Sesampainya di kamar, Naura langsung membenamkan wajah ke bantal dan berteriak sepuasnya. Masih belum puas, Naura melempar bantal-bantalnya ke sembarang arah. Sebuah bantal melayang ke arah pintu kamar tepat pada saat pintu itu terbuka dan Naufal sukses terkena timpukan bantal Hello Kitty itu.
"Hei. Kau kenapa sih?" Naufal menutup pintu di balik punggungnya dan melangkah mendekat.
"Aku nggak mau dijodohkan dengan si brengsek itu!" teriak Naura. "Tolong batalkan perjodohan ini, Uda!"
"Brengsek?" gumam Naufal kebingungan. "Apa maksudmu?"
"Uda ingat laki-laki sialan waktu aku kelas 2 SMP?"
"Yang kau bilang menolakmu dengan tidak berperi-kegadisan?"
Naura mengangguk cepat. Dia memang pernah curhat ke Naufal. Saat itu Naufal hanya tertawa, lalu bilang kalau itu adalah warna-warni masa remaja yang akan jadi ingatan yang bisa ditertawakan saat dewasa nanti. Sekarang Naura sudah 25 tahun dan dia masih belum bisa menertawakan semua yang terjadi padanya di masa lalu.
"POKOKNYA AKU NGGAK MAU MENIKAH DENGANNYA!" Naura sudah kembali berteriak pada bantal.
"Manusia bisa berubah, Ra," nasihat Naufal sambil menarik bahu Naura dan membawanya duduk. "Lalu hati-hati ... nanti make-up hancur."
"Tidak! Dia masih sama!" bantah Naura yang sudah tidak peduli lagi dengan penampakannya saat ini. "Sudah belasan tahun dan dia tidak berubah sedikit pun!"
"Bagaimana kalau memberinya kesempatan dulu?"
Naura menatap kakak laki-lakinya tajam. "Uda tega melempar adik satu-satunya yang manis dan berharga ini ke tangan orang seperti dia?"
"Uda nggak akan menyerahkanmu ke sembarang pria." Naufal membalasnya dengan lembut. "Waktu mendengar kau akan dijodohkan, Uda langsung cari tahu semua tentang Rafisqi ini. Dia tidak sebrengsek itu. Akademik dan latar belakangnya bagus. Walau pernah tinggal di New York, dia tidak pernah terlibat narkoba, mabuk-mabukan, balapan liar, pergaulan bebas dan hal negatif lainnya. Menurut orang-orang disekitarnya, dia pria yang baik dan dapat diandalkan."
"Uda cuma tahu tentang itu?" tanya Naura waspada. Dia harus memastikan Naufal tidak tahu tentang suatu topik "tertentu".
"Memang ada lagi yang harus Uda tahu?"
Sepertinya Naufal memang tidak tahu. Syukurlah. Sayang sekali Naura tidak bisa menceritakan apa lagi yang terjadi setelah penolakan sadis itu. Udanya cuma perlu tahu kalau Rafisqi adalah cowok menyebalkan yang sangat tidak suamiable.
"Dia cuma peduli dengan kehidupannya. Aku tidak mau pria egois seperti itu," sahut Naura dengan nada letih. Dia masih ingat jelas kata-kata penolakan Rafisqi dulu. "Aku tidak bisa membayangkan hidup dengannya."
Setelah itu Naufal terdiam, seperti sedang menimbang-nimbang sesuatu secara serius.
"Begini saja. Bagaimana dengan percobaan tiga bulan?" usul Naufal tiba-tiba. "Kau hanya perlu bertahan tiga bulan dan kita lihat apa yang terjadi selama itu. Kalau memang sudah tidak ada harapan lagi, Uda akan membantu untuk membatalkannya."
Tiga bulan ... bersama Rafisqi.
Naura bergidik begitu membayangkannya dan dia menggeleng tegas.
"Jangan begitu," tegur Naufal. "Beri kesempatan dulu, Ra. Kau tidak mungkin langsung menolaknya di pertemuan pertama kan? Pikirkan papa dan bundo juga."
Benar juga. Naura tentunya tidak mau membuat orangtuanya menanggung malu di hadapan keluarga Mavendra. Lalu om Evan. Jangan sampai malam ini jadi malam terakhir bagi pria itu karena keputusan sepihak yang dibuat Naura.
KAMU SEDANG MEMBACA
[End] Impossible Possibility
Lãng mạnPernah dengar istilah "First Love Never Dies"? Naura Alraisa Anhar sudah paham betul makna istilah yang satu itu. Selama belasan tahun, ingatan tentang cinta pertama itu selalu melekat di pikirannya. Tidak pernah mati dan mengikutinya ke mana-mana...