Holaa, selamat malam minggu 💕
Perhatian:
Ini chapter yang suuper panjang :'')
Makanya kubagi jadi dua part***
Setelah meminta pihak catering untuk mengisi-ulang sirup, Naura memutuskan untuk tidak kembali dulu ke aula. Jangan salah, tadi sirup di meja 1 memang sungguhan hampir habis dan dia segera memanfaatkannya agar bisa menjauh dari Angel. Naura tahu dia tidak bisa selamanya terus menghindar dari Angel. Sayangnya dia juga belum cukup berani untuk melakukan aksi konfrontasi langsung. Itu namanya cari mati.
Setelah melangkah tidak tentu arah, Naura berakhir di salah satu bangku yang ada di taman panti asuhan. Di sana sangat sepi karena semua orang sedang berkumpul di tempat pesta dan dia ragu Angel bakal menemukannya disana, berhubung tempatnya cukup jauh dari aula. Tempat yang teduh, rindang, dan penuh angin sepoi-sepoi itu sukses membuat Naura terkantuk-kantuk. Dia nyaris terlelap dininabobokan suara gemericik air yang berasal dari kolam disana, tetapi seseorang mengagetkannya.
"Ternyata disini."
Oke. Angel mungkin tidak akan bisa menemukannya, tapi lain halnya dengan Rafisqi.
"Apa-apaan?" Naura mendengus sebal. Kantuknya menguap seketika karena efek kaget. "Kau ini bisa melacakku lewat GPS atau gimana?" Dia heran saja. Kenapa Rafisqi selalu saja tahu dia sedang dimana dan menemukannya dengan mudah. Belum lagi kebiasaan suka muncul tiba-tiba miliknya yang tidak sehat untuk jantung Naura.
Rafisqi sama sekali tidak menanggapi sarkasmenya barusan. Alih-alih bicara, pria itu malah memandangi Naura lekat-lekat dengan kening berkerut samar. Dia terlihat seperti ingin mengucapkan sesuatu tapi merasa ragu.
"Jadi? Angel bilang apa?" tembak Naura langsung. Bisa dipastikan Rafisqi baru saja mendengar sesuatu dari Angel. Entah gosip buruk apa lagi yang disebarkan Malaikat Iblis itu kali ini.
"Kau punya masalah dengan Angel?" Rafisqi akhirnya bicara. Dia tetap berdiri di depan Naura, tidak terlihat berniat untuk ikutan duduk.
Nah, dugaan Naura tepat kan?
"Memang kenapa?"
"Kenapa dia menyuruhku menjauhimu?"
Oh, jadi Angel belum menyerah juga?
Naura heran saja. Memangnya Angel dendam karena apa, sampai seniat itu menjelek-jelekkannya. Padahal Naura merasa tidak pernah membawa kerugian untuk gadis itu, dulu maupun sekarang. Mereka sudah sama-sama 26 tahun loh, kok masih kekanak-kanakan begini?
"Ide bagus." Naura memutuskan untuk menanggapi pertanyaan barusan dengan santai. "Kenapa tidak kau turuti saja?"
"Naura," tegur Rafisqi, memperdengarkan nada capek. Dia meraih lengan Naura, membuat Naura mau tidak mau menengadah menatapnya. "Ada apa 12 tahun lalu?" Setelah sekian lama, akhirnya Rafisqi kembali menanyakan itu. "Kali ini jawab aku!"
Naura segera berkelit melepaskan lengannya dari Rafisqi.
"Kau tidak tahu, pura-pura tidak tahu, atau memang tidak peduli?" tanya Naura sambil memberi pria itu tatapan tajam. "Tapi, ya sudahlah, semua cuma masa lalu."
Rafisqi tiba-tiba meraih tas yang Naura taruh bangku kosong di sampingnya. Naura merebut kembali tasnya sambil berteriak protes, tapi Rafisqi keburu menemukan benda yang dia cari.
"Mau apa?!" tanya Naura waktu melihat Rafisqi mulai mengotak-atik ponsel ungu miliknya.
"Nanya ke yang bisa cerita semuanya," jawab Rafisqi sambil mendekatkan ponsel Naura ke telinga kirinya. "Halo. Lesty?"
KAMU SEDANG MEMBACA
[End] Impossible Possibility
RomancePernah dengar istilah "First Love Never Dies"? Naura Alraisa Anhar sudah paham betul makna istilah yang satu itu. Selama belasan tahun, ingatan tentang cinta pertama itu selalu melekat di pikirannya. Tidak pernah mati dan mengikutinya ke mana-mana...