Brace yourself, this chapter is full of flashback
.
.
Naura keluar dari toilet 15 menit kemudian. Setelah mencuci muka dan berharap itu bisa menutupi mata sembabnya, dia kembali ke tempat Rafisqi. Angel dan Ratu masih disana, mengobrol dengan pria itu. Angel-lah yang pertama menyadari kedatangannya dan langsung memberi senyum penuh arti. Naura berusaha sekuat tenaga untuk tidak beradu pandang dengan gadis itu. Bisa-bisa pertahanan dirinya jebol lagi."Naura, kenapa lama-"
"Maaf. Aku duluan." Tanpa menunggu Rafisqi selesai bicara, Naura mengambil tasnya yang ada di kursi. "Permisi semuanya."
Setelah memaksakan sebuah senyum, dia melangkah buru-buru menuju pintu keluar.
Tadinya dia berniat mencari taksi dan langsung pulang. Bodoh amat dengan pesan Naufal yang melarangnya naik taksi sendirian malam-malam. Tapi mungkin karena sekarang memang hari sialnya, tidak ada satu pun taksi kosong yang lewat. Pasrah dengan keadaan, Naura memutuskan untuk pergi ke halte bus terdekat. Dia tidak mau ada di dekat restoran itu lebih lama.
Mau tahu kesialan selanjutnya yang menanti Naura? Sesampai di halte, bus yang ditunggu lewat begitu saja di depan matanya. Butuh sekitar 15 menit lagi sampai bus selanjutnya datang. Hal sial lainnya, tidak ada orang lain selain Naura di halte yang cukup gelap tersebut.
Naura menghenyakkan tubuhnya di bangku yang ada disana dan mencoba menghubungi Lesty. Tapi nomor yang dia tuju malah tidak aktif, hingga akhirnya dia memutuskan mengirim pesan.
Lesty.ayu
(19.46) Aku ketemu Angel dan Ratu
Tepat setelah pesan itu terkirim, Naura mendapat panggilan telepon dari Rafisqi. Dia memutuskan untuk mengabaikannya dan menyimpan ponselnya dalam tas.
"Kau memang sengaja mengikutinya kemana-mana 'kan? Dasar cewek murahan!"
Naura refleks memejamkan mata saat ingatan lain menghampirinya. Dia bahkan dapat mendengar suara-suara itu dengan jelas di pikirannya, seolah baru mendengarnya kemarin dan bukannya belasan tahun lalu.
"Tidak punya kaca ya di rumah?"
"Cewek gila!"
Dan Naura menyerah. Dia tidak punya tenaga lagi untuk sekedar menghindar dari kenangan.
***
"Eh, coba lihat cewek itu!"
"Yang pakai bendo ungu? Kenapa?"
"Dia yang 'itu' loh. Yang lagi heboh."
"Oh? Fans gilanya Kak Rafi?"
Naura terkesiap saat seseorang menutupi kedua telinganya dengan tangan. Dia mengangkat kepalanya yang sejak tadi tertunduk dan mendapati Lesty sedang menggeleng tegas.
"Cukup. Jangan dengar, Ra."
Naura tersenyum kecil. Tidak mungkin tidak dengar 'kan? Mereka membicarakannya tepat di meja sebelah, dengan suara keras pula. Seperti memang sengaja ingin didengar.
"Beritanya sudah menyebar ke seluruh sekolah," gumam Naura sambil mengaduk-aduk sotonya tanpa minat. "Bahkan guru-guru saja tahu."
"Ya terus kenapa?" Lesty terlihat semakin emosi. "'kan semua itu bohong!"
"Tapi semuanya pikir itu benar." Kali ini Naura menusuk-nusuk bakwan yang ada di mangkok sotonya. Dia membayangkan kalau bakwan itu adalah orang yang telah menyebabkannya mengalami semua ini. "Dibandingnya aku bukan siapa-siapa. Semua orang disini SAYANG Rafisqi. Semua pasti akan ada di pihaknya."
KAMU SEDANG MEMBACA
[End] Impossible Possibility
RomancePernah dengar istilah "First Love Never Dies"? Naura Alraisa Anhar sudah paham betul makna istilah yang satu itu. Selama belasan tahun, ingatan tentang cinta pertama itu selalu melekat di pikirannya. Tidak pernah mati dan mengikutinya ke mana-mana...