Makasih banyak buat yang udah baca komen dan vote yaa
Such a mood boaster, i reaaally appreciate it 😄Oke, chapter selanjutnyaa~
.
.
."Selamat datang, Ra. Lama tidak bertemu. Sendirian?"
Begitu memasuki Betelgeuse Café, seorang pria yang ada di balik konter pemesanan langsung menyapanya. Senyum Naura otomatis merekah waktu melihat sosok berambut cokelat gelap yang menyambutnya dan dia buru-buru melangkah mendekat.
"Halo, Dityaa!" sapanya dengan ceria. "Lesty, Della, Gilang lagi kerja." Dia menyebutkan nama para sahabatnya yang juga sering datang ke cafe itu.
"Begitu?" Pria itu, Ditya, tertawa kecil, menunjukkan sebuah gingsul kecil di deretan gigi sebelah kirinya. "Berarti kau kerja shift malam? Kalau begitu ... Caramel Machiato?Tiramisu?"
Naura mengangguk mengiyakan. Ditya memang selalu tahu apa yang dia butuhkan tiap kali datang kesana. Ketika Naura kerja malam dan butuh bergadang, pria itu akan membawakan caramel machiato dan tiramissu tanpa diminta. Kalau hari hujan, Ditya pasti tahu kalau Naura akan mencari semangkuk sup ayam hangat beserta teh panas. Seandainya Naura terlihat bad mood, Ditya akan langsung memutuskan kalau itu saat yang tepat untuk mengeluarkan es krim atau gelato. Intinya, saking seringnya Naura kesana, Ditya jadi hapal pesanannya.
"Aku di tempat biasa ya."
Setelah mendapat anggukan dari Ditya, Naura segera mengambil tempat di meja paling sudut, tepat di samping jendela.
Naura dan teman-temannya memang sering ke café ini sejak zaman kuliah. Suasananya nyaman, menu-menunya enak dan wifi-nya juga kencang. Ditambah lagi pemilik cafénya, yang sering ikut turun tangan melayani pelanggan, adalah cogan macam Abditya. Kurang apalagi coba? Nongkrong berjam-jam pasti betah kalau disana. Bisa makan, ngobrol dan bikin tugas sambil sekalian cuci mata.
Naura sering datang kesana meski sendirian, lalu dia akan memesan apa pun dan memaksa Ditya untuk duduk menemaninya. Kalau sedang senggang dan cafe sepi pengunjung, Ditya akan bersedia jadi tong sampahnya dengan senang hati dan tanpa basa-basi lagi Naura akan curhat berjam-jam. Mulai dari tentang teman kuliah yang menyebalkan, tugas yang bejibun, revisi yang tak kunjung berakhir dan dosen yang PHP.
Café-nya Ditya sudah seperti bar halal bebas alkohol bagi Naura. Setelah lulus kuliah dan mulai bekerja, dia dan para sahabatnya yang lain jadi lebih jarang berkunjung. Makanya dia sangat bahagia waktu tahu Rafisqi mengajaknya ke Betelgeuse Cafe.
Sejak dulu hubungan Naura dan Ditya bisa dibilang unik. Mereka terlalu dekat untuk dibilang sekedar teman, tapi tidak memiliki ikatan apa-apa yang membuat mereka bisa disebut pacaran. Intinya, hubungan mereka berdua hanya begitu-begitu saja. Sering saling curhat, saling menggoda satu sama lain dan saling melemparkan kode. Ujung-ujungnya ... tidak pernah jadian. Begitu terus sejak 5 tahun yang lalu. Dari status friendzone, curhatzone sampai TTM, semua lengkap disandang mereka berdua. Orang yang paling frustrasi melihat hubungan mereka adalah Lesty, salah satu sahabatnya Naura.
"Lalu ada apa tiba-tiba kesini?" Ditya meletakkan secangkir caramel machiato dan sepotong tiramisu cake di atas meja, lalu ikut duduk di depan Naura. Jam masih menunjukkan pukul 11.27 dan waktu makan siang masih setengah jam lagi, sehingga wajar café masih sepi. "Mau memakai jasa tong sampah?"
Naura tertawa mendengarnya. "Memangnya tong sampah pribadiku ini nggak sibuk?"
"Untukmu apa sih yang nggak?"
KAMU SEDANG MEMBACA
[End] Impossible Possibility
RomancePernah dengar istilah "First Love Never Dies"? Naura Alraisa Anhar sudah paham betul makna istilah yang satu itu. Selama belasan tahun, ingatan tentang cinta pertama itu selalu melekat di pikirannya. Tidak pernah mati dan mengikutinya ke mana-mana...