10. D-day

32.9K 2.8K 105
                                    

Yakk, ini diaa

I welcome you to the engagement party~

***

Naura menatap kosong puluhan orang yang bertepuk tangan di depannya. Bibirnya memang mengulas senyum tapi hatinya merasakan hal yang sebaliknya. Rasanya Naura lebih memilih berteriak frustrasi saja dibanding berpura-pura bahagia seperti ini. Rafisqi berdiri tepat di sebelahnya dan tanpa perlu menoleh pun Naura tahu kalau pria itu juga sedang memasang senyum palsu yang sama.

Dia tidak terlalu menyimak kata-kata sambutan yang sedang disampaikan Papa dan Om Evan. Pikirannya fokus pada benda yang sekarang ada di jari manis kirinya. Itu hanya cincin kecil dengan satu permata mungil di atasnya, tapi entah kenapa rasanya tangan Naura jadi bertambah berat berkali-kali lipat setelah adanya benda itu.

"... dan untuk pesta pernikahannya, kami menjadwalkan 6 bulan setelah acara pertunangan ini, karena ada hal-hal tertentu yang tidak bisa dihindari."

Mendengar pengumuman Om Evan barusan, Naura menghela napas lega. Setidaknya dia tidak harus menikah 2 bulan lagi. Enam bulan waktu yang cukup baginya untuk melepaskan diri dari Rafisqi. Dalam rentang waktu tersebut, pasti pria itu bisa menemukan orang yang benar-benar dicintainya dan membebaskan Naura dari perjodohan ini.

Setelah acara-acara formal super membosankan, para tamu dipersilahkan untuk mencicipi hidangan dan sebagiannya lagi menghampiri Naura dan Rafisqi untuk mengucapkan selamat. Tidak terkecuali Lesty dan Della yang pada akhirnya tetap datang walau Naura sudah berusaha keras melarang. Gilang yang seorang dokter ada jadwal operasi mendadak dan Naura bersyukur karena setidaknya sumber kehebohan jadi berkurang satu.

"Selamat Naura cantiik!" heboh Della sambil memeluknya. "Semoga langgeng sampai pernikahan, ya."

Naura hanya tertawa terpaksa. Padahal mereka sudah diberitahu kalau pertunangan ini hanya berlangsung tiga bulan. Sungguh kehebohan yang tidak perlu.

"Dan kenapa tidak bilang kalau Rafisqi itu orangnya seperti ini?" Della menambahkan sambil berbisik pelan, sehingga hanya Naura yang bisa mendengarnya. "Tangkapan besar tahu, Ra!"

"Oh? Berminat? Kau bisa merebutnya kapan saja dan aku tidak akan protes," balas Naura.

"Tidak. Aku tetap setia ke Beni honey." Della melepas pelukannya dan mulai tersenyum menjijikkan, hal yang selalu dilakukannya tiap kali menyebut nama pacarnya yang tiga tahun lebih muda itu. Setelahnya Della beralih ke Rafisqi. "Selamat ya, tolong sabar menghadapi Naura."

"Della," tegur Naura kesal.

Suasana berubah mencekam saat Lesty yang angkat bicara.

"Wah! Wah! Ternyata kau malah tunangan dengan orang yang dulu kau katai bukan-tipemu," sindir Lesty begitu dia berada di hadapan Rafisqi. "Gimana rasanya termakan omongan sendiri?"

Dan Naura menepuk keningnya pasrah. Padahal dia sudah berkali-kali memperingatkan Lesty untuk tidak bicara macam-macam.

"Ah, jadi kau juga ada disana waktu itu?" tanya Rafisqi sambil tersenyum tenang.

"Ya. Aku saksi mata," balas Lesty yang mulai menyilangkan kedua lengannya di depan dada. "Shame on you! You and that disgusting attitude of yours! Kau bahkan tidak peduli dampak perbuatanmu pada orang lain! Asal kau tahu ya, selama satu setengah tahun-"

"Lesty!"
Naura tanpa sadar meninggikan suaranya. Dia merasa sahabatnya itu sudah bicara terlalu banyak. Untunglah Lesty tidak melanjutkan kalimatnya. Meski masih terlihat sangat emosi, gadis itu langsung bungkam ketika Naura memberi isyarat dengan gelengan kepala.

[End] Impossible PossibilityTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang