10.00 PM
Gue di dapur nyiapin semangkuk air es buat ngompres lukanya Pak Lay. Gak lupa juga udah ada handuk kecil yang bakal gue pake buat ngompres luka memarnya.
Dia juga udah ngelepas bajunya. Dari tadi di ngelusim pelan punggungnya yang kerasa sakit.
"Wen, kamu punya cermin yang bisa di bawa kesini gak?" tanya Pak Lay.
"Enggak. Masuk aja ke kamar kalo mau." kata gue.
Gue ngeliat Pak Lay antara mau ketawa sama kasian soalnya dia lucu gitu berdirinya.
Author POV
Lay masuk ke kamar Wendy. Ini kali pertama Lay masuk kamar Wendy. Yang bisa dibilang rapi tapi tetap ada kesan brantakannya.
Dia bercermin tapi hanya untuk melihat luka dipunggungnya. "Gila. Sampek kayak gini. Pantesan sakit banget. Tapi, kenapa waktu berantem gak kerasa sakit ya?" tanya Lay pada dirinya sendiri.
Gak lama setelah itu Wendy menyusulnya masuk ke kamar. "Bapak mau dikompres pake cara halus, kasar, atau pemaksaan?" kata Wendy yang tangannya ia gunakan untuk memegang mangkuk cukup besar berisi air es.
"Emang saya baringan di kasur kamu boleh?" tanya Lay.
"Ya kenapa gak boleh? Orang juga bukan mau tidur bareng." kata Wendy.
Setelah itu Lay berbaring di kasur Wendy dengan posisi tengkurap. Disusul Wendy yang duduk disampingnya dan mulai memeras handuk yang akan ia gunakan untuk mengkompres.
"Kok bapak bisa berantem sama Vito?" tanya Wendy sambil mulai menempelkan handuk dingin yang sudah ia buat.
"Biasalah. Cowok." kata Lay.
"Kalo cuman masalah biasa gak mungkin sampek berantem."
"Ini masalah dia sama saya. Kamu gak usah tau."
"Pasti ada sangkut pautnya sama saya." kata Wendy. Sambil kembali memasukan handuk kedalam mangkuk es. Lay hanya diam tanpa menjawab apa apa.
"Saya ambilin salep dulu." kata Wensy kemudian beranjak pergi. Lay kemudian merubah posisinya menjadi duduk.
Saya gak mungkin nyeritain kejadian tadi ke kamu. ~lay
Wendy datang membawa salep. Kemudian kembali duduk. Di belakang Lay dan mengoleskan salepnya ke punggung Lay.
"Bapak besok gak usah ngajar dulu. Punggung babak belur gini kalo masih mau ngajar, nanti kalo ada apa apa saya gak tanggungan." kata Wendy sambil masih mengolekan salep
"Kamu yang gantiin ya?" kata Lay.
"Saya gak bisa ngajar." kata Wend
"Tugas asdos itu, juga gantiin dosennya kalo gak masuk."
Wendy hanya diam sambil menghentikan aktivitasnya. Lay berbalik, kemudian mengambil alih salep tadi. Setelah itu mengangkat kepala Wendy dan mengoleskan salep itu ke pipi Wendy yang terlihat sedikit memar.
"Kamu bisa, Wen. Kamu itu pinter. Kamu emang suka bandel tapi bandel kamu itu pinter. Percaya deh sama saya." kata Lay.
Wendy POV
Bukannya kemotivasi kok gue malah baper?!?!? Anjirlah! Wendy! Lo kenapa oneng! Gue juga malah jadi deg-degan gini. Mana suasananya juga ngedukung gini ,Tayi!!!
"Kalo gak mau,nanti saya siapin tugas aja." kata Pak Lay sambil nutup salepnya.
Gue ngambil salepnya habis itu kembali membukanya. "Saya mau mau aja. Tapi, saya gak pernah ngajar, takutnya kaku atau gimana gimana gitu." kata gue sambil menarih salep ditangan gue dan mengoleskannya ke muka Pak Lay yang memar.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Killer Lecturer
Fanfiction[COMPLETE] Maheswari Wendy Aubertha mahasiswi yang sering membuat dosennya, Aldebaran Chistian Adlay si pemiliki notabene dosen muda tampan nan killer naik pitam dengan tingkah dan kelakuannya yang bandel, cukup susah diatur, dan suka membantah. Tap...