Suka-suka gue."

"Oya, kemaren kan Airin sama Bagas minta dikabarin kalo Wendy udah sadar. Lo kabarin gih." kata Bang Rey ke Pak Lay.

"Loh kok jadi gue yang ngabarin?" tanya Pak Lay.

"Kan lo yang punya nomernya." kata Bang Rey.

"Gini aja, ngabarinnya pake nomer gue tapi yang ngomong biar Wendy sendiri."

"Kok gitu?" tanya gue bingung.

"Biar suprise." kata Pak Lay.

"Boleh." jawab gue sambil tersenyum.

***

Dua hari kemudian...

Besok infus gue udah mau dilepas dan gue juga udah boleh pulang. Tapi, katanya gue masih tetep harus banyak istirahat dan gak boleh banyak aktifitas.

Sekarang di kamar gue cuman ada gue sama Pak Lay.

"Pak saya mau jalan-jalan." kata gue.

"Sendiri apa di temenin?" tanya Pak Lay.

"Emang bapak mau nemenin saya?" tanya gue.

"Kalo kamunya mau ditemenin, ya saya mau-mau aja nemenin kamu."

"Ya udah itung-itung buat temen ngobrol." kata gue.

Kami berdua berjalan keluar kamar. Sebelum pergi, kami sempat bilang ke petugas yang ada dilantai tersebut kalo kita jalan-jalan ke rooftop.

Sampeknya di rooftop gue duduk di kursi yang ada disana.

"Langitnya kerasa deket." kata gue. Pak Lay yang duduk disamping gue pun menggangguk.

"Keliatan deket tapi sebenernya jauh."

"Wah, bapak kok kayak agak curcol gitu ya." goda gue.

"Gak papa kali. Orang juga cuman sama kamu."

My Killer LecturerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang